My Perfect Lady - Bab 35 Menanggung akibatnya sendiri (1)

Melihat Dharius begitu tidak terkendalikan, hati Sophia berkecamuk, dia menebak malam ini akan berhasil.

Ia mengendalikan rasa senangnya, lalu memonyongkan bibir : “Dharius, jangan……”

Di mulut berkata tidak mau, tapi tangannya malah melepas ikat pinggang Dharius……

Di saat ini juga ponselnya berbunyi, deringan telepon membuat Dharius mengangkat kepala di atas tubuh Sophia.

Meskipun parfum membuatnya memanas, tapi kemantapan hati Dharius bukan bisa dibayangkan orang pada umumnya, dia langsung terduduk tegak.

Tidak disangka Dharius masih bisa menolak di saat ini, dalam hati Sophia merasa kesal, karena tidak ingin usahanya sia-sia, dia pun melingkarkan tangannya ke leher Dharius dan menempel bibir merahnya.

Deringan ponsel kembali terdengar, ponsel pribadi Dharius punya pengaturan yang ketat, setiap telepon dari orang yang berbeda punya nada dering yang berbeda pula, nada dering yang berbunyi saat ini adalah dari tante Zhang.

Kalau telepon dari orang mungkin Dharius tidak akan mengangkat, tapi tidak sama jika itu tante Zhang, Dharius menahan panas yang menggelora di hatinya, didorongnya Sophia dan mengangkat telepon.

Terdengar suara tante Zhang : “Tuan muda, nona Tang kecelakaan!” “Apa?” Dharius terkejut, darah panas yang menyeluruhi badannya seketika mendingin, “Bagaimana lukanya?”

“Sudah diantar ke rumah sakit, untuk lebih detailnya belum tahu.:

“Aku mengerti, aku segera ke sana!”

Dharius menutup telepon dan menatap Sophia yang sedang melihatnya. Dia meraba hati nuraninya, tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu kepada Sophia.

Apakah karena dia mabuk malam ini?

Pasti iya! Karena mencemaskan Grace, dia tidak banyak berpikir, hanya memelankan nada bicaranya dan menatap Sophia dengan merasa bersalah : “Sophia, sesuatu terjadi dan aku harus segera ke sana.”

Tidak disangka di saat genting begini malah diganggu, hati Sophia mulai gelisah, tapi tidak ditampilkan, ia hanya menarik selimut untuk menutup badannya dan berkata : “Pergilah, hati-hati.”

Dharius mengangguk, dengan langkah besar ia keluar dari kamar.

Dari luar terdengar suara suara mesin mobil, Sophia membanting bantal di ranjang dengan keras.

Dharius segera menyuruh Max menyetir ke rumah sakit, sepanjang perjalanan dia merasa mulutnya kering, tidak berhentinya dia minum air.

Dengan cepat mobil sudah sampai di depan rumah sakit, Dharius langsung masuk dengan langkah besar, melihat Dharius, Fera pun mendekat : “CEO Ye!”

Dharius mengernyitkan alis : “Bagaimana keadaannya sekarang?”

“Sekujur badannya penuh darah, tidak berhentinya dia menjerit sakit, dokter sedang mengobati lukanya.” Usai berkata demikian, Fera menatap Dharius dengan hati-hati : “CEO Ye, mobil anda rusaknya parah, apakah anda mau melihat mobil dulu……”

“Apakah sekarang saatnya membicarakan itu?” Dharius memotong pembicaraannya dengan sebal.

Melihat wajahnya yang suram, Fera terkejut hingga tidak berani berbicara lagi.

Dengan langkah besar Dharius berjalan ke depan pintu ruang operasi meninggalkan Fera di sana, dari dalam terdengar suara rintihan Grace, mendengar jeritannya, Dharius jadi risau, ia tidak bisa menahan diri untuk mendorong pintu dan masuk.

Di atas ranjang operasi, pakaian Grace berantakan, kening dan tangannya penuh darah, dokter sedang mencuci lukanya dengan alkohol.

Grace berteriak setiap kali alkohol itu menyentuh lukanya, Dharius mengira dia terluka parah, setelah melihat langsung akhirnya dia menghembuskan nafas lega.

Hanya luka luar, baguslah kalau dia tidak apa-apa!

Melihat Dharius, mata Grace langsung berkaca-kaca menatapnya, matanya seperti bisa berbicara, Dharius ke hadapannya tanpa sadar.

“Kenapa begitu tidak berhati-hati?”

Grace mengulurkan tangan mencengkram tangannya, suraranya agak lemah : “Aku sakit!”

“Kamu pantas mendapatkannya! Siapa suruh kamu tidak menurut, malah keluar!” Dharius menatapnya dengan suram.

Wajahnya serius, tidak tampak sedang bercanda, Grace pun tidak berani membuka mulut lagi.

Tapi tangannya masih tidak lepas dari tangan Dharius, dengan cepat dokter sudah selesai mengobati lukanya, semuanya hanya luka luar, jadi dokter menyarankan untuk pemulihan di rumah.

Dharius mengangguk, lalu menggendong Grace keluar dari rumah sakit, Max menyalakan mesin mobil meninggalkan rumah sakit dengan cepat.

Grace dengan patuhnya bersandar di badan Dharius tidak bergerak, tadi karena mencemaskan Grace, Dharius mengendalikan dirinya, sekarang Grace yang wangi sedang ada di dalam pelukannya, efek parfum yang masih tersisa pun mulai bekerja lagi.

Dharius merasa mulutnya kering dan sekujur badannya panas, darah di dalam tubuhnya mulai bergelora lagi.

Di badannya masih ada luka, bukan saatnya melakukan hal seperti ini, Dharius berusaha mengendalikan api di dalam dirinya.

Bertahan, bertahan sebentar lagi saja!

Grace tidak tahu Dharius diberi obat oleh Sophia, melihat Dharius memejamkan mata seolah sangat menderita, dia mengulurkan tangan mencoba meraba keningnya, “Loh! Kenapa kening kamu panas sekali? Kamu sakit?”

Dharius menangkis tangannya : “Jangan sentuh aku!”

“Kamu masih marah sama aku? Lagi pula aku bukan sengaja mau kecelakaan.”

“Kalau kamu sengaja aku akan mencekikmu!” Dharius menggertakkan gigi.

Meskipun perkataannya kejam, tapi Grace tidak merasa takut, dia bersandar lagi ke badan Dharius, “Badan aku sakit, kamu bantu aku tiup!”

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu