Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 189 Tolong Aku dan Anakku

Jiang Shutong teringat ketika berada di Shanghai, ada seorang gelandangan mengatakan bahwa jalan hidupnya sangat buruk, akhirnya bagaimana, dia sudah lupa, tetapi lumayan benar seperti yang dikatakannya.

Mencari rumah, mencari kerja, Jiang Shutong juga tidak bisa Bahasa Jerman, diusia 26 tahun, mempelajari satu Bahasa asing, sangat besar tantangan ini.

Tetapi Jiang Shutong bisa mengubah diri dari seorang ibu rumah tangga menjadi seorang pemilik pabrik, dan dua toko milik sendiri, pastinya tidak bisa diremehkan.

Jiang Shutong menyewa apartment yang kecil dulu, sekarang ia masih mempunyai sedikit uang ditangannya, jika ia duduk dan makan terus, cepat atau lambat ia akan bergelandangan, kemudian ia mulai mencari pekerjaan, ia mendapatkan pekerjaan menjual baju di lingkungan orang China, bagaimanapun juga ia tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai Bahasa Jerman.

Mulai merasa mual, kantuk adalah hal yang baru boleh terjadi setelah semuanya beres.

Ia berpikir dalam hati : apakah sudah hamil? Tetapi dia mengalami kesulitan kehamilan. Dia merasa kemungkinan terjadinya sangat kecil, dia baru saja datang untuk liburan, mana mungkin? Lagipula orang itu merokok terus, mungkin saja dia sama sekali tidak terpikir bahwa dia bisa hamil.

Pergi ke apotik untuk membeli strip tes untuk menguji, dua garis merah, sangat jelas, garis merahnya muncul dengan sangat cepat, hanya dalam waktu sekejap.

Jiang Shutong tidak yakin bahwa strip tes Jerman persis dengan strip tes China, mungkin saja sebaliknya, karena dia tidak mengerti bahasa Jerman, jadi, ia membawa hasil strip tesnya ke apotik, menanyakan apakah ini pertanda hamil atau tidak.

Menurut Jiang Shutong diantara orang-orang asing berambut pirang ini, tidak terlihat satupun orang China yang terlihat seperti Gu Mingcheng, kesepian seperti ini sangat menakutkan.

Untungnya pelayan apotiknya adalah orang China, jadi Jiang Shutong merasa akrab, mereka melihat tampak Jiang Shutong, dan sempat menanyakan identitasnya, ia memberitahu bahwa ia telah bercerai, hidup seorang diri di Jerman.

Setyelah pelayan apotik melihat strip tes Jiang Shutong, berkata, “Hamil. Pernikahan yang mana yang kamu ceraikan? Cepat pergi cari mantan suamimu.”

Jiang Shutong sangat terkejut, kenapa harus hamil pada saat seperti ini?

Ia sudah lama menanti-nantikan anak ini, tetapi sekarang bukanlah saat yang tepat.

Ia ingin menghubungi Gu Mingcheng saat ini juga, lagipula ia juga sangat merindukannya.

Tetapi ketika ia mengangkat telepon, ia menutup kembali.

Awalnya, ketika Jiang Shutong meneleponnya, Gu Mingcheng tidak mau mengangkat, namun sekarang Gu Mingcheng meneleponnya, Jiang Shutong justru merasa takut, takut kenapa, ia sendiri juga tidak tau mengapa, ia ingin bertanya kepada Gu Mingcheng, ia menginginkan anak ini atau tidak.

Jiang Shutong pergi ke rumah sakit ingin menggugurkan anak ini, dokternya adalah orang China, dokter berkata dengan Bahasa China, ia berkata bahwa anak ini sangat sehat, mengapa mau digugurkan? Lagipula, berdasarkan kondisi fisik Jiang Shutong saat ini, jika menggugurkan anak ini, akan sulit untuk memiliki anak lagi, subsidi pemerintah Jerman sangat bagus, sama sekali tidak perlu memikirkan masalah biaya, dokter menganjurkan Jiang Shutong untuk melahirkan anak ini.

Sebelumnya Jiang Shutong datang bulan bukan pada jadwalnya, merupakan tanda-tanda terancam aborsi, ini merupakan respon tubuhnya, tidak menutup kemungkinan, bisa diatasi dengan meminum obat.

Jiang Shutong semakin menentang.

Malam hari ketika kembali ke rumah, Jiang Shutong duduk di atas ranjang, menyandarkan dagunya diatas lututnya, “Anakku, aku dan papamu sudah tidak ada masa depan. Tetapi aku sangat menginginkanmu, membiarkanmu menemaniku, walaupun harus seorang diri sepanjang hidupku aku sudah pasrah.... tetapi kamu tidak memiliki ayah sejak kecil!”

Jiang Shutong berbaring pada lututnya, kemudian menangis lagi.

Harus diakui, di lubuk hati paling dalamnya, perasaan dengan anak ini berbeda dengan Jiang Duomi.

Jiang Duomi, ia tidak perlu memikirkan persoalan ayahnya, anak ini, ia berharap anak ini memiliki kasih sayang dari ibu dan ayah yang lengkap, ada keluarga yang berbahagia, tetapi sekarang, sangat jelas, ia tidak dapat memberikannya pada anak ini.

Mungkin Jiang Shutong mempunyai keinginan untuk menjadi seorang ibu, mungkin juga karena sifat tidak ingin kalahnya, ia telah hamil dua kali, dan Tuhan selalu merampas anaknya, sekarang ia hanya ingin melakukan pertarungan untuk terakhir kalinya dengan Tuhan, ia ingin melihat apakah Tuhan akan memberikan anak ini padanya atau tidak.

Demi anak ini, pola makannya sangat teratur, setiap malam ia selalu memikirkan orang itu hingga sakit hati dan insomnia, tetapi jika teringat anak ini, ia merasa pulih kembali.

Sebelumnya beberapa kali ia mengambil ponsel, ingin menelepon orang itu, tetapi seiring waktu berjalan, ia menjadi semakin tidak memiliki keberanian, akhirnya ia tidak lagi meneleponnya.

Kali ini sudah tidak seperti waktu berpisah dengan Gu Mingcheng, sedih setiap hari, berat badan turun drastis.

Setiap hari ia bersemangat untuk terus maju, ia mau berjuang menciptakan langit dalam kesulitan, ia juga sangat berjuang dalam pekerjaan, meskipun para rekan kerja tau dia hamil, dan menyuruhnya banyak beristirahat, tetapi Jiang Shutong tetap bersikeras, ia takut para rekan memperlakukannya sebagai orang yang lemah, ia mau mengumpulkan uang, ia ingin membuka toko miliknya sendiri di Jerman.

Ia memang mempunyai dasar, membuka sebuah toko bukanlah mimpi.

Perutnya mulai terlihat pada bulan keempat.

Pertengahan musim dingin, bersalju dan dingin diluar, Jiang Shutong berada di dalam kamarnya, menyamping melihat ke cermin, ia tertawa melihat dirinya yang telanjang di dalam cermin.

Berkali-kali berpikir, jika ia berada disini, apa yang akan ia lakukan?

Pastinya ia akan sangat sangat senang.

Tentu saja, bisa jadi sudah ada wanita yang baru di sisinya sekarang, tingkat kelupaan seorang pria begitu cepat, mana mungkin akan mengingat seorang wanita dalam waktu yang lama?

Hanya dia saja, yang tidak ingin melupakannya.

Dulu, ada seorang tetangga berumur sekitar 30-an, istrinya kecelakaan dan meninggal, dalam waktu sebentar ia sudah mendapatkan wanita pengganti, berumur 20-an.

Waktu itu mama masih ada, mama bilang, pria memang begini, orang lama pergi dalam waktu sekejap akan ganti orang baru, jika wanita, pastinya tidak begitu.

Waktu itu mendengar ibu berbicara seperti ini, merasa ingin menangis.

Dalam waktu-waktu ini, pelan-pelan Jiang Shutong sudah bisa mengerti ayahnya, ayah tidak seperti yang dikatakan ibu, segera menikah, walaupun sangat jarang mengungkit ibu, tetapi sama sekali tidak ada wanita lain di sekitarnya.

Menurut Jiang Shutong, jika ingin mengerti seseorang, kita membutuhkan waktu untuk mengerti, seperti kasih sayang Jiang Linian kepadanya, kasih sayang itu terlihat ketika ia sedang tertekan pada masalah.

Jiang Linian adalah tipikal ayah khas China, tidak banyak bicara, bahkan terkadang sangat keras, dan terkadang tidak masuk akal, membuat Jiang Shutong tidak dapat mengerti, mungkin sudah berumur, ia sungguh sangat menyayangi Jiang Shutong.

Hubungan Jiang Shutong dengan ayahnya pelan-pelan sudah membaik, menelepon dan berbicara dengan ayahnya secara teratur, memberitahu keadaannya di Frankfrut, memberitahu bahwa dirinya semakin lama semakin baik, menyuruhnya untuk tidak perlu khawatir.

Persoalan hamil, Jiang Shutong tidak mengungkit satu katapun.

“Tidak ada laki-laki yang mengejarmu?” ini adalah kata yang sangat sering ditanyakan oleh ayah.

“Aku begitu sibuk setiap hari, mana ada laki-laki yang mengejarku, aku ingin membuka sebuah toko, aku sudah mencari agen produknya! Uangnya juga sudah lumayan terkumpul, tunggu beberapa saat lagi, tokoku sudah mau dibuka.” Jiang Shutong berkata dengan gembira.

“Buka saja jika ingin buka, kenapa harus tunggu beberapa waktu?” sepertinya ayahnya tidak begitu mengerti.

Jiang Shutong menunduk dan mengelus perutnya yang sudah mulai membesar, kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Tidak masalah jika ini adalah kali pertama hamil, tetapi ini sudah kali ketiga ia hamil, dan dokter bilang bahwa ia tidak akan mempunyai anak lagi, anak ini, seperti hadiah yang diberikan oleh Tuhan, ia sama sekali tidak pernah terpikir ingin mengandung anak ini untuk berdrama di depan Gu Mingcheng, bahkan, seumur hidupnya ia sudah tidak terpikir ingin bertemu dengannya lagi, apalagi untuk mendapatkan kemuliaan karena kedudukan anaknya.

Ia murni, ingin memenuhi peraaannya yang ingin menjadi seorang ibu, keinginan kecilnya, waktu itu menginginkan Jiang Duomi juga adalah keinginan kecilnya, tidak ada hubungan dengan orang lain.

Bagaimanapun juga, juga harus menunggu setelah lahiran.

Jiang Shutong tidak memberitahu Jiang Shutong mengenai persoalan ini, karena ia takut Jiang Linian akan menyuruhnya untuk menggugurkan anak ini, ia takut Jiang Linian mengeluarkan intonasi yang berbeda.

Seperti sekarang, ia mengandung anak ini seorang diri, sangat baik dan sangat tenang, itu adalah rahasia kecilnya.

Sudah memasuki awal musim panas, musim panas di Frankfrut juga sangat indah, nomor telepon orang itu, sudah pelan-pelan terhapuskan dari hati Jiang Shutong.

Yang berbeda dengan perasaan bahagia sederhananya Jiang Shutong adalah, Gu Mingcheng yang semakin lama semakin kehilangan arah, semakin banyak penderitaan, semakin banyak ia merokok.

Memberikan ia kebebasan, dia benar-benar sudah asing, tidak tau sekarang ia sudah berada di pelukan pria mana?

Gu Mingcheng tersenyum dingin, tidak mengangkat teleponnya, hanya sekedar ingin mendiamkannya, tetapi sekarang justru menjadi dicuekin, ia sama sekali tidak tau dimana keberadaannya, berapa nomor teleponnya, 6 bulan berlalu dengan begitu saja.

Mungkin saja ia sudah melupakannya!

Jiang Shutong sudah keluar dari pekerjaan menjual bajunya, dia berambisi tinggi, tentu saja tidak bisa dipenuhi hanya sebagai bekerja sebagai pelayan toko.

Sekarang ia sudah mulai mencari lokasi toko, direnovasi selama melahirkan, dengan begini, tunggu anaknya sudah mau berumur 1 tahun, ia sudah bisa lanjut bekerja, seorang diri di luar negri, uang adalah nomor satu.

Dalam waktu 9 bulan lebih, Jiang Shutong sudah tidak ada masalah dalam berbahasa Jerman, selain berinteraksi dengan orang lain pada pagi hari, malam harinya ia belajar menggunakan recorder, lebih rajin dibanding waktu ujian dulu, alasan begitu keras bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga ingin memberikan pendidikan yang baik pada anak.

Dengan begini anak ini telah mendengar bahasa jerman selama 9 bulan.

Seminggu sebelum ia melahirkan, ada seorang agen meneleponnya, memberitahunya bahwa ada sebuah rumah yang sangat cocok untuk dijadikan toko, jika ada waktu silakan pergi lihat.

Jiang Shutong sudah memberitahukan semua keperluannya kepada agen, kapan saja agen bisa meneleponnya, sebelumnya, ia sudah melihat beberapa toko, jika bukan karena terlalu kecil pasti karena terlalu pelosok, tidak cocok.

Kali ini, ia pergi, sangat memuaskan, pusat kota, rumahnya cukup besar, membutuhkan waktu lebih lama sedikit untuk melihatnya.

Ketika malam hari, tiba-tiba gerimis, tidak lama kemudian, menjadi semakin deras, menjadi hujan deras.

Agen memberikan payung kepada Jiang Shutong, menyuruhnya untuk berhati-hati dengan perut besarnya.

Jiang Shutong bilang tenang, tidak terpikir olehnya akan terjadi apa-apa, bagaimanapun juga sudah melewati 10 bulan dengan selamat.

Setelah berjalan jauh, ia ingin menaiki taksi, hujan sangat deras, ketika ia berjalan melewati jalan yang begitu terpencil, tiba-tiba Jiang Shutong menjerit “Aaiaa”, ia terpeleset, ia terbaring di lantai, payungnya terjatuh di sampingnya.

Perutnya sakit tidak bisa bangkit, hujan turun mengenai dirinya.

Rasa jengkel Jiang Shutong semakin dalam, semakin dalam, rambutnya dibasahi oleh hujan, payung seorang diri di samping, dulu ia ingin bertaruh dengan Tuhan, lihat apakah ia bisa mempertahankan anak ini atau tidak, sepertinya sudah tidak bisa dipertahankan lagi!

Tuhan sungguh membuat lelucon yang sangat indah dengannya, cukup menyiksanya.

Kemudian, ia melihat ada sepasang sepatu kulit berjalan menghampirinya.

Secara perlahan ia merangkak di lantai, wajahnya dipenuhi oleh air hujan dan lumpur, mengerang dengan pelan, “Tolong aku, tolong aku dan anakku!

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu