My Perfect Lady - Bab 187 Membuang Bunga (2)

"Baiklah, pemikiran para perempuan berbeda dengan pemikiran pria." Grayson tertawa ringan. "Wirnando meminjam areaku melukaimu, aku tidak akan memberinya ekspresi yang baik."

"Tuan Han, kalau hanya demi aku, kamu tidak perlu berlawanan dengan Wirnando Gu, tidak pantas." Grace menasehati.

"Tenang saja, aku tahu batasanku." Grayson menutup telepon, kemudian berjalan ke depan jendela besar, berdiri sejenak dan berbalik mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Buat agar Evans Xiao mengetahui masalah Grace keguguran karena diculik oleh Wirnando Gu."

Orang di seberang telepon mengiyakan dengan penuh hormat, Grayson Han kembali ke kursi dan duduk, pikirannya dipenuhi dengan wajah Grace yang penuh tawa.

Belakangan ini dia menyadari dia semakin tidak bisa mengendalikan dirinya, bisa-bisanya memikirkan Grace bahkan ketika sedang bekerja.

Grace bagaikan opium, perlahan-lahan meracuni dirinya, semakin lama semakin dalam, semakin lama semakin tidak bisa melepas diri.

Dia mengulurkan tangan dan memijat keningnya, dia menyesal! Kalau dulu tahu akan seperti ini, dia pasti tidak akan membuat rencana seperti ini, tapi sekarang sudah terlambat.

Dia menghela nafas berat, semenjak dia meneruskan keluarga Han, ini pertama kalinya dia merasa tidak mempunyai arah.

Setelah menutup telepon, Grace duduk sejenak di taman, sampai Ibu Guan memanggilnya: "Nona, Tuan muda Lu sudah datang."

Grace pun berdiri dan masuk ke rumah, Dennis Lu memakai jas berwarna biru, wajahnya sedikit kurusan.

Di meja terletak sebuket bunga Lily, dan juga ada buah-buahan, melihat Grace Tang berjalan masuk, Dennis tersenyum, "Tubuhmu baik-baik saja, kan?"

"Baik-baik saja." Grace duduk, pembantu membawakan segelas teh untuk Dennis.

Dennis membuka tas yang terletak di sofa dan mengeluarkan sebuah laporan dan menyerahkannya kepada Grace: "Ini adalah laporan keuangan pusat perbelanjaan beberapa tahun ini, kamu lihat dulu, kalau tidak ada masalah, aku akan menyuruh bagian keuangan mentransfer uang ke akun bankmu."

Grace menerima laporan tersebut dan menaruhnya di samping, "Tidak usah dilihat lagi, aku percaya padamu."

Dennis merasa kaget dengan kata-kata Grace, dia membeku sejenak dan berkata: "Kamu kapan akan menerima pekerjaan pusat perbelanjaan?"

Grace tertawa ringan dan berkata: "Kapanpun boleh."

"Masalah manajemen kamu berencana tetap menggunakan bawahanku atau kamu mempunyai bawahan sendiri?" Dennis bertanya lagi.

"Aku akan mencari orang untuk mengelola pusat perbelanjaan ini."

Dennis sedikit kaget melihat Grace, "Grace, kamu memakai orang kak Dharius atau mencari sendiri?"

"Cari sendiri."

"Aku sarankan lebih baik kamu diskusikan hal ini dengan kak Dharius, kamu seharusnya tidak terlalu mengerti dunia bisnis." Dennis mengingatkan.

"Terima kasih sarannya, aku tahu kemampuanku sendiri." Grace tidak membangkang dan juga tidak menyetujui saran Dennis.

"Baiklah kalau begitu, kamu lihat kapan punya waktu hubungi aku, serah terima pekerjaan bukanlah hal yang bisa diselesaikan satu dua hari, mungkin butuh beberapa saat."

"Begini, kalau urusan dibagianmu sudah selesai, aku akan langsung mengirim orang kesana." Grace menjawab cepat.

"Secepat itu?" Dennis kaget. Dia tidak menyangka Grace akan punya penuh persiapan seperti ini. "Kamu akan mengirim siapa?"

"Rahasia." Grace tertawa tipis.

"Baiklah, aku langsung kesana untuk siap-siap." Dennis berdiri, "Aku pergi dulu!"

"Baik!" Grace berdiri mengantar Dennis.

Mereka berjalan bersama sampai ke samping mobil di luar, Dennis membuka pintu mobil, setelah bimbang sejenak, dia akhirnya berkata: "Aku sudah putus hubungan dengan Wilona Qiao."

"Kapan?" Grace dengan santai memainkan ponsel di tangannya, melihat wajah Dennis yang kurusan, dia sudah bisa menebak hal ini.

"Baru dibicarkan semalam." Dennis tertawa pahit: "Benar katamu, dia benar-benar adalah perempuan yang luar dan dalamnya berbeda."

"Selamat!" Grace melihat ke arah Dennis, wajahnya tersenyum tipis.

"Tapi, kamu ingin putus hubungan dengannya seharusnya tidak semudah itu, Wilona tidak akan melepaskanmu dengan mudah, keluargamu juga tidak akan setuju dengan mudahnya."

"Benar." Dennis mengangguk: "Tapi aku sudah membuat keputusan!"

"Semangat, Tuan Lu! Aku mendukung keputusanmu!" Grace tersenyum berseri-seri meihat Dennis.

Mata Grace melihat Dennis dengan penuh perasaan, tawanya secerah bunga di musim semi, membuat Dennis terbengong sejenak.

Setelah sadar kembali, Dennis baru mengangguk terhadap Grace, dengan sedikit bingung dia masuk ke mobil dan pergi.

Grace berdiri di tempat, dia tersenyum tipis melihat mobil Dennis melaju pergi, baru berbalik.

Di ruang baca, Dharius berdiri di depan jendela menyaksikan semua ini dengan ekspresi gelap, ketika Dennis datang dia sedng duduk di teras.

Dennis kemari seharusnya demi urusan pusat perbelanjaan, Dharius juga tidak keberatan.

Tapi ketika dia melihat Dennis turun dari mobil menggendong buket bunga, dia langsung merasa tidak senang, kamu datang mengantar uang ya antar uang saja, untuk apa membawa buket bunga?

Amarah menggumpal di dalam hatinya, disini adalah rumah Grace, sekarang Grace termasuk seorang pasien, sangat normal jika ada orang yang datang mengunjunginya dan memberikan bunga.

Dharius menenangkan diri sendiri, dia terus duduk menunggu di teras.

Dia melihat Ibu Guan pergi memanggil Grace, penasaran apakah ada tamu Grace akan memanggilnya.

Tapi perempuan ini sama sekali tidak menganggapnya, Dharius semakin emosi.

Setelah sekian lama bertiup angin sendirian di teras, Dharius akhirnya melihat Grace keluar mengantar Dennis.

Mereka terlihat lumayan dekat, bahkan Grace mengantarnya sampai ke samping mobil.

Dharius tidak melewatkan Dennis yang terlihat bengong setelah melihat Grace tadi.

Sebagai lelaki, hal yang paling dia mengerti adalah pemikiran lelaki, ternyata dia tidak kebanyakan pikir, Dennis benar-benar menyukai Grace.

Dharius merasa marah, perempuan kurang ajar ini, kemanapun tidak lupa menarik perhatian serangga, dulu ada Grayson Han, sekarang Dennis Lu.

Dia tidak bisa duduk diam di atas lagi, dia membuka pintu dan berjalan keluar.

Ketika Grace berjalan masuk ke ruang tamu, Dharius sudah berjalan turun, tatapannya tertuju pada buket bunga Lily di atas meja, dia tidak tahan dan tersenyum sinis: "Bunga ini sangat cantik!"

Grace berkata datar: "Kalau suka kuberikan untukmu!"

"Aku tidak suka bunga." Dharius mengulurkan tangan mengambil bunga itu dan melihat kiri kanan, tiba-tiba tangannya melepas buket tersebut, buket tersebut pun jatuh ke lantai.

"Wah, lihat bunga ini sudah rusak, salahkan aku, tanganku licin." Dharius memasang muka polos.

Grace melihat bunga di lantai sekilas, tertawa datar: "Rusak ya rusak, untuk apa sakit hati?"

Grace berkata santai dan berpaling berkata pada pembantu: "Buang saja!"

Pembantu tersebut langsung membereskan buket bunga, Grace memijat pinggangnya: "Aku pergi berbaring sejenak."

Melihat Grace sama sekali tidak peduli dengan bunga yang diberi Dennis, hati Dharius pun membaik, dia mengulurkan tangan menopang pinggang Grace: "Perlu kugendong?"

"Tidak usah, aku tidak selemah itu."

Grace tidak mau Dharius menggendongnya, Dharius malah memaksa mau menggendong Grace, Dharius mengulurkan tangan dan menggendong Grace, kemudian berjalan ke atas, baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar langkah kaki terburu-buru dari pintu.

Terdengar suara Max, "Tuan muda, ada masalah besar!"

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu