Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 171 Apakah Malam Ini Kita Akan Bercinta

“Kalau misalnya handphoneku hilang dan ditemukan oleh orang lain, dan kalau yang menemukannya bukanlah orang baik-baik maka dia akan mengetahui hubungan kita, aku juga tidak menyimpan nomormu, ayahku, bahkan beberapa teman yang dekat pun juga tidak, karena semua nomor itu sudah aku hafalkan, jadi misalnya kena kasus pemerasan kalian tidak akan terseret!” Jiang Shutong buru-buru menjelaskan begitu dia melihat ekspresi Gu Mingcheng yang tidak senang.

“Dekatnya sampai sedekat apa?” Gu Mingcheng sedikit mendongak sambil bertanya pada Jiang Shutong.

“Maksudnya?” Jiang Shutong tidak mengerti.

“Maksudku seberapa dekat hubungan kita berdua?” Gu Mingcheng duduk menyamping dan bersandar di kursi, kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan bersiap membakarnya.

Jiang Shutong menengok dan bergumam, “Lagi-lagi merokok! Bikin orang tersedak!”

Gu Mingcheng menatap wajah Jiang Shutong dengan tatapan menyelidiki, kemudian dia menyimpan rokoknya, “Jangan mengalihkan pembicaraan. Seberapa dekat hubungan kita berdua?”

“Sudah tahu masih sengaja tanya!” Jiang Shutong bergumam lalu memalingkan kepalanya.

“Apakah malam ini kita akan melakukannya?” Gu Mingcheng bertanya dengan nada serius.

“Apa?” Jiang Shutong tidak mengerti kemudian dia menoleh sambil bertanya pada Gu Mingcheng.

Gu Mingcheng menatap matanya dalam-dalam, dia terlihat tegas dan serius.

“Bercinta!” Akhirnya terucap juga kata itu.

Awalnya Jiang Shutong tidak mengetahui maksud perkataannya, namun ketika dia tadi mengatakan “melakukan” dalam sekejap wajahnya memerah dan jantungnya berdetak kencang dengan gelisah, dia melirik ke orang-orang di jalan, dia khawatir kalau ada orang yang mendengarnya.

“Memalukan! Kita cari makan!” Jiang Shutong berbalik badan lalu berjalan ke arah kedai ramen.

Gu Mingcheng tersenyum kemudian mengikuti dia dari belakang, dan Jiang Shutong berbalik kemudian mengunci mobilnya, dia melirik Gu Mingcheng sekilas.

Kelihatannya dia masih mengeluh kenapa Gu Mingcheng malah mengatakan kata tersebut secara terang-terangan, sepertinya dia ingin seluruh dunia tahu.

Selama beberapa hari ini, ini adalah hari pertama dimana Gu Mingcheng tidak merasakan hari yang kelabu.

Mereka berdua duduk kemudian memesan ramen ditambah dengan sayur, lagipula harganya murah dan Jiang shutong yang mentraktirnya.

Setelah selesai makan mereka berdua tidak naik mobil, mereka ingin berjalan-jalan di bawah langit malam musim panas.

Sepertinya hari ini adalah titik balik musim panas, dan waktu yang cocok untuk makan mie ramen, entah apa karena alasan ini Jiang Shutong ingin makan ramen malam ini.

“Dulu ketika aku kecil, setiap kali hari titik balik musim panas, ibuku akan membuatkan mie dingin untukku.” Mereka berdua berjalan dengan santai diterpa semilir angin musim panas, dan rasanya dia sangat berharap akan hubungan mereka.

“Oh. Jadi kapan-kapan bisa buatkan untukku?” tanya Gu Mingcheng.

Jiang Shutong tidak menjawab, dia hanya mengepalkan tangannya dengan erat, dia tidak mampu berkata apa-apa karena dia tidak berani berharap lagi akan hubungan mereka, terlalu banyak halangan dan rintangan dalam hubungan mereka hingga membuatnya merasa tidak ada harapan lagi.

Sepertinya ketika mereka maju satu langkah, di depannya sudah ada halangan menghadang, kalau nanti mereka bersama lagi, akankah----

Bagi Jiang Shutong sekarang ini rasanya pernikahan sudah jauh hingga tak bisa dibayangkan.

Jiang Shutong tertinggal beberapa langkah di belakang, dia menatap Gu Mingcheng yang berjalan pelan-pelan di depannya.

Entah keberanian dari mana tiba-tiba dia berteriak, “Mingcheng.”

Dia sudah lama sekali tidak memanggil nama ini, mungkin nama ini tiba-tiba keluar dari benaknya, atau mungkin keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam, karena rasanya begitu alami dan akrab di telinga.

Gu Mingcheng menoleh ke belakang.

“Mingcheng, dua hari lagi aku akan pergi keluar negeri.” Kedua tangan Jiang Shutong ditaruh di belakang, dan berkata.

Gu Mingcheng sendiri tidak tahu kenapa Jiang Shutong malah memilih waktu sekarang ini untuk keluar negeri, padahal belakangan ini tekanan Gu Mingcheng sangat besar.

“Pergi berapa lama?”

“Mungkin beberapa hari. Aku sudah membaca berita di internet tentang masalahku dengan perusahaanmu, dan aku merasa lebih baik aku pergi menghindar ke luar negeri selama beberapa hari, dan lagi pabrik juga sedang dibangun ulang, setelah nanti pabrik sudah selesai mungkin aku sudah punya waktu!” Jiang Shutong masih berdiri beberapa langkah dari Gu Mingcheng.

Setelah cukup lama, akhirnya Gu Mingcheng berkata, “Kemari.”

Kemudian Jiang Shutong pelan-pelab berjalan ke arahnya.

Gu Mingcheng meraih Jiang Shutong ke dalam pelukannya, dagunya bergerak-gerak di atas rambutnya, dan dia memeluknya dengan erat.

Jiang Shutong membasahi badan Gu Mingcheng dengan air matanya, rasanya dia baru pertama kali menemukan tempat yang aman untuk bersandar setelah kepergian ibunya, rasanya sangat aman, dia tenggelam dalam pelukannya yang hangat dan tidak ingin lepas darinya.

Gu Mingcheng mengelus rambutnya yang panjang dengan penuh kasih sayang, dan Jiang Shutong memeluk pinggang Gu Mingcheng dengan erat.

“Nangis lagi ya?” tanyanya.

“Tidak! Aku dulu tidak cengeng, entah kenapa sekarang malah begini.” Jiang Shutong memeluk pinggangnya lagi, “Aku tahu sekarang ini kamu sedang kacau, jadi kalau aku pergi untuk sementara waktu maka bisa mengurangi gangguan dari keluargamu bukan?”

Gu Mingcheng tidak menjawab, dia mengakuinya.

Kemudian Gu Mingcheng mengantarkan Jiang Shutong sampai di depan rumah Jiang Linian, mereka berdua jalan kaki karena jarak dari kedai ramen sampai ke rumah Jiang Shutong tidak jauh, tak lama kemudian Gu Mingcheng bersiap pergi mengendarai mobilnya.

Ketika Jiang Shutong mau naik keatas, baru saja berjalan tiga langkah dia berbalik menatap Gu Mingcheng, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa tidak rela.

Situasi mereka saat itu sama seperti masa-masa sekolah, ketika seorang pelajar laki-laki mengantar pelajar perempuan kembali ke asrama, dan pada saat itu, Jiang Shutong tidak punya pacar sehingga tidak ada orang yang mengantarnya pulang ke asrama, terkadang saat dia melihat orang lain sedang asyik mengobrol di lantai bawah dia merasa iri dan ingin merasakannya juga, tapi sampai ketika dia kuliah pun dia juga tidak merasakannya, dan selanjutnya dia bersama dengan Lu Zhiqian, semakin mustahil untuk merasakan pengalaman itu!

Ketika Jiang Shutong teringat kembali akan masa lalu, senyumnya mendadak hilang dan dia ingin menangis.

Sepertinya malam ini hubungan mereka berdua sangat baik, bahkan saat Gu Mingcheng naik ke mobil dia tak bisa menahan diri untuk tersenyum.

Ketika Jiang Shutong mau pergi keluar negeri, Jiang YuWei datang menengoknya, seperti biasa dia selalu menatapnya dengan tatapan jahat, namun Jiang Shutong tidak peduli.

“Kamu adalah kunci yang digunakan oleh dirinya untuk menutup mulut! Semua pers berkata begitu! Kamu ini isolasi atau hansaplas? Atau lakban bening?” Perkataan Jiang YuWei sangat menusuk dan keji.

Mendengar ucapannya, gerakan Jiang Shutong yang sedang mengemasi barang terhenti sejenak.

Pers benar-benar sangat menyeramkan.

“Kamu tidak bisa mengatur mereka!”

“Aku juga merasa seperti itu, padahal Presdir Gu adalah seorang yang sukses, bagaimana bisa suka pada wanita seperti dirimu, kamu ini tidak bisa apa-apa kecuali hanya tampangmu saja yang agak cantik, padahal tidak punya kemampuan sama sekali, orang seperti dirimu ini pasti tidak akan bertahan lama, tapi kelihatannya sekarang dirimu sedikit berguna!” Jiang YuWei berbicara dengan sikap menari-nari di atas penderitaan orang.

Jiang Shutong tidak berkata apa-apa, malah dia melirik sekilas dan mendapati tangan Jiang YuWei sedikit bergetar, sepertinya ada penyakit syaraf.

Mungkin ada hubungannya dengan kejadian waktu itu.

Jiang Shutong bertanya dari lubuk hatinya, “Apakah kamu menyesal?”

Tiba-tiba dalam benaknya terlintas kembali pemandangan tragedi tewasnya Duomi, serta keguguran anak keduanya, dan kalau bukan karena Jiang YuWei dia mungkin tidak akan seperti ini.

Jiang Shutong bukan beragama Buddha, dia tidak percaya kalau orang lain telah menampar pipi kirinya, maka dia masih harus menyodorkan pipi kanannya untuk ditampar lagi.

Jiang Shutong telah mengemasi barangnya dan bersiap pergi, sejak waktu itu pergi ke Asia Tenggara bersama Bai Mei, dia menjadi sangat menantikan liburan ini.

……

Setelah Jiang Shutong pergi, Qiao Wei datang ke rumahnya.

Jiang Linian tidak mengenal Qiao Wei dan bertanya siapa dia, kemudian Qiao Wei mengenalkan diri.

Jiang Linian teringat kasus cinta segitiga Gu Mingcheng yang belakangan sedang hangat, dan dia tahu kalau Qiao Wei adalah musuh Gu Mingcheng.

Meskipun usia Jiang Linian sudah tua namun dia masih mampu mengenali orang.

Qiao Wei bilang kalau waktu itu Jiang Shutong pernah mengambil penangkal petir di pabrik, dan dia bilang mau memberikannya pada Qiao Wei, namun karena Jiang Shutong terburu-buru dan lupa, maka kali ini dia sendiri mau datang mencarinya, kemudian dia masuk ke kamar Jiang Shutong dan mencarinya ke seluruh penjuru kamar.

Ternyata dia menemukan sebuah benda panjang yang seperti “peredam petir” di bawah ranjang Jiang Shutong.

Qiao Wei langsung sumringah, sedangkan Jiang Linian dari belakang memperhatikan dia dengan curiga.

Jiang Linian pernah dengar kalau peredam petir adalah alat yang penting apabila pabrik mengalami kebakaran.

Jadi, dia tersenyum ke arah Qiao Wei sambil berkata, “Tuan Qiao, lihatlah Shutong sedang tidak ada dan anda dengan begitu egoisnya mengambil barang miliknya, ini tidak baik lho, aku saja sebagai ayahnya tidak berani menyentuhnya! Jadi, begini saja kamu telepon dia dulu, atau tunggu dia pulang?”

Qiao Wei mengerutkan kening, dia tidak menyangka akan mendapat halangan dari Jiang Linian.

“Dia kan sedang di luar negeri, tidak mudah menghubunginya kan?” Qiao Wei berkata sambil menatapnya.

“Kalau begitu tidak ada cara lain! Peredam petir itu dulunya berada di dalam pabrikku, aku juga tidak tahu untuk apa Tuan QiaoWei mengambilnya, namun sepengetahuanku, ini pasti adalah barang bukti!” sambil bicara Jiang Linian merebut peredam petir itu secepat kilat, dan sebelah tangannya memegang handphone, yang berarti kalau Qiao Wei berani menyentuh barang itu, maka dia akan menelepon.

Dia bukan seorang penakut!

Kali ini Qiao Wei seperti seorang sarjana yang bertemu dengan prajurit, dia tersentak kemudian pergi begitu saja!

Setelah Qiao Wei pergi, Jiang Linian memperhatikan peredam petir itu dengan teliti, ternyata itu bukan peredam petir melainkan sebuah konduktor, bagian ujungnya dibuat dengan bahan yang mudah menghantarkan listrik, pantas saja----

Kemudian Jiang Linian memfoto dan memperhatikan setiap detail konduktor itu, bahkan sampai dia bisa melihat dengan jelas bahan materialnya, kemudian dia naik mobil ke Group Mingcheng sambil membawa barang tersebut.

Pantas saja Qiao Wei terus berusaha mengganggu karena dia tahu kalau hari ini Jiang Shutong tidak ditempat, Jiang Linian baru lega kalau sudah mengantarkan barang itu pada Gu Mingcheng.

“dari mana barang ini kamu dapatkan?” Gu Mingcheng memperhatikan barang itu dengan teliti.

“Disembunyikan oleh Shutong. Mungkin ada hubungannya dengan Qiao Wei! Karena sebelumnya dia datang ke rumahku untuk mencari benda ini, tapi tidak kuberikan, kemudian setelah aku memfotonya, aku kemari untuk menyampaikan pada Presdir Gu!” Jiang Linian duduk di sofa di dalam ruangan kantor Gu Mingcheng, kedua tangannya bertumpu di lutut dengan sikap hormat.

Gu Mingcheng mengerutkan keningnya, dia berkata kalau belakangan ini media pers sudah tidak mencercanya lagi, pasti ini semua karena Jiang Shutong sudah mengambil tindakan terhadap Qiao Wei, hingga Qiao Wei tidak berani bergerak.

Dia hampir tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa, namun dia tidak berani tertawa di hadapan Jiang Linian.

Kelihatannya Jiang Shutong cukup tega hingga dia bisa memikirkan cara-cara seperti ini!

Setelah Jiang Linian pergi, kemudian Gu Mingcheng mengirimkan sebuah chat ke Qiao Wei, dia memfoto barang itu dan mengirimkannya ke Qiao Wei.

Dan dia juga berkata : Kupikir kenapa belakangan ini media pers tidak mengusikku, ternyata karena barang ini yang telah membungkam dirimu! Sekarang barang ini ada ditanganku, kalau nanti kamu berani berbuat macam-makan, maka pintu penjara akan menunggu dirimu.

Dengan kata-kata seperti itu dia sudah mengancam Qiao Wei.

Namun, Gu Mingcheng masih penasaran bagaimana caranya Jiang Shutong mengancam Qiao Wei, bahkan sampai menghapus semua berita yang diberitakan oleh media pers.

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu