Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 81 Tuan Gu, Terima Kasih 2

Meski Gu Mingcheng menyelesaikan masalah dengan murah hati, tapi tidak sepeser pun diberikannya lebih pada mereka.

Membiarkan rentenir ini terhapuskan pikirannya untuk mendapat keuntungan besar, sepertinya, orang ber-uang juga tidak mudah dikelabui.

Gu Mingcheng berjalan ke depan Jiang Shutong, Jiang Shutong memandangnya sejenak lalu berbicara: "Terima kasih!"

Ibu Lu Zhiqian keluar setelah mengamati suara di luar, melihat anaknya dipukuli, hampir saja ia pingsan.

Jiang Shutong buru-buru memapahnya, "Ma, ma," ucapnya, ia baru saja menjalani operasi kanker.

Saat itu, Jiang Shutong merasa air mata sudah tidak sanggup ia keluarkan.

Untung saja hari ini ada Gu Mingcheng, jika tidak ada dia, Jiang Shutong dan Lu Zhiqian tidak tahu apa yang akan mereka hadapi, bisa jadi dipukuli hingga sekarat.

"Di sini tidak aman, carilah tempat dan pindahlah." Xu Maoshen menggandeng Xu Shenjing.

"Sudah memberikan mereka uang, apa yang masih mereka inginkan?" Jiang Shutong marah hingga langsung meneteskan air mata, hari ini adalah hari pemakaman Ayah Mertuanya, perasaannya memang sedang sedih, ia tampak marah ketika sedang berbicara, tapi, kemarahannya bukan pada Xu Maoshen, melainkan pada para rentenir itu.

Jiang Shutong merasa, selama hidupnya, hutangnya pada Gu Mingcheng tidak akan terlunaskan, sampai sekarang saja, ia sudah berhutang 10 miliar lebih.

Bagaimana melunasi ini?

Ketika berhutang 2 miliar, ia merasa sedang melunasinya dengan seluruh hidupnya, hanya saja, hutang Lu Zhiqian, seharusnya Lu Zhiqian yang melunasinya bukan?

"Para penagih hutang ini sepertinya baru setengahnya, yang lainnya mungkin akan datang besok setelah melihat mereka mendapatkan uang, tidak bisa tinggal lama di sini." Xu Maoshen memandang sejenak kediaman Lu Zhiqian, rumah kecil, sepertinya tidak bisa ditinggali.

"Betul, Kakak, pergi ke rumah Paman Gu saja." Xu Shenjing lagi-lagi mulai mencari ide, "Hari ini kita semua pergi ke tempat Paman Gu menginap, besok aku akan pergi ke bandara dengan Ayah, dari rumah Paman Gu lebih dekat, jika mereka lagi-lagi datang meminta uang, suruh mereka mencari Paman Gu, mereka pasti tidak berani macam-macam, Paman Gu kan hebat, lalu aku ------"

Xu Shenjing kecil tapi cerdas, hanya saja kata-katanya tepat mengenai Jiang Shutong, jika mereka pergi ke rumah Gu Mingcheng, jika para rentenir ingin mengacau, mereka tidak akan berani.

"Kamu memang pintar memberikan Paman Gu ini kerjaan! Anak kecil." Gu Mingcheng mengelus kepala Xu Shenjing.

Xu Shenjing tersenyum.

"Benar perkataan Shenjing, lagipula," Xu Maoshen memandang rumah itu, "Kalian sebanyak ini juga tidak muat, pergi tidak, Lu Zhiqian?"

Lu Zhiqian masih bersender di pojok tembok sambil terduduk, sosoknya terlihat lemas sehabis dipukuli, sepertinya ia sama sekali tidak memikirkan masalah ini, ia hanya mengangguk, berlindung di balik orang lain lebih baik daripada bersembunyi dan dipukuli orang.

Jiang Shutong memapah Ibu Mertuanya, ketiganya naik ke mobil Xu Maoshen.

Di perjalanan, Gu Mingcheng menelepon mencari pembantu rumah tangga, menyuruhnya memasak.

Jiang Shutong merasa sungkan karena lagi-lagi merepotkan Gu Mingcheng, ingin bersembunyi darinya, tapi mengapa tidak bisa.

Namun, benarkah ia tidak bisa bersembunyi?

Sesampainya di kediaman Gu Mingcheng, Xu Maoshen yang melakukan pembagian kamar, Jiang Shutong mendapatkan kamarnya sendirian.

Jiang Shutong tidak tahu apakah ia sengaja atau kebetulan.

Namun hatinya sangat tenang, lagipula ia tidak pernah satu kamar dengan Lu Zhiqian.

Lu Zhiqian merasa bersalah karena tinggal di rumah Gu Mingcheng, lagipula ia dulu yang mengirimkan video seperti itu pada Gu Mingcheng, terhadap Lu Zhiqian, Gu Mingcheng juga tidak peduli.

Lu Zhiqian tahu, hari ini bisa mendapatkan jamuan seperti ini, semuanya karena Jiang Shutong, bisa dilihat, Gu Mingcheng masih memiliki perasaan terhadap Jiang Shutonng, alasan jelas keduanya putus, Lu Zhiqian tidak paham, Jiang Shutong juga tidak memberi tahunya.

Pertama kalinya rumah Gu Mingcheng kedatangan tamu sebanyak ini, ketika makan malam, Lu Zhiqian tidak turun, ia menyuruh bibi mengantarkan makanannya ke atas, Jiang Shutong merasa mungkin ia tidak ingin bertemu dengan salah seorang dari mereka, untung saja ada Xu Shenjing yang membawa atmosfer ceria, jika tidak akan sangat canggung.

Selesai makan, Jiang Shutong merasa ia seharusnya berterima kasih pada Gu Mingcheng, lagi-lagi sudah memberikannya banyak kesulitan.

Kebetulan bibi membuka pintu dan membawa nampan, sepertinya adalah obat.

"Luka di punggungmu, aku diperintahkan untuk memberikan obat." Bibi berkata pada Jiang Shutong dengan sungkan.

Jika tidak diungkit Jiang Shutong pun sudah lupa bahwa punggungnya terluka.

Setelah diingatkan bibi barulah ia teringat dan tengkurap di atas ranjang.

Setelah memakai obat, Jiang Shutong ingin pergi berterima kasih pada Gu Mingcheng.

Setelah mengetuk pintu, Gu Mingcheng mempersilahkannya masuk.

Ketika masuk, baru saja Gu Mingcheng akan mengganti pakaiannya.

Jiang Shutong mengerutkan alisnya, mengapa keberuntungannya begitu baik, ia selalu mengetuk pintu ketika Gu Mingcheng akan berganti pakaian?

Gu Mingcheng tidak menganti pakaiannya dengan baju resmi, malahan mengenakan sebuah T-shirt, tidak cocok dengan gayanya yang dingin, tapi tampak cukup membuatnya ramah.

"Tuan Gu, terima kasih." Ucap Jiang Shutong.

"Terima kasih apa?" Gu Mingcheng asal mengambil sebuah buku dan mulai membacanya.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu