Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 209 Panggil Papa

Orang bilang, lelaki yang biasanya angkuh dan merasa di atas angin, setelah punya anak maka akan berubah 180 derajat.

Melihat Gu Mingcheng seperti itu, hati Jiang Shutong merasa hangat.

Malam ini, tadinya dia berdiri di atas ujung jarum, namun tiba-tiba jarum itu berputar dan sekarang dia berdiri di sebuah dataran yang luas.

Tipuan semacam ini membuat hatinya mencelos, tapi juga tiba-tiba merasa hangat.

Hatinya terasa belum menapak dengan stabil.

Jiang Shutong masih berdiri di bawah tangga, dia mendongak menatap Gu Mingcheng.

Ketika berbelok, Gu Mingcheng melirik dan berkata, “Belum mau naik juga?”

Sepertinya dia naik ke atas adalah hal yang lumrah.

Namun jarak di antara mereka sekarang sudah tidak seperti empat tahun yang lalu.

Akhirnya Jiang Shutong naik ke atas, dia melangkah cepat mengikutinya dari belakang.

Gu Mingcheng membawa Ken masuk ke kamarnya, dia duduk di samping ranjang kemudian melepaskan sepatu Ken, dan menyelimutinya, serta meraba keningnya untuk mengecek apakah Ken demam atau tidak.

Jiang Shutong hanya berdiri di depan pintu sambil menatapnya.

Dia sepertinya sudah menjadi seorang ayah selama bertahun-tahun tanpa ada yang mengajari.

Detik itu, Jiang Shutong merasa lega, akhirnya ada satu orang lagi yang memiliki tanggung jawab yang sama terhadap Ken.

Seseorang yang sudah menjadi ibu pasti suka pada orang yang bersikap baik pada anaknya.

Jadi, Jiang Shutong tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil.

Sebuah senyum yang telah lama terpendam, karena dia tadi merasa tidak senang dan berprasangka buruk pada Gu Mingcheng.

Gu Mingcheng meliriknya yang berdiri depan pintu, dia bertanya dengan serius, “Apa yang kamu tertawakan?”

“Tidak ada! Ini pertama kalinya aku melihatmu menjadi seorang ayah. Sebelumnya aku terlalu khawatir.”

Jiang Shutong bersandar di kusen pintu, jari manis tangan kanannya pelan-pelan mengelus kusen pintu, dia tidak melihat ke arah Gu Mingcheng.

“Masuklah, tutup pintunya.”

Baru saja terpikir oleh Jiang Shutong, sudah empat tahun dia tidak disini, dan sekarang rumah ini sudah bertambah satu orang, Ye Xia.

Kemudian pelan-pelan dia melangkah masuk.

Apa maksudnya?

Apakah malam ini dia bisa tidur disini?

Bukannya Jiang Shutong munafik, tapi waktu sudah berlalu selama 4 tahun, dia sudah biasa tidur dengan anaknya, lalu sekarang dia tidak biasa harus tidur dengannya.

Jiang Shutong duduk disebelah Gu Mingcheng, mereka berdua menatap anaknya yang tertidur pulas.

Tanpa terasa, air mata Jiang Shutong mulai menetes ketika terpikirkan kembali olehnya pengalaman buruk yang dialami Ken waktu itu.

Rambutnya yang bergelombang, jatuh terurai di kedua pundaknya, dia terlihat mempesona tanpa dia sadari, dan pesonanya tidak dibuat-buat untuk menggoda Gu Mingcheng.

Tapi pesonanya alami bawaan dari lahir.

“Bukankah anak kita baik-baik saja, lalu apa yang kamu tangisi?”

Kemudian Jiang Shutong menceritakan dengan rinci hal-hal yang dialami oleh Ken sewaktu tinggal di Jerman, tentang status mereka sebagai orang China dan orang tua tunggal, tentang penyakit asma yang diderita Ken, serta kekhawatiran Jiang Shutong semuanya dia ceritakan pada Gu Mingcheng, bahkan kepulangannya dari Jerman kali ini semua demi anaknya.

Ketika dia bercerita, parasnya terlihat seperti seorang wanita yang pasrah dan kasihan, dia terus menundukkan kepala dan air matanya menetes ke atas ranjang.

Padahal dulunya Jiang Shutong bukanlah orang yang mudah menangis, namun entah kenapa setelah bertemu dengan Gu Mingchrng, dia selalu menangis!

Kening Gu Mingcheng berkerut, dia tidak menyangka kalau suatu hari anaknya akan mendapat perlakuan seperti itu, dia terkejut sekaligus marah.

Dia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di wajah Jiang Shutong, lalu berkata “Jangan menangis lagi!”

Jiang Shutong memalingkan wajahnya, kemudian dia menahan tangisnya.

“Besok pergi urus pindahan kartu keluarga kesini!” Gu Mingcheng berkata lagi.

Jiang Shutong menatapnya dengan tatapan terkejut, kalau Ken dimasukkan ke dalam Kartu keluarga disini, maka berarti Ken adalah keluarga Gu, tapi statusnya anak diluar nikah.

“Kenapa harus terkejut seperti itu? Apakah tidak patut?”

Dia pernah meragukan hal ini, ketika Gu Mingcheng mengetahui kalau Ken adalah anaknya, maka tanpa disadari mereka berdua mulai saling berhubungan.

Sama seperti pasangan suami istri yang bercerai, meskipun sudah berpisah tapi masih ada anak diantara mereka.

Gu Mingcheng balas memandangi Jiang Shutong.

Tatapannya terlihat sedih hingga membuat orang terharu.

“Apakah Ken mengikuti margaku atau marga Adam?” Gu Mingcheng bertanya lagi.

Sejenak dia merasa ragu, “bagaimana kamu tahu kalau Adam juga bermarga Gu?”

“Margaku atau marganya?” Gu Mingcheng mulai merasa tidak sabaran, dia mulai gusar.

Dan dia tidak bisa mengungkapkan penyebab rasa gusarnya.

“Ketika aku memberi nama untuk Ken, aku tidak tahu kalau Adam bermarga Gu.”

Jadi, maksudnya anaknya mengikuti marganya.

“Sana pergi mandi lalu temani Ken tidur diatas, aku mau kebawah.” Dia berkata, kemudian dia mencium kening Ken dan pergi keluar.

Setelah dia keluar, suasana kamar kembali hening.

Keputusannya kali ini membuat Jiang Shutong merasa heran, biasanya dia selalu menekankan kemauannya dan tidak pernah memberikan ruang untuk Jiang Shutong, namun kali ini----

Anaknya sudah tidur, lalu Jiang Shutong pergi ke kamar mandi.

Setelah Jiang Shutong masuk ke kamar mandi, dia tak bisa menahan diri untuk melihat shampoo dan sabun mandi yang ada, warna kemasannya hitam dan abu-abu, semuanya punya lelaki itu, sama sekali tidak ada perlengkapan mandi untuk wanita yang biasa kemasannya berbunga-bunga.

Penempatannya sangat rapi, hingga membuat orang merasa kalau menyentuhnya saja bisa mengacaukan semuanya.

Sementara di itu di pojokan, masih tersimpan shampoo dan sabun mandi milik Jiang Shutong yang dipakai beberapa tahun lalu.

Jiang Shutong merasa seperti dia baru kemarin tinggal disini, namun tanggal expired di kemasan shampoo memberitahunya kalau waktu sudah berlalu dua tahun,

Tadinya dia mengira kalau barang-barang kosmetik masa pakainya bisa lama, dan ini pertama kalinya di dalam hidup Jiang Shutong dia menyadari kalau barang kosmetiknya kadaluarsa.

Hidup ini rasanya sangat lucu.

Jiang Shutong mandi dengan bersih, kemudian menemani anaknya tidur.

Jiang Shutong mengira tadinya dia akan tidak bisa tidur dan bermimpi buruk karena telah melalui pengalaman buruk anaknya diculik, tapi tidak disangka dia malah tertidur pulas.

Hari kedua ketika dia bangun hari sudah siang, dan anaknya masih belum bangun.

Dia sudah selesai sikat gigi dan cuci muka.

Ketika anaknya bangun, dia bertanya pada Jiang Shutong, “Mummy, apakah sekarang kita berada dirumah Paman Gu?”

Jiang Shutong menciumnya, “Ya, ayo kita turun ke bawah.”

Jiang Shutong menebak sepertinya Gu Mingcheng sudah berangkat kerja, jadi dia menggandeng anaknya turun ke bawah.

Dibawah, ada Ye Xia, Xiao Qu dan Gu Mingcheng bertiga duduk di sofa.

Ye Xia dan Xiao Qu duduk di sofa untuk 2 orang, sedangkan Gu Mingchneg duduk di sofa tunggal yang menghadap ke arah tangga.

Tangannya mengelus-elus dagunya, sambil menantikan sepasang ibu dan anak yang berjalan turun.

“Ken, hati-hati ya.” Jiang Shutong masih belum melihat kalau di bawah sudah ada orang.

Jarang-jarang dia tidak memakai baju olahraga, rambutnya pun tidak ditata dan dibiarkan tergerai begitu saja, dia mengenakan pakaian yang sangat feminis, sebuah sweater gaun panjang berwarna putih.

Suaranya terdengar sangat merdu.

Karena dia sedang menuruni tangga, gerak-geriknya pelan, rambutnya yang lembut tergerai membuat orang merasakan keindahan musim semi.

Dia menggandeng seorang anak.

Wanita seperti inilah yang paling cantik.

Pesona seorang wanita, cinta kepada anaknya, sorot matanya teduh dan penuh kelembutan.

Begitu melihat ada banyak orang di ruang tamu, Jiang Shutong pun terkejut, dan merasa sedikit malu.

Dia merasa sungkan melihat Xiao Qu duduk disamping Ye Xia, lalu dia menyapa Ye Xia dengan penuh hormat, “Bibi!”

Dia mengajak Ken ke hadapan Gu mingcheng, tadinya dia ingin pulang, dan ingin menjaga anaknya baik-baik setelah peristiwa kemarin.

Tak disangka, Gu Mingcheng mengelus pipi anak itu, lalu berkata, “Panggil Papa!”

Ken tidak mengerti, lalu dia mendongak menatap Jiang Shutong.

Pandangannya tertuju pada Jiang Shutong, “Mummy?”

Jiang Shutong tahu kalau Xiao Qu sedang memandangnya lekat-lekat.

Perasaan aneh yang sulit dijelaskan diantara wanita, seperti aroma persaingan yang sedang mengalir antara Jiang Shutong dengan Ye Xia, dan keduanya pun tahu.

Namun terlihat jelas dalam aura persaingan kali ini sikap Jiang Shutong terlihat sangat dominan.

Kedua tangannnya merangkul pundak Ken, lalu berkata pada Ken dengan bahasa Jerman yang lancar, “Ken, dia adalah papamu, empat tahun lalu ketika hamil dirimu, itu adalah masa-masa terindah antara aku dan papamu, dan karena ada salah paham jadinya aku pergi ke Jerman, sekarang kita sudah pulang, jadi panggil papa ya!”

Mendengar penjelasan Jiang Shutong, Ken pun antara mengerti dan tidak mengerti.

Jiang Shutong tahu kalau Xiao Qu mengerti ucapannya, maka dia sengaja berkata begitu panjang.

Yang dia tidak tahu, bukan hanya Xiao Qu yang mengerti, akan tetapi Gu Mingcheng juga mengerti perkataannya.

Karena dari dulu bahasa Jermannya cukup baik.

“Papa? Dan Mummy?” Ken bertanya lagi.

Jiang Shutong mengangguk, dan menatap Ken dengan pandangan berharap.

Ken menatap Jiang Shutong, lalu melihat ke arah Gu Mingcheng, kemudian pandangannya jatuh pada Ye Xia dan Xiao Qu.

Xiao Qu sedang mengerutkan keningnya.

Ternyata, anak ini adalah anaknya Gu Mingcheng.

Oh, Presdir Gu, Presdir Gu idamannya ternyata sudah punya anak, anak dari perempuan ini.

Kelihatannya, dia adalah Shutong.

Hati Xiao Qu terasa seperti dipilin.

Untuk seorang wanita hal yang paling menyakitkan adalah mengetahui kalau lelaki yang dicintainya secara diam-diam sudah punya pacar dan anak.

Empat tahun, wanita ini tidak pernah kelihatan batang hidungnya, dan sekarang tiba-tiba membawa pulang seorang anak!

Tadinya hati Xiao Qu penuh dengan imajinasi, perasaan berbunga-bunga seorang gadis yang jatuh cinta pada seorang pangeran.

Bahkan tiap hari ketika tidur, dia selalu memikirkan bagaimana rasanya Presdir Gu memeluk, mencium dan tidur bersama dengannya---

Akan tetapi kenyataannya yang dipeluk dan dicium oleh Presdir Gu setiap hari adalah wanita ini!

Dalam waktu satu jam, perasaan Xiao Qu berubah 180 derajat.

Ken tertegun sejenak, kemudian memanggil Gu Mingcheng, “Papa!”

Sebelumnya Gu Mingcheng selalu membayangkan bagaimana rasanya Ken memanggilnya papa, namun ketika saat itu tiba dia malah terdiam.

Kemudian dia meraih Ken ke dalam pelukannya, “Anak baik! Nanti papa ajari kamu bahasa China.”

Dia mengatakannya dengan bahasa Jerman.

Sangat lancar!

Jiang Shutong tidak tahu kapan dia belajar bahasa Jerman dengan baik.

Tidak ada salahnya, kalau saja Xiao Qu tahu Gu Mingcheng belajar bahasa Jerman demi anaknya, mungkin dia akan marah sejadi-jadinya.

“Hari ini aku akan mengurus kepindahan Kartu keluarga Ken, jadi aku harus membawa dia pulang dulu.” Jiang Shutong berkata ada Gu Mingcheng.

“Apakah kamu tidak berniat meninggalkan Ken disini supaya aku bisa mengenalnya lebih dekat?” Gu Mingcheng mendongak dan bertanya pada Jiang Shutong.

Jiang Shutong melirik sekilas Xiao Qu, “Tidak, maksudku aku yang tidak rela, lagipula Ken sudah biasa ikut bersamaku.”

Kemudian, dia membawa Ken pergi tanpa menunggu Gu Mingcheng mengantar.

Gu Mingcheng menatap Jiang Shutong lekat-lekat, isi hati seorang wanita sungguh sulit ditebak.

Ada kalanya dia sendiri tidak mengerti.

Jiang shutong tahu memindahkan status anak ke dalam Kartu keluarga bukanlah hal yang mudah, dia berkata supaya Gu Mingcheng tidak usah mengantarnya itu semata-mata dia khawatir kalau Jiang Linian melihat Gu Mingcheng mengantarnya dan akan membuat masalah perpindahan Kartu keluarga menjadi semakin sulit!

Apalagi semalam dia menginap di rumah keluarga Gu, dia memperkirakan kalau Jiang Linian mulai curiga mereka berdua merajut kembali cinta lama.

Kalau dia melihat Gu Mingcheng mengantar Jiang Shutong pulang, maka urusan perpindahan kartu keluarga bisa jadi selamanya tidak perlu diungkit lagi.

Pengalaman Ken selama di Jerman memberitahu Jiang Shutong, meskipun di dunia ini ada berbagai macam orang dan kelas yang berbeda, tapi kalau Ken punya seorang ayah yang kaya dan berkedudukan tinggi, maka pasti akan berbeda!

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu