My Perfect Lady - Bab 209 Tatapan Penuh Kebencian (2)

Max terdiam beberapa saat: "Menurutmu apa yang terjadi, Tuan?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak percaya bahwa Sophia yang merencanakan ini, malah aku meragukan motif Grace." Dharius ingat tatapan Grace ketika melihatnya saat makan malam.

Ia menghela nafas: "Ada yang salah dengan tatapan Grace terhadap Sophia di hotel.”

“Tatapan apa?” ​​Tanya max.

“Tatapan yang penuh kebencian.” Darius memuntahkan empat kata.

Max melirik Dharius dari kaca spion. Raut Dharius tampak sedikit meragukan. Max awalnya ingin bertanya apakah dia salah lihat, karena ekspresi Dharius yang seperti ini, maka ia tidak jadi bertanya.

Definisi kata kebencian itu tidak biasa, jika berdasarkan logika yang biasa, bisa disimpulkan bahwa Grace merasa bersalah kepada Sophia.

Namun,jika dia bahkan sampai membenci Sophia, agak tidak masuk akal.

Dharius perlahan berkata: "Hari ini Grayson bahkan membawa Sophia untuk makan malam, tetapi diam-diam membantu Grace untuk menekan Sophia. Aku merasa aneh, apa Grayson Han sesenggang itu?"

"Apakah dia akan dengan sengaja untuk membalas dendam terhadap Nona Lu?"

“Kalau mau membalas dua tahun lalu pasti akan dilakukan. Untuk apa menunggu sampai sekarang?” Dharius balik bertanya.

"Mengenai masalah Charles Xiang yang sebelumnya, aku selalu berpikir Grayson ingin aku dipermalukan. Sekarang tidak terlihat seperti ini. Peran apa yang dimainkan Grace dalam hal ini?"

“Tuan, jangan dipikirkan, Nona Grace tidak sejahat itu,” Max menghibur.

"Aku tidak khawatir tentang keburukannya. Aku khawatir karena aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, aku sudah pernah bertemua banyak orang. Tapi aku tidak pernah bisa tahu apa yang Grace pikirkan, dia seperti dilapisi sebuah kerudung yang membuat orang tidak dapa melihat tembusnya."

Dharius Ye menghela nafas dengan berat, "Dia seperti bukan dirinya sendiri."

“Siapa lagi dia kalau bukan dirinya sendiri?” Max merasa bahwa Dharius agak berlebihan.

"Aku tidak tahu. Singkatnya, dia memiliki rahasia." Dharius mengangkat alisnya. Dia tidak takut Grace menjadi jahat. Jika wanitanya itu terlalu baik, tidak akan seru.

Tapi keburukan Grace tidak boleh ditujukan padanya. Yang Dharius percaya adalah, dia boleh jahat ke seluruh dunia tapi harus baik padanya.

Dia tidak ingin menjadi seperti burung yang mati ditusuk tapi tidak tahu bagaimana ia mati.

Grace memasuki kantor pusat perbelanjaan perlahan. Setelah beberapa menit kemudian, Dennis pun datang.

Dia secara pribadi menuangkan Grace segelas air, melihat raut wajah Grace tidak baik, dan bertanya dengan prihatin: "Apakah Kak Dharius memarahimu?"

"Ya," jawab Grace.

"Kenapa?"

Grace tidak menjawab, memikirkan sikap Dharius tadi di dalam mobil. Terlihat jelas dari kelakuannya yang seperti itu, pasti dia lebih membela Sophia.

Grace harus mencari tahu bagaimana Sophia menyelamatkan Dharius. Dia memandang Dennis, "Tuan Lu, apakah anda tahu bagaimana kakak anda dan Dharius bertemu?"

Dennis berpikir bahwa Dharius dan Grace bertengkar karena Sophia, “Mereka bertemu di sebuah pesta di dalam negeri."

"Bukan di luar negeri? Bukankah selama ini Dharius tinggal di luar negeri? Kupikir kakakmu mengenalnya saat belajar di luar negeri."

“Tidak, kakakku bersekolah di universitas di Cina,” jawab Dennis Lu, memperhatikan Grace dengan hati-hati. "Grace, apakah kamu dan kak Dharius berdebat karena kakakku?"

"Ya, Dharius baru saja mengatakan bahwa aku tidak berpendidikan, sama sekali tidak selembut kakakmu, dia tidak bisa melepaskan hal-hal kecil ..." Grace tampak patah hati. "Aku adalah orang dari kalangan bawah, bagaimana bisa berpendidikan? Selain itu, manusia memiliki keinginan mereka, bagaimana aku bisa tenang seperti air?"

"Ya!" Dennis tidak tahu bagaimana menghibur Grace. Dia harusnya membenci Grace karena Sophia, tetapi dia tidak bisa membencinya.

Tidak tahu mengapa, setiap kali melihat Grace sedih, dia selalu memiliki keinginan untuk menghiburnya dengan memeluknya.

Grace tahu perasaan Dennis terhadapnya, yang dia inginkan hanyalah agar Dennis tidak bisa melepasnya.

Dia meringis, "Perkataannya membuatku sangat sedih, Tuan Lu, aku benar-benar tidak bermaksud menghancurkan hubungannya dengan kakakmu. Kau tahu waktu itu aku bagaimana."

“Aku tahu kepahitanmu.” Dennis memandang Grace yang ingin menangis.

"Terima kasih sudah mengerti saya. Saya tidak punya kerabat atau teman di sini, dan hanya bisa bercerita tentang kepahitanku denganmu.”

Perkataan Grace membuat Dennis merasakan sesuatu, ia merasa bahwa Grace telah menganggap dirinya sebagai orang terdekatnya.

”Grace, jika ada apa-apa jangan disimpan sendiri dalam hati, katakanlah, kalau tidak perasaan itu akan mencekik dirimu sendiri."

"Saya punya banyak hal untuk dikatakan, tetapi saya tidak tahu bagaimana mengatakannya, Tuan Lu, apakah anda benar-benar memandang rendah saya? Lagi pula, saya telah mencuri pacar kakak anda?"

Grace menatap Dennis dengan sedih, tatapan yang sangat menyedihkan.

Selama dua tahun dia telah berlatih ekspresi seperti itu di cermin berkali-kali.

Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa caranya yang seperti ini untuk meminta orang tidak pernah gagal.

“Tidak, aku sama sekali tidak memandang rendahmu,” Dennis segera menjawab.

Melihat tatapan Dennis yang prihatin, Grace tahu bahwa dia memiliki kesempatan.

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu