My Perfect Lady - Bab 33 Rencana yang gagal (2)

Mendengar suara mesin mobil, tante Zhang keluar menyambut, saat melihat Grace dia pun mengeluh : “Kenapa kamu baru pulang?”

“Maaf, tadi ketemu masalah di jalan!” Grace penuh dengan wajah bersalah.

“Tuan muda menelepon kamu berkali-kali.”

“Iyakah?” Grace pura-pura mengeluarkan ponsel dan terkejut : “Ya ampun, bateraiku sudah habis.”

“Cepat telepon ke tuan muda.” Desak tante Zhang.

“Sekarang sudah begitu malam, tidak apa-apa? Mungkin dia sudah tidur?” Tanya Grace.

“Tidak apa-apa, nyonya besarku, bagaimana mungkin dia bisa tidur kalau kamu belum pulang?” Cepatlah kembali ke kamar kamu dan telepon!”

Grace mengiyakan sembari kembali ke kamar dengan langkah cepat, ditutupnya pintu kamar, lalu menelepon ke Dharius dengan pesawat telepon di kamar, telepon tersambung dengan cepat, terdengar suara Dharius yang agak dingin : “Kamu sekarang baru pulang?”

“Iya!”

“Pergi ke mana?”

“Aku pergi minum bir dengan kak Fera.”

“Bukankah aku suruh kamu pulang? Kenapa tidak menuruti perkataan aku?”

“Kamu tidak di rumah, aku bosan sendirian.”

“Hehe, maksud kamu mau aku menemani kamu setiap hari, tidak pergi sedikit pun?” Dharius tertawa dingin.

“Bukan, aku bukan berpikir seperti itu.”

“Lebih baik kamu jangan berpikir seperti itu, aku tidak punya tenaga dan waktu untuk dihabiskan di wanita, kalau ingin menjadi wanita aku, lain kali patuh sedikit, ingat, aku suka wanita yang patuh!”

“Iya, lain kali tidak akan terjadi hal seperti ini lagi!” Grace mengiyakan dengan menurut.

“Baiklah, kamu istirahat saja, besok aku akan meluangkan waktu mengunjungi kamu.” Usai berkata seperti itu, Dharius pun mematikan telepon.

Terdengar suara tut tut tut dari balik telepon, Grace pun meletakkan telepon yang di tangannya perlahan.

Ekspresi wajahnya masih tidak berubah sedikit pun, hanya saja hawa dingin di matanya semakin menjadi-jadi.

Semua pria sama saja, memakan yang di mangkuk namun memandang yang di kuali, Dharius tidak berbeda terhadapnya, dia tidak perlu berpikir terlalu banyak!

Setelah menutup telepon, Dharius berbaring di atas ranjang, nada bicaranya sangat tidak enak didengar juga karena dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Hidup selama dua puluhan tahun, pertama kali dia begitu cemas kepada seorang wanita, tapi Grace sama sekali tidak merasakan kesungguhan hatinya.

Dharius memijit keningnya, mengapa belakangan ini dia jadi begitu takut kehilangan? Seperti berubah menjadi orang lain.

Pada dasarnya semua karena Grace, hati yang ia keluarkan untuk Grace sepertinya terlalu banyak, ini tidak seperti dirinya.

Teringat sikap acuh tak acuh Grace di telepon tadi, Dharius merasa gagal, wanita itu makhluk yang tidak boleh dijunjung, bersikap baik dengannya, dia langsung mengangkat wajah dan tidak tahu batas.

Kelihatannya harus mengabaikan dia sejenak, agar dia baik-baik menginstropeksi diri.

Dua hari selanjutnya Dharius tidak pulang, juga tidak menelepon, Grace diam menetap di vila, sama sekali tidak keluar.

Meskipun dia tidak keluar, tapi apa yang terjadi di luar masih tidak luput dari matanya, saat dia sedang membuka internet, ia melihat berita utama bahwa Dharius menemani pacarnya, Sophia, ke pasar perayaan, mereka bermesraan dan menonton drama musikal di teater.

Dharius juga membeli batu jade yang tidak sedikit harganya untuk Sophia di acara lelang amal, Grace membanting ponselnya dan diam di sofa agak lama.

Dharius bukan pria biasa, dia adalah orang yang bisa mendapatkan apa pun yang ia mau, dia terbiasa dijunjung tinggi oleh orang-orang, terbiasa menjadi pusat perhatian orang-orang.

Terkadang memberinya sedikit rasa yang baru akan menarik perhatiannya, tapi jika terlalu sering malah akan membuat dia sebal.

Dia sudah perang dingin dengannya selama dua hari, sudah saatnya menundukkan kepala mengalah.

Grace mengambil ponselnya dan menelepon ke Dharius, telepon berdering agak lama namun tidak ada yang menjawab, Grace tidak menyerah dan terus menelepon.

Beberapa lama kemudian, akhirnya telepon sudah tersambung, terdengar suara Sophia yang lemah lembut : “Halo! Siapa ya?”

Tidak disangka Sophia yang mengangkat telepon, Grace diam tidak bersuara.

Sophia langsung mendengar bunyi deringan ponsel saat masuk ke kamar Dharius, dia pun mengambil dan melihat nama Grace Tang di layar ponsel.

Grace Tang ini pasti wanita pelacur rendahan itu, sekilas tampak tatapan dendam di mata Sophia.

Dia mengendalikan keinginan memakinya, lalu menambahkan seolah tidak ada apa-apa : “Dharius sedang mandi, atau nanti kamu telepon lagi?”

Sedang mandi? Informasi dari perkataan ini terlalu banyak, tangan Grace yang mengenggam telepon pun mengerat, apa yang dilakukan hingga perlu mandi sekarang?

Muncul bayangan Dharius yang tidak sabar dengan dirinya itu di benak Grace, ia merasa tersindir sekali, sehingga ia pun membasahi bibir dan menutup telepon tanpa bersuara.

Mendengar suara telepon dimatikan, Sophia tersenyum dingin, dengan cepat dia menghapus daftar panggilan masuk, lalu meletakkan ponselnya kembali.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu