Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 322 Paman Nan, Hidungmu Sangat Mancung!

Perpustakaannya sangat besar dan sekarang sedang ramai, Gu Saner duduk di sudut ruangan, sebelah tangannya berpangku di pipi dan tangan satunya lagi sedang memainkan pensilnya.

Nan Liyuan menaruh dua gelas kopi di hadapan Gu Saner, dan Gu Saner berkata, “Terima kasih!”

Nan Liyuan berdiri di belakangnya, memperhatikan isi materi – Determinan Vandermonde dan Fourier Series, serta pertanyaan tentang subagregat Vector space, Gu Saner memutar-mutar pensilnya dengan bingung.

“Apakah Nona Gu San yang selalu mendapatkan apa yang dia mau akhirnya bertemu kesulitan?” tanya Nan Liyuan.

Gu Saner menoleh, dia melihat Paman Nan ada di belakangnya, “Paman Nan, kenapa kamu datang kesini?”

“Aku datang untuk melihat bagaimana perasaanmu sedang tidak bagus, bagaimana jadinya kalau keluarga Gu datang membuat perhitungan padaku?” Dia mengambil kursi di sebelah, lalu duduk disamping Gu Saner.

“Meskipun aku adalah putri Gu Mingcheng, aku tetap saja masih banyak kekurangan, belajarku masih kurang, ketika tamu bulananku datang aku sering berpikir supaya jangan terlalu sakit, aku bersedia menggantikannya dengan seluruh barang yang ada, tapi tetap saja ini diluar kemauanku, Paman Nan, kamu tidak mengerti.” Gu Saner berbicara dengan lugas, nadanya terdengar seperti orang dewasa.

“Bukankah batu permata hasil buatanmu lumayan bagus?”

“Desain batu permata memang adalah keahlianku, tapi matematikaku tidak bagus!” Gu Saner memukul kepalanya dengan kesal, rasanya seperti seluruh dunia meninggalkannya.

Gu Saner sudah sangat mengantuk, lalu dia mengambil segelas kopi dan meminumnya, kemudian mendorong kopi yang satu lagi ke Nan LIyuan “Yang ini untukmu!”

“Aku tidak perlu kopi, saat ini aku baru saja mulai bekerja, jadi tidak mengantuk!” Nan Liyuan mendorong kembali kopi itu ke hadapan Gu Saner.

Gu Saner menyedot minumannya sambil menengadah menatap Nan Liyuan, dia kaget ternyata ada orang yang tidurnya sangat malam?

Kemudian Gu Saner berusaha fokus ke buku pelajarannya, akan tetapi bagaimanapun juga dia tetap tidak mengerti.

Dia menyodorkan buku pelajarannya ke arah Nan Liyuan, “Paman Nan, apakah kamu bisa mengerjakan soal ini?”

Nan Liyuan mengambil bukunya, soalnya tentang menemukan limit dari sebuah fungsi, sebenarnya ini adalah materi Kalkulus yang paling mudah.

“Soal ini tidak bisa?” Nan Liyuan bertanya padanya.

“Ehm!”

Ketika Nan Liyuan mau mengambil kertas dan menjelaskan pada Gu Saner, dia melihat hasil gambar Gu Saner.

Nan Liyuan tidak melihat dengan judulnya dengan jelas karena kertas tersebut langsung dibalik oleh Gu Saner, dia merasa sungkan.

Dan wajahnya cukup memerah, dia berkata, “Asal gambar saja.”

Nan Liyuan bisa melihat kalau itu adalah gambar seorang pria, dia bisa melihat kalau itu bukan dirinya.

Dia menggertakkan giginya, kemudian mulai mengerjakan soal.

Gu Saner melihat dari samping, melihat Nan Liyuan yang sedang menjabarkan rumus di atas kertas, dia pun merasa bosan melihatnya menulis, jadi tanpa disadari pandangannya beralih ke samping wajah Nan Liyuan.

Dia baru menyadari kalau hidung Paman Nan sangat mancung dan tampan, seperti sebuah pahatan.

“Paman Nan, hidungmu sangat mancung ya, cakep sekali!” Gu Saner berkata begitu saja pada Nan Liyuan.

“Jadi, kamu mau bilang apa?” Nan Liyuan sedang mengerjakan soal, dia sangat tampan ketika sedang menulis.

“Nggak bilang apa-apa, aku hanya memuji dirimu tampan!” Gu Saner sama sekali tidak tahu hidung mancung artinya apa.

Namun Nan Liyuan tahu, dan dia bisa menebak pikiran Gu Saner.

Beberapa menit kemudian Nan Liyuan sudah selesai mengerjakan soal, “Kemari, lihat ini!”

Gu Saner menengok ke samping, Nan Liyuan menjelaskan padanya, Gu Saner mulai kalap, karena dia sama sekali tidak mengerti begitu banyak rumus yang diterangkan oleh Paman Nan!

Kedua tangannya memeluk lengan Paman Nan, kepalanya menempel di bahu Nan Liyuan, kelihatannya dia sedang berusaha mencari jawaban, dia terlihat bingung, “Paman Nan, jangan bicara bahasa planet, bicara bahasa manusia, aku tidak mengerti ----“

Kelihatannya matematikanya benar-benar buruk.

Nan Liyuan berusaha menjelaskan rumus itu sesederhana mungkin, tapi tetap saja Gu Saner masih tidak mengerti, namun dua jam kemudian dia sudah agak mengerti.

Sudah hampir jam 12 malam, ini pertama kalinya Gu Saner tidur begitu malam, dan dua gelas kopi itu pun tidak mampu meredam jam tubuhnya, ketika jam 11.30 dia sudah menguap dan tidak fokus.

“Hari ini sudah cukup, jangan dilanjutkan lagi!” Nan Liyuan terus berada di samping, menjelaskan padanya.

Nan Liyuan juga sudah berusaha sabar.

“Tidak bisa, hari ini aku harus begadang! Si He Ting sialan itu mau mengadakan ulangan, tujuannya mengarah padaku, aku tahu itu!” Lalu Gu Saner menahan bukunya erat-erat supaya terbuka.

Kemudian lanjut satu jam lagi, sudah hampir jam satu, Gu Saner sudah tidak tahan lagi, padahal dia berniat begadang tapi sekarang baru jam berapa dia sudah tidak kuat.

“Ayo!” Nan Liyuan menarik tangan Gu saner, menyuruhnya pergi tidur, “besok kalau sudah segar baru belajar lagi.”

Gu Saner tidak berontak, tubuhnya seperti orang yang lemas dan tidak bertenaga, dia ditarik oleh Nan Liyuan masuk ke mobilnya dan mau diantar ke asrama, tetapi sekarang sudah larut malam dan asrama sudah ditutup, tidak bisa masuk.

Gu Saner tidak turun dari mobil, dia sudah keburu mendengkur di mobil.

Bibi pengurus asrama bilang kalau sudah tidak boleh masuk.

Nan Liyuan naik ke mobilnya, dia menepuk-nepuk pipi Gu Saner, “Sudah tidak boleh masuk asrama, tidur di rumahku ya!”

Gu Saner memeluk tasnya sambil bergumam samar “Ehm”.

Ketika sampai di lantai bawah, Gu Saner sudah tertidur pulas.

Nan Liyuan menepuknya berkali-kali tapi tidak ada respon, kelihatannya kulitnya yang bagus adalah hasil dari tidurnya yang nyenyak.

Dia menggendongnya, naik ke atas dan meletakkannya di sebuah kamar yang tenang, Gu Saner tidur di atas kasur yang empuk, kemudian Nan Liyuan membantunya melepaskan jaket, jadi dia hanya mengenakan sweater turtleneck putih, rambutnya yang lembut menempel di atas sprei.

Baru saja Nan Liyuan mau berdiri, lehernya dipeluk oleh Gu Saner, dia masih tertidur dan memanggil, “Papa—“

Suaranya bahkan terdengar manja!

Selesai memanggil Ayahnya, kedua tangannya pelan-pelan jatuh, kemudian dia berbalik badan dan meneruskan tidurnya.

Bulu matanya yang panjang dan lentik bagaikan dua buah kipas kecil, tidurnya terlihat sangat tenang.

Rumahnya ketambahan seorang gadis, Nan Liyuan pun sulit untuk mengendalikan dirinya supaya tidak berpikir yang aneh-aneh.

Nan Liyuan melihat resleting tas Gu Saner tidak ditutup rapat, dan ada kertas yang menyembul.

Lalu dia menarik keluar kertas itu, dan mendapai di bagian bawahnya ada gambar seorang lelaki yang diikat dengan bunga di kursi, disampingnya sebuah tangan tapi tidak tahu tangan itu milik siapa, sedang memberikan sesuatu pada lelaki yang tampangnya ganas, sepertinya itu – air cabai.

Kemampuan gambar Gu Saner cukup baik, guratannya juga jelas, jadi Nan Liyuan bisa mengenali lelaki itu – He Ting!

Ternyata sebuah gambar yang penuh dengan dendam, akan tetapi Nan Liyuan merasa ada yang tidak beres!

Karena ekspresi wajah lelaki dalam gambar terlalu hidup!

Hari kedua adalah hari sabtu, dan hari senin akan ada ulangan.

Gu Saner bangun jam 11 siang, dia tidur 9 jam jadi tidurnya sudah cukup, tapi dia tidak tahu dia berada dimana, dia berjalan keluar dan melihat Nan Liyuan sedang makan, dia pun menghampirinya.

“Paman Nan, semalam terima kasih ya.” Gu saner merapikan rambutnya ke belakang.

“Terima kasih apa?”

“Terima kasih telah mengajariku cara mengerjakan soal! Dasar He Ting sialan, dia sengaja mengerjaiku! Dia selalu menghantuiku dari Harvard sampai ke kota Jiang.” Gu Saner makan sambil bersungut-sungut.

Tangan Nan Liyuan terhenti sejenak.

“Selesai makan lanjut kerjakan soalnya. aku ajari!” Suara Nan Liyuan terdengar datar.

“Ehm!” Selesai minum kuah Gu saner mengeluarkan buku pelajarannya, dia melihat hasil gambarnya semalam lalu melirik Paman Nan, dia berkata dalam hati : untung saja tidak ketahuan, kalau dia tahu aku menggambar seorang lelaki, bukankah aku akan ditertawakan?

Gu saner mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, kalau ada yang tidak dimengerti barulah dia bertanya pada Nan Liyuan, jadi sebagian besar dia yang mengerjakan sendiri soal-soal itu.

Setelah dibimbing oleh Nan Liyuan, dia merasa dirinya sudah ada sedikit kemajuan, tidak terlalu bingung.

Malamnya, dia kembali ke kampus.

Ujian hari senin, Gu saner merasa soalnya susah, dia agak kesulitan mengerjakannya, namun untung saja dia sudah belajar sejak beberapa hari yang lalu.

Bahkan He Ting sengaja berdiri di samping mengawasinya, ketika dia melihat jawaban Gu Saner, dia pun tersenyum.

……

Setelah Gu Xingjiang membawa Du Ruo kembali ke kota Ning, sebelum Du Ruo turun dari mobil dia berpesan, “Katakan pada papamu, aku mau makan bersama dengannya!”

“Tidak sempat!” Du Ruo menyahut tidak senang.

“Kalau begitu aku telepon papaku, supaya dia mengundang papamu makan?” Gu Xingjiang bersiap mengeluarkan handphone, dia mau menelepon Gu Mingcheng.

“Kamu---“ Tiap kali menghadapi sikap Gu Xingjiang yang suka memerintah, Du Ruo dibuat geleng-geleng kepala karenanya.

Tapi lama-kelamaan dia merasa perlakuannya cukup manis.

“Aku sudah putus hubungan dengan papaku, dia sudah mengusirku keluar dari rumah!” Du Ruo tercekat.

“Diusir dari rumah? Yang benar saja, kalau memang sudah diusir kenapa dia masih menyuruhmu mengurus perusahaan, dan kenapa waktu itu kamu masih berdiri di atas tangga rumahmu sambil diam-diam mengamati Dokter Gu?” Gu Xingjiang duduk di dalam mobil, dia berkata sambil mendekat pada Du Ruo.

Du Ruo terlihat canggung seperti orang yang rahasianya ketahuan, dia tidak bisa mengaku, ekspresi wajahnya sangat canggung, “Gu Xingjiang, kamu ini jahat sekali!”

Gu Xingjiang tidak berkata, hanya tertawa saja, “Malam itu di Vila Greenhill, ketika mengacaukan rumah, tiba-tiba aku teringat He Sai dan sekujur tubuhku terasa tidak enak!”

Wajah Du Ruo memerah dan dia memalingkan wajahnya, “Aku kan masih seorang mahasiswa!”

“Mahasiswa juga boleh menikah.”

Du Ruo menatap Gu Xingjiang dengan pandangan bertanya, apa maksudnya? Dia bersiap menikah dengan Du Ruo?

Akan tetapi Du Ruo merasa masa pacaran mereka terlalu pendek, kenapa harus buru-buru menikah?

“Sementara ini aku tidak berniat menikah!”

“Ini kan diluar kendalimu! Kalau perutmu sudah membesar, maka mau tidak mau harus menikah, lagipula – aku ingin jadi papa!” wajah Gu Xingjiang menghadap keluar.

Keinginannya untuk jadi Ayah sudah lama dipendam, dan tujuannya kali ini membawa Du Ruo pulang ke rumah adalah dia ingin tahu pendapat orang tuanya, kelihatannya mereka cukup senang pada Du Ruo.

Sedangkan pihak Du Jinming, sepertinya tidak ada masalah, dia cukup menyukai Gu Xingjiang.

Jadi, acara janjian kali ini dengan Du Jinming adalah acara lamaran!

……

Keesokan harinya, hasil ulangan Gu Saner sudah keluar, nilainya 61.

Meskipun nilainya tidak tinggi tapi Gu saner sangat puas, karena sudah lolos!

He Ting memanggilnya ke kantor, ingin berbicara dengannya!

Gu Saner sudah memutuskan kalau ucapannya tidak enak didengar maka dia akan mengeluarkan gambar itu untuk mempermalukannya, lagipula dulu di Harvard mereka berdua sering berkelahi.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu