Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 148 Tidak Bisa Merelakan Diriku?

Bai Mei, Jiang Shutong dan Xu Shenjing sekarang sudah berada di Singapura.

Selama liburan kali ini, mereka berdua tinggal sekamar di hotel, selain menghemat uang juga ada orang bisa menemani mengobrol, Xu Shenjing terkadang tidur dengan ibunya atau dengan Jiang Shutong.

Malam itu ketika Bai Mei sedang membuka bajunya, tiba-tiba ada sebuah benda yang jatuh.

Tadinya Jiang Shutong tidak memperhatikannya, namun dia tidak sengaja melihatnya dan ketika dia mencoba melihat lebih jelas barang itu adalah ---- kondom.

Jiang Shutong merasa cukup aneh, beberapa hari ini dia tidak pernah melihat Bai Mei bertemu dengan pria, untuk apa membawa kondom.

Kemudian Bai Mei mengambil kondomnya dari lantai.

“Aku sering dinas luar dan untuk jaga-jaga dari tindak kekerasan, jadi apabila ada orang yang menyerang dan aku tidak bisa melawan, maka cara paling baik adalah menyuruhnya memakai kondom!” Bai Mei menjelaskan dengan gamblang.

Jiang Shutong menganggukkan kepala mendengar penjelasannya.

Kalau bicara tentang pemerkosaan, Jiang Shutong menjadi emosional, ibunya, Jiang Yuwei ---

Jiang Shutong merasa keluarganya seperti dikutuk, kenapa sering terjadi hal seperti ini?

Tapi kemudian, Jiang Shutong tertawa pahit, “Sepertinya aku tidak butuh, lagi pula aku tidak bisa melahirkan! Jadi tidak perlu khawatir tentang “bajingan”.

Biasanya Jiang Shutong tidak mau mengucapkan kata tersebut, karena kata ini punya 2 makna kelainan mental.

Dia tidak bisa melahirkan, jadi dia sama dengan wanita pada umumnya yang mengakui kekurangan terbesarnya, dan yang kedua, dia sendiri bisa disebut “bajingan”, dan dia tidak pernah memberitahu Bai Mei, jadi Bai Mei tidak tahu.

Karena dua hal inilah yang membuat Jiang Shutong merasa rendah diri dan tidak cocok bersanding dengan pria itu.

“Kali ini kamu salah, Shutong, apakah kamu tahu tentang kisah cinta perkosaan? Orang seperti ini biasanya punya kelainan seksual, atau bisa juga dia pernah punya banyak pacar, kalau dia punya penyakit AIDS bagaimana? Tentu saja, menyuruhnya memakai kondom adalah sebuah hal yang tidak diinginkan, siapapun tidak ada yang berharap dirinya diperkosa bukan? Salah satunya juga mencegah kehamilan, dan yang paling penting adalah mencegah supaya tidak tertular penyakit AIDS, kusarankan supaya kamu menyiapkan beberapa buah di dalam tasmu, apalagi dirimu tinggal sendirian di pabrik!”

Lagi-lagi Bai Mei mengungkit soal kejadian hari itu.

Jiang Shutong merasa ucapan Bai Mei ada benarnya juga.

Belasan hari kemudian mereka bertiga sudah pulang ke rumah, kemudian Jiang Shutong pergi ke supermarket dan membeli kondom, kebetulan dia memang mau membeli barang jadi sekalian beli kondom.

Karena dia belum pernah membeli kondom jadi dia tidak begitu mengerti merk kondom mana yang bagus, ketika awal-awal dia dan Gu Mingcheng berpacaran, selalu Gu Mingcheng yang membeli kondom, sepertinya merek “Okamoto”, jadi Jiang Shutong membeli beberapa kotak merk Okamoto ini dan menaruhnya di laci meja samping ranjang.

Atas saran dan bujukan dari Bai Mei, akhirnya dia juga menaruh satu buah di tas, di lipatan dompet, untuk jaga-jaga kalau dibutuhkan.

……

Awalnya Xu Maoshen tidak ingin menerima orderan seragam kerja dari Gu Mingcheng, namun dipikir-pikir lagi, Gu mingcheng selalu tidak memainkan permainan yang tidak akan dia menangkan, dan karena dia telah mengeluarkan bidak caturnya, pasti harus ada sesuatu yang ingin dia menangkan, tapi Xu Maoshen tidak tahu apa yang ingin dia menangkan, jadi untuk sementara ini dia menerima orderannya.

Karena harga yang diberikan oleh Gu Mingcheng terlalu tinggi.

Jadi dia menerima bolanya, dan dia akan mengamati pergerakan Gu mingcheng selanjutnya.

Ordernya milik perusahaan Amon, dan kalau harus diminta selesai dalam waktu 3 hari pasti tidak mungkin, jadi dia ingin bekerja sama dengan Jiang Shutong untuk mengerjakannya.

Dia tahu kalau Jiang Shutong tidak akan setuju, karena sekarang dia tidak ada urusan lagi dengan Gu Mingcheng.

Ditambah lagi sekarang ini hubungan antara Jiang Shutong dengan Xu Maoshen mencapai titik bekunya, sejak kejadian mabuk waktu itu, Jiang Shutong tidak bisa memaafkan dia, hingga sekarang posisi Xu Maoshen di mata Jiang Shutong lebih rendah satu tingkat.

Hal ini juga kurang baik kalau dibicarakan lewat telepon, kesannya tidak tulus, jadi hari ini dia sendiri yang akan datang ke pabrik Jiang Shutong, dan ketika berada di jalan Xu Maoshen menerima telepon dari Gu Mingcheng yang bilang kalau dia ingin menanda tangani kontrak.

Xu Maoshen bilang kalau dia akan datang sendiri ke pabrik Jiang Shutong.

Sedangkan Gu Mingcheng sudah berada di jalan menuju Group Mingcheng,

Dia sudah tahu dari awal kalau Xu Maoshen tidak akan bisa menyelesaikan orderan ini, jadi dia harus mencari bantuan Jiang Shutong.

Hah!

Ketika Xu Maoshen tiba di kantor Jiang Shutong, dia tidak menemukannya, karyawannya berkata kalau Direktur Jiang sedang berada di dalam pabrik, jadi meminta Direktur Xu untuk menunggu sebentar.

Xu Maoshen duduk di kantornya dengan gelisah seperti duduk diatas karpet berjarum.

Tadi ada mesin yang rusak dan Jiang Shutong merangkak ke bawah mesin untuk membetulkannya hingga wajah dan rambutnya berlumuran minyak, tubuhnya juga basah dengan keringat, sepertinya ini adalah pertama kalinya Jiang Shutong mengerjakan pekerjaan buruh seperti ini, setelah dia selesai mengerjakannya seluruh tubuhnya terasa sakit, dia ingin kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri, dan ketika dia sedang berjalan ada karyawan yang memberitahunya kalau Direktur Xu datang dan sedang menunggunya di kantor, Jiang Shutong bilang supaya menyuruhnya tunggu sebentar karena dia akan kesana,

Dia kembali ke kamarnya, kemudian mengunci pintu dan menurunkan gorden.

Di pintu kamar Jiang Shutong terpasang sebuah gorden, biasanya kalau dia tidak berada di kamar maka gordennya akan diangkat, dan kalau dia masuk ke kamar maka gordennya akan diturunkan, ini sudah menjadi kebiasaannya, namun entah kenapa kali ini dia terlalu tergesa-gesa hingga ketika dia masuk kamar dia lupa menurunkan gorden bahkan lupa mengunci pintu.

Pintunya bisa dibuka dari luar kalau tidak dikunci dari dalam---

Sepertinya dia tidak menyadari semua ini, semua karena dia berusaha mengimbangi waktu orang itu.

Di dunia yang tidak terlihat, siapakah yang mendekatkan jodoh pernikahan mereka?

Apakah rasa tidak berdaya? alam bawah sadar? Atau memang jelas-jelas dewa pernikahan yang telah menurunkan benang merahnya.

Benang merah ini tidak bisa diputuskan atau dirusak bagaimanapun caranya.

Cuaca mulai panas, dan ketika Jiang Shutong sedang mandi Gu Mingcheng mengemudikan mobilnya ke arah pabrik Jiang Shutong.

Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, dia berjalan keluar dari kamar mandi, dan mengeringkan badannya kemudian bersiap mengenakan bra.

Mobil orang itu berhenti di halaman, dan dengan penasaran memandang ke arah kamar Jiang Shutong.

Dengan melihat sekilas saja dia tahu kalau ada orang di kamar Jiang Shutong, sebab gordennya terangkat.

Dan Xu Maoshen bilang kalau dia berada di pabrik.

Gu Mingcheng melangkah pelan ke kamarnya.

Jelas-jelas dia tahu kalau mereka sudah berpisah, namun di dalam hatinya ada sebuah perasaan yang sulit dibendung, dan sepertinya kalau dia sudah menangkap basah mereka berdua berduaan di ranjang barulah dia bisa bernapas lega.

Karena dia juga menyangka kalau Xu Maoshen berada di kamar Jiang Shutong.

Sepasang laki-laki dan wanita yang kesepian, apalagi yang bisa diperbuat mereka berdua di dalam kamar?

Dia melangkah pelan ke arah pintu, namun hatinya justru berdebar kencang seperti mau keluar.

Dia tahu kalau dia membuka pintu itu maka dia sendiri yang mencari masalah, namun seakan-akan rasanya seperti sebuah bekas luka, kalau bekas luka ini tidak dibuka kembali maka nanah di dalamnya tidak mungkin akan mengalir keluar.

Dia melangkah maju dan menyibakkan gorden kemudian pelan-pelan memutar gagang pintu, ternyata tidak dikunci.

Dia memutar gagangnya dan membuka pintu.

Di dalam ruangan itu gordennya disibakkan ke atas, keadaannya sangat gelap namun dia bisa melihat ada seorang wanita yang hanya mengenakan celana dalam lace warna hitam, badannya membelakangi dia, dan sedang berusaha mengaitkan kaitan bra, rambutnya tergerai di atas tali bra, dan tali hitam itu terpapar jelas di hadapan Gu Mingcheng.

Jiang Shutong masih belum menyadari kalau ada orang yang masuk.

Gu Mingcheng menutup pintu pelan-pelan dan berdiri di depan pintu sambil menatap dia.

Kedua kaki Jiang Shutong ramping dan panjang, serta pinggangnya kecil, posisi dia yang sedang berdiri membelakangi sambil mengenakan bra benar-benar sangat menggoda, rambutnya masih agak basah dan tergerai bergitu saja, karena bagian belakang bra ada empat baris kancing, setiap kali dia selesai mengaitkan yang paling atas, bagian paling bawahnya malah terbuka lagi, namun karena tidak terlihat jadi dia tidak memperhatikan.

Sepertinya dulu ketika mereka masih bersama, Gu Mingcheng belum pernah melihat Jiang Shutong dalam keadaan rambut basah, setiap gerakannya menggoda, hari itu tanpa sengaja dia menyentuh puting dadanya yang mengeras kemudian perasaan itu muncul lagi.

Jiang Shutong membungkukkan pinggang dan ingin mengambil kaos dalaman dari atas ranjang, dia belum memakainya ketika dia mendengar sebuah suara berkata, “masih ada satu kancing yang belum terpasang!”

Jiang Shutong memekik kaget “Hah” kemudian panik dan buru-buru membalikkan badannya, dia baru melihat Gu Mingcheng pelan-pelan duduk di sofa samping ranjangnya, pandangannya jatuh ke tubuhnya dan seektika Jiang Shutong buru-buru mengenakan bajunya, dia tidak tahu untuk apa Gu Mingcheng datang.

Dia tahu kalau dia diam-diam masuk, tapi Jiang Shutong terkejut sampai melompat? Dan sampai sekarang Jiang Shutong merasa jantungnya berdegup tidak karuan.

“Ada perlu apa kamu datang kesini?” Jiang Shutong berkata dengan getir, dan kelihatannya dia marah sambil memperingati dia yang datang tanpa diundang.

“Aku pikir kamu sedang bermesraan dengan dia di dalam kamar, dan aku ingin melihat bagaimana dirimu melakukannya dengan lelaki lain, apakah terlihat bernafsu? Lembut dan menawan? Atau menarik?”

Sambil mengucapkan kata-kata ini, matanya tidak berkedip sedikitpun, seperti ketika dia sedang makan.

Seks merupakan sebuah topik yang tabu begitu pula dengan erotisme, dan dia sengaja blak-blakan di depan Jiang Shutong hingga membuat Jiang Shutong merasa canggung.

Dilihat dari statusnya, Jiang shutong sudah menikah.

Ketika mengetahui dia masuk ke kamarnya, wajah Jiang Shutong mulai panas ditambah lagi dia juga mandi air panas hingga wajahnya sekarang agak merah.

Gu Mingcheng bersandar pada pegangan sofa, “aku masih ingat kalau aku yang membelikan pakaian dalam ini untukmu, sekarang dirimu sudah bersama dengan pria lain, kenapa masih tidak rela melepas pakaian dalam itu? Apakah dirimu tidak rela melepas pakaian dalam itu, atau tidak rela padaku?”

Begitu mendengar perkataannya, emosi Jiang Shutong mendidih, pria ini datang kesini untuk mempermalukannya, namun dia tidak bisa membalas.

Jiang Shutong marah lalu melepas kaos dalamnya, lalu melepas celana dalam dan bra, kedua payudaranya yang putih terlihat jelas, dan dia melemparkan bra ke wajah Gu Mingcheng, “Kukembalikan padamu!”

Dan emosinya belum reda, dia membungkukkan pinggang dan melepas celana dalamnya, kemudian dia juga melemparkan celana dalam itu ke wajah Gu Mingcheng, “Ini, aku kembalikan juga padamu!”

Dan selanjutnya dia telanjang di hadapan Gu Mingcheng, dia menutup wajah dengan tangannya dan menangis, dia tidak tahu sekarang apa dia merasa sedih atau sengsara, rasanya dia tidak bisa melepaskan diri dari emosi dan jeratan cintanya pada Gu Mingcheng!

Atau karena dia pernah sekali mengucapkan kata “menikah” !

Dia mengambil koper dari atas kasur, di dalamnya tersimpan baju-baju yang sering dia pakai ketika dia tinggal disini.

Dia mengambil semua pakaian yang pernah dibelikan oleh Gu Mingcheng, kemudian melemparkan ke wajahnya, “Kembalikan semuanya padamu! Kukembalikan padamu!”

Kemudian dia mengambil lagi sebuah bra berwarna putih dan memakainya, lagipula tubuhnya sudah pernah diraba oleh Gu Mingcheng, dan di hadapannya tidak ada lagi privasi yang bisa disembunyikan oleh Jiang Shutong.

Gu Mingcheng hanya duduk menatap dia dalam-dalam.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu