Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 198 Mama Bilang, Punggung Papa Nyeri

Jiang Shutong tunduk dan makan sesuap nasi, berkata, “Presdir Gu, Bolehkah tidak merokok!”

Gu Mingcheng mengerutkan keningnya, “Kenapa?”

Saat seperti ini, jika tidak merokok untuk menenangkan diri, ia takut ia bisa gila.

Restoran itu tiba-tiba datang seorang wanita cantik, datang bersama seorang laki-laki, melihat Gu Mingcheng, ia menunduk dan tersenyum, menyapa, “Hallo Presdir Gu.”

Wanita itu menghadap Gu Mingcheng, membelakangi Jiang Shutong, Jiang Shutong memiringkan kepalanya dan melihat, sangat cantik, tipe yang sangat sombong, mungkin dia adalah salah satu harem Gu Mingcheng.

***(harem = selir)***

Jiang Shutong melihatnya sekilas, kemudian kembali, makan dengan santai, kemudian memerhatikan Ken, ia baru menyadari wajah Ken sangat pucat, sangat tidak baik.

Disana, Gu Mingcheng masih menghisap dan mengeluarkan asapnya.

Jiang Shutong panik!

“Bolehkah tidak merokok lagi?” kalimat Jiang Shutong yang ini, sangat memaksa, sangat keras.

Gu Mingcheng juga melihat bahwa wajah Ken semakin tidak baik, kemudian ia memadamkan rokoknya.

Sumpit Ken jatuh tergelincir ke bawah, seluruh tubuhnya tersesak-sesak.

Jika tidak pernah melihat penyakit asma Adam kambuh, kemungkinan Gu Mingcheng tidak akan menghubungkan penyakit Ken dengannya dengan begitu cepat, tetapi, cara kambuh keduanya sangatlah mirip.

Wajah Jiang Shutong berubah menjadi merah karena sangat panik, ia mengeluarkan inhaler kecil dari dalam ranselnya, menyemprotkannya pada Ken.

Sepertinya sudah berpengalaman, selalu membawa inhaler.

Ken menenangkan diri, akhirnya ia sudah membaik, ia bersandar di dalam pelukan Jiang Shutong, ada semacam trauma yang tersisa, matanya berkaca-kaca, “Mummy, aku takut. Aku takut!”

Wajah Jiang Shutong terlihat kuat, namun itu adalah sifat seorang ibu yang harus kuat, “Tidak takut, tidak takut, sudah sembuh.”

“Mummy, Aku takut aku tidak bisa tumbuh besar seperti orang normal!” Ken setengah berbaring dalam pelukan Jiang Shutong.

Dalam 3 tahun ini, dia sudah kambuh sebanyak 3 4 kali, setiap kali selalu seperti berjalan ke gerbang neraka, bagi anak sekecil dia, sangatlah menyedihkan, seperti sesuatu yang selalu menghantuinya, sangat menyulitkan Ken.

Gu Mingcheng duduk di seberang, melihat sambil mengerutkan alis.

Tidak rela, kesal.

Tetapi perasaan tidak rela lebih mendominasi.

“Tidak, kamu lihat Adam, dia sama seperti orang normal, lagipula ia menjadi dokter spesialis kardiologi yang terkenal, aku yakin kelak Ken akan lebih hebat dari Adam, Semangat!” Jiang Shutong menggengamkan kepal tangannya, menyemangati Ken.

Perkataan orang dewasa adalah langit bagi anak.

Meskipun masih lemah, tetapi dia adalah salah satunya penghibur dan penghalang anak, hanya dialah yang bisa memberikan penghiburan yang paling baik bagi anaknya.

Kelak sudah sekolah, masuk lingkungan masyarakat, pandangan orang memandang Ken, mungkin ada sedikit perasaan kasihan, menyedihkan, mungkin juga akan menjauhinya, tidak apa-apa jika ia tidak kambuh, jika ia kambuh, maka semua orang akan seperti itu, dan kemungkinan dia akan menjadi tidak pantas, Jiang Shutong berpikir, ia menjadi sangat khawatir dengan masa depannya.

Menjadi semakin benci dengan orang yang duduk di depannya.

“Mau pergi rumah sakit?” Gu Mingcheng menanyakan.

“Tidak perlu!” Jiang Shutong mengangkat kedua bola matanya, menatapinya, matanya berkaca-kaca, kebencian yang cukup dalam.

Tatapan kebenciannya yang sudah menembus kedalaman jiwanya, ia memerhatikan anak itu, memiringkan kepalanya, menatapi Gu Mingcheng.

Kebencian untuknya!

Ia hanya tau bahwa asma anak disebabkan karena ia merokok.

Tidak tau bahwa Jiang Shutong ada dendam lain....berikan anak.....tubuh seperti ini, hari ini sangat memperburuk keadaan!

Jiang Shutong menggunakan tatapan penuh dendamnya menatapi Gu Mingcheng, menatapinya selama 10 menit.

Seolah-olah seperti sedang mengecek kesalahannya, membuatnya mengintropeksi diri.

Untuk pertama kalinya Gu Mingcheng tidak tau mau berbuat apa di depan Jiang Shutong.

Setelah 4 tahun, ia tidak dapat menghadapi seorang ibu, jelas sekali cinta yang ia berikan pada anak ini, sudah melebihi dirinya seperti waktu itu.

Jadi, dia tidak memiliki alasan untuk berpikir berlebihan disini.

Tiba-tiba hati penuh dengan frustasi.

Asma, warisan sialan.

Kata-kata Jiang Shutong yang menenangkan Ken tadi, ia juga sudah mendengar, nama Adam, muncul beberapa kali, mungkin ingin memberitahu Ken bahwa di dunia ini juga ada yang sama sepertinya, membuatnya tidak merasa sendirian.

Adam!

Momen itu, membuat hati Gu Mingcheng kehilangan arah.

Rasa cemburu yang tidak pernah ada sebelumnya, kecemburuan yang sangat gila, kecemburuan yang tak berdaya.

Rasa seperti cemburu pun sudah tidak dapat membuatnya kembali lagi.

Jiang Shutong akhirnya tersadar bahwa ia telah menatap mata Gu Mingcheng dalam waktu yang panjang, kemudian ia menyeka air matanya, berkata, “Maaf, Presdir Gu, kami pamit dulu. Anak sangat menderita.”

Selesai berbicara, ia menggendong anak dan pergi.

Ken sekarang sudah 30an kilo, tetapi Jiang Shutong masih terasa ringan walaupun menggendongnya.

Akhirnya Gu Mingcheng mengerti mengapa sekarang ia memakai baju olahraga, dan tas ransel.

Gu Mingcheng bahkan kehilangan keberanian untuk mengantarnya!

Wanita ini, tidak pernah sama dengan wanita lain.

Dulu mencuri pergi hatinya, sekarang, untuk pertama kalinya ia merasa kecil di depannya.

Atau, di depan seorang ibu, ia merasa kecil.

Tidak bertemu 4 tahun, ia telah menjadi seorang ibu.

Ia adalah “Bos Besar Gu” yang serba bisa dipandangan semua orang, Presdir Gu yang membuat meleleh semua wanita di Kota Hai.

Wanita cantik yang tadi menyapanya, melihat kearahnya, lumayan terkejut, sepertinya kali ini yang meninggalkan adalah seorang mama muda, selera Presdir Gu semakin berat!

Gu Mingcheng melipat kedua tangannya, berbaring di sofa, mengerutkan alisnya.

Kembali ke Villa di gunung, suasana hatinya sedikit buruk.

Ye Xia sedang berbincang dengan Xiao Qu di ruang tamu, Xiao Qu sedang membacakan sebuah buku untuk Ye Xia, sepertinya ini adalah buku yang disukai Ye Xia disaat muda.

Gu Mingcheng tidak begitu memperhatikan.

Perhatian kepada Ye Xia, jika dibandingkan dengan Jiang Shutong, jauh lebih sedikit, bahkan lebih sedikit dibanding Ken yang baru muncul beberapa hari.

Hatinya sekarang, sudah dipenuhi oleh wanita ini dan anaknya, sudah tidak memerhatikan yang lain.

Xiao Qu melihat suasana hatinya tidak baik, tidak berani berbicara, Ye Xia memang tidak banyak bicara, apalagi mengurusi.

Setelah naik kelantai atas, ia mengambil minuman keras dari dalam lemarinya, anggur merah, arak putih, bir kalengan, semuanya.

Semakin minum semakin marah, ia merobek kerah bajunya.

Ketika ia tidak begitu sadar, ia melempar bantal, berbunyi “duang”, kaca jendela pecah!

Xiao Qu mendengar suara, segera naik keatas.

Gu Mingcheng duduk diatas sofa, memegang dan minum bir kalengan, kelihatannya sudah mabuk.

Masih minum, menggunakan bir untuk melampiaskan kesedihan.

Xiao Qu berkata, “Presdir Gu, jangan minum lagi!”

Dalam khayalannya, ia seperti mendengar suara perempuan itu, “Presdir Gu, jangan merokok lagi!”

Seumur hidup Gu Mingcheng, ia tidak pernah semabuk ini, lagipula, anggur merah dan arak semuanya bercampur, pastinya lebih mudah mabuk.

Melihat ada seorang wanita disisinya, membungkukkan badan dan membereskan barang, seperti melihat dirinya.

Dengan sekejap ia menimpa Xiao Qu dibawahnya, wajah Xiao Qu memerah sambil menolak, “Presdir Gu, aku Xiao Qu, kamu salah orang, salah orang!”

Gu Mingcheng tiba-tiba tersadar, ia memiringkan tubuhnya ke samping, berkata, “Pergi!”

Bukan rasa itu, bukan dia.

Baik itu kelembutan tubuhnya, ataupun gerak-geriknya, bukanlah wanita itu.

Xiao Qu segera bangkit dari sofa, lari ke lantai bawah, tidak ada niat untuk menghadapi Ye Xia hari ini, dia bilang bahwa ia masih ada kerjaan, pamit dulu!

Kemeja Gu Mingcheng berantakan, tertidur di atas sofa, angin tertiup masuk dari jendela, untung saja bukan musim dingin.

Angin hangat.

Gu Mingcheng beristirahat seharian di dalam rumah, ia bekerja di hari ketiga, jujur saja, baru-baru ini ia tidak ada niat untuk bekerja, nyeri punggung, nyeri bahu, seluruh tubuh tidak enak.

Dia memanggil Zhu Yun, untuk datang memijatnya.

.........

Penyakit Jiang Linian telah sembuh, namun belum keluar dari rumah sakit.

Jiang Shutong sibuk kedua arah, membuatkan nasi di rumah, kemudian mengantarkannya dan menjaga Jiang Linian di rumah sakit.

Adam selesai rapat, telah kembali ke Jerman, mau kembali bekerja, lagipula dia tidak seperti Jiang Shutong, begitu bebas.

Oleh karena itu, tidak ada yang menjaga Ken, tiap hari mengikuti Jiang Shutong sibuk ke 2 tempat, sedikit menyusahkan, lagipula, anak kecil selalu keluar masuk rumah sakit juga tidak baik.

Karena masalah kemarin Bai Mei mengirimkan sebuah pesan kepada Gu Mingcheng : “Maaf!”

Gu Mingcheng hanya tersenyum pahit.

Salah mengakui anak, apa yang lebih menyakitkan daripada wanitanya bersama orang lain.

Sebagai gantinya, Bai Mei berinisiatif membantu Jiang Shutong menjaga anak, Jiang Shutong berkata kepadanya, jangan pergi mencari Gu Mingcheng lagi.

Kemarin Gu Mingcheng bertanya pada Jiang Shutong, apakah dia mengadopsi anak lagi, dia tau, Gu Mingcheng pasti belum mengetahui kebenarannya.

Sebenarnya ingin memberitahukannya, namun setelah melihatnya menyapa perempuan cantik itu, tiba-tiba ia tidak ingin memberitahunya.

Begini saja.

Lagipula, ia merokok dan membuat asma anak kambuh, Jiang Shutong juga tidak ingin memberitahunya.

Pokoknya, benci padanya.

Suatu hari nanti, ia ingin membawa anak pulang ke Jerman.

Ia akan mempunyai hidupnya sendiri.

Ia sangat sangat benci pria itu merokok.

4 tahun lalu, ia sudah bilang berkali-kali, namun, pria itu tidak berubah.

Hari ini adalah hari Minggu, Ken dan Xu Shenjing berada di rumah Xu Maoshen, bermain dengan sangat senang, bagaimanapun juga Xu Shenjing adalah salah satu kakak yang ia kenal di China, Bai Mei tidak ada waktu, meletakkan kedua anak kemudian pergi.

Xu Maoshen menatapi Ken dengan sangat lama, kemudian suatu hari, ia menyadari bahwa itu anak dari Shutong, wajahnya begitu mirip dengannya, itu adalah suatu hal yang ajaib, dan juga hal yang begitu menyakitkan.

Ia juga curiga, apakah anak ini adalah anak dari Gu Mingcheng.

Jika seperti semua orang yang tidak mengetahui tentang Adam dan asma, Xu Maoshen juga akan menganggap bahwa ayah dari anak ini adalah Gu Mingcheng.

Ken berkata kepadanya bahwa ia kangen dengan paman Gu, sangat-sangat kangen.

Xu Shenjing bilang, “Jika begitu, biarkan papaku mengantarkan kita ke tempat paman Gu, aku juga kangen dengannya.”

Walaupun tidak mengerti bahasa Jerman Ken, namun Xu Maoshen bisa mengerti bahwa ia ingin bertemu paman Gu, lagipula di rumah juga bosan, lebih baik ke kantor Gu Mingcheng, lebih banyak orang, lebih ramai.

Sesampainya Ken di kantor Gu Mingcheng, ia sangat sangatlah senang, segera berlari kearah ruangan Gu Mingcheng, sudah tidak sabaran dengan paman Gu-nya.

Perusahaan Mingcheng seperti ada tanda-tanda akan berubah menjadi taman bermain kanak-kanak.

Gu Mingcheng mendengar suara berisik dari luar, ia tau pasti Xu Maoshen membawa anak itu datang mencarinya.

“Telepon Xiao Qu, panggil dia datang, jadi penerjemah!” Gu Mingcheng berkata kepada Zhu Yun.

Zhu Yun menelepon Xiao Qu.

Xiao Qu tidak bilang datang, namun juga tidak bilang tidak datang, hanya ragu, karena kejadian kemarin.

Dia belum datang, Ken dan Xu Shenjing sudah masuk ke ruang istirahat Gu Mingcheng, melihat Gu Mingcheng telanjang dan terbaring di ranjang ruang istirahat, dan dipijati oleh Zhu Yun, ia sedikit penasaran.

Ken berkata dengan sangat panjang dengan bahasa Jerman.

Kata ini, Gu Mingcheng dan Zhu Yun tidak mengerti.

Namun sepertinya karena Xu Shenjing sudah lama bermain dengan Ken, banyak bahasa Jerman yang ia mengerti tanpa diajari.

Lagipula, kata Jerman yang ini, dia mengerti bahwa ini buruk.

“Ia bilang, pernah sekali, ia demam, mamanya memijatkan punggungnya dengan minyak angin, kemudian air mata mamanya terjatuh sambil memijat, dia bertanya kenapa mama menangis, mamanya bilang, “punggung papamu nyeri!” “

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu