Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 263 Meskipun Melewati Setengah Abad, Umur Sudah Sangat Tua

Pada saat di Jerman, Jiang Shutong bukannya tidak pernah kepikiran untuk menyerah keinginannya bersama Gu Mingcheng, tetapi dia tidak dapat menyakinkan dirinya untuk tetap tinggal di Jerman.

Anggap saja umurnya sudah tinggi dan sudah tidak kuat tahan banting, anggap saja dia tidak tega terhadap Ken.

Dalam hatinya sebenarnya tidak ingin mengakui kalau dirinya terjerat oleh Gu Mingcheng.

Terjerat bersama Ken, karena ikatan darah, dia tidak dapat melepaskannya, Jiang Shutong sangat berharap kasih sayang keluarga sejak kecil, dia menerima rasa ini dari Ken, Jiang Shutong sangat menyukainya.

Tetapi terjerat diluar dari hubungan darah, hubungan keluarga, dia merasa dirinya benar – benar menjadi malaikat yang dipatahkan sayapnya.

Sejak saat itu, demi orang itu, meskipun sejauh langit, dia tetap akan kembali.

Tetapi Adam tidak memberikan kabar, Jiang Shutong sangat khawatir.

Masalah anaknya Xiao Qu, dia sudah terima kenyataan.

Seharusnya dibilang, cintanya terhadap Gu Mingcheng mengalahkan rasa sakit gugurnya anak itu.

Gu Mingcheng memakai kacamata hitam sambil menatap kedua orang ini, mukanya terkesan dingin, Jiang Shutong memegang dahi, sakit kepalanya, pada saat di Jerman dia sering kesusahan tidur, mungkin karena dia tidak berada di sisinya, sehingga dia tidak tenang.

Pada saat di dalam negeri, meskipun tidak tinggal bersamanya, tetapi dia mengetahui keberadaan dirinya, pagi harinya sudah dapat melihatnya lagi, hanya butuh perjalanan lima belas menit saja.

Pada saat di Jerman, Dia berkhayal apa yang akan terjadi jika dirinya tinggal di Jerman sendirian.

Umpamakan dirinya berada di dalam gua hitam yang gelap gulita, hatinya seolah – olah dikosongkan.

Jiang Shutong tidak dapat terima rasa sengsara seperti ini, begitu juga dengan Gu Mingcheng !

Gu Mingcheng menerima sebuah pesan masuk dari ponselnya, berasal dari nomor telepon luar negeri : Thank you ! Let him say goodbye to the past !

Terima kasih, biarkanlah pria itu mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu.

Gu Mingcheng mengerutkan alisnya, kalimat yang tidak ada awal akhirnya, dia memeriksa keberadaan dari nomor ini : Rusia !

Pada saat yang sama, Jiang Shutong juga menerima sebuah pesan, isi dari pesannya lebih rumit, yaitu beberapa lembar foto, Jiang Shutong melihat sekilas, terasa semua menggelap di depan matanya, dan membuat dirinya termangu.

Fotonya adalah foto kuburan Adam, foto Adam dapat terlihat dengan jernih, namanya juga sangat jelas, seolah – olah tidak ingin memberikan kesempatan kepada Jiang Shutong untuk menganggap ini hanya kebetulan.

Sebenarnya melalui waktu yang lama di Jerman tetapi masih tidak dapat menemukan Adam, dalam hatinya Jiang Shutong sebenarnya tumbuh rasa keberuntungan : Mungkin saja Adam belum meninggal, dia dijemput oleh teman ilmuwan medis yang hebat.

Tetapi dengan foto ini, membuat hati Jiang Shutong jatuh ke dalam jurang yang dingin.

Perasaan yang sudah memberikan harapan, lalu menariknya balik harapannya, kaki Jiang Shutong terasa lemah, dan langsung pingsan.

Kebetulan, dia berjalan sudah hampir mendekati sisi Gu Mingcheng.

Pada saat dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat, Gu Mingcheng sudah merasakan ada yang tidak beres, mukanya sangat pucat, jadi, dia berjalan lebih cepat, pada saat Jing Rui hampir memeluk Jiang Shutong, dia sudah memeluk Jiang Shutong tepat pada waktunya.

Dalam kondisi pingsan Jiang Shutong merasa dirinya berada di dalam pelukan yang sangat aman, dia sangat khawatir kalau itu adalah Jing Rui, tetapi dia tidak dapat membuka matanya, dia tidak bisa bangun, dia tidak berdaya.

Jing Rui melihat orang yang datang adalah Gu Mingcheng, dia sangat emosi, tetap tetap saja tidak dapat melakukan apa – apa.

Dia sangat ingin merebut Jiang Shutong, tetapi bagaimanapun Jiang Shutong adalah milik Gu Mingcheng, meskipun dia ada kemajuan sebagai orang ketiga, tetapi tetap saja tidak berhasil.

Gu Mingcheng memeluk Jiang Shutong dengan datar dan langsung menuju mobil yang ada di luar, menyuruh supirnya membawa mobil, untung saja hari ini dia membiarkan supir mengikutinya.

Jiang Shutong berbaring di paha Gu Mingcheng.

Dengan cepatnya mereka sudah sampai di villa yang berada di atas gunung, dia membawa Jiang Shutong ke dalam kamarnya.

Pada saat Jiang Shutong sadar diri, tidak tahu mengapa dirinya berada disini, tetapi sekarang dia tidak ada tenaga untuk memikirkannya, juga tidak ada keberanian untuk memikirkan masalah Adam, dikarenakan anaknya berada disisinya.

“Mummy, lama tidak jumpa” Ken berkata.

“Ken, tunggu kamu dewasa ingin menjadi apa ?”Jiang Shutong bertanya.

“Kalau aku sudah dewasa ingin menjadi dokter, sama seperti Daddy. Aku merasa memakai jas putih sangat mengesankan, tetapi Papa inginnya aku berbisnis, tetapi bisnis bukan keinginanku.” Ken menjawabnya.

Ken adalah anak yang sangat baik, dia mempunyai hati sisi Gu Mingcheng yang nekat dan konsisten, kadang – kadang juga mempunyai hati sisi Jiang Shutong yang lembut, meskipun nakal, tetapi ada batasnya.

“Kalau begitu belajarlah dengan baik sama Daddy, jadilah dokter yang baik.” Jiang Shutong mengelus kepala anaknya.

“Ya” Ken menjawabnya.

“Papamu dimana ?”

“Papaku lagi masak untukmu.”

Gu Mingcheng masak buat dia, Jiang Shutong merasa ada yang aneh.

Meskipun hubungan mereka sambung putus, tetapi Jiang Shutong tetap merasa, dia adalah orang yang selalu menggantungkan dirinya, urusan seperti masak, dia mana mungkin mau ?

Sejenak kembali, Gu Mingcheng membawa sepiring telur goreng.

“Sudah bangun ya ?” Lengan bajunya sudah melipat ke atas.

Jiang Shutong menyandar di atas kasur, seluruh tubuhnya seperti telah mengelilingi hidup dan mati, meskipun sekarang sudah kembali, tetap saja kehilangan semangatnya.

Gu Mingcheng duduk di atas kursi yang mendekati jendela Jiang Shutong, sambil melihat Jiang Shutong.

Tidak ada yang membuka pembicaraan, tatapan Gu Mingcheng menoleh ke pemandangan diluar jendela.

“Sebelumnya aku lumayan suka musim semi, di musim semi, semua hal hidup kembali, sangat indah, melewati musim semi, segala sesuatu menjadi tidak begitu seru. Sekarang, aku juga suka musim panas.” Gu Mingcheng membawa nada meriang, ternyata pemikirannya bisa dipilih.

Ini adalah pertama kalinya Gu Mingcheng menceritakan kepada Jiang Shutong, perubahan empat musim dan kesukaannya, waktu lainnya, tidak pernah ada.

Mungkin juga karena dia bukan orang yang peduli dengan ini, mungkin juga sudah terbiasa berbisnis.

Hatinya Jiang Shutong selalu digantungkan, apa sebenarnya yang dimaksud Gu Mingcheng ?

“Kamu ingin bilang apa?” Dikarenakan kata – kata ini, Jiang Shutong merasa asing dengan Gu Mingcheng yang ada dihadapannya.

Pandangan Gu Mingcheng berhenti sejenak, dengan santainya berkata kepada Jiang Shutong, “Mungkin saja dulu aku tidak pernah bilang sama kamu kata – kata sejenis aku tidak akan menikah kalau bukan dengan kamu dan bagaimana pandanganku, sehingga, kamu jadi banyak kepikiran, karena di pandanganku, ini adalah masalah yang tidak perlu didebatkan lagi, aku mengira meskipun aku tidak mengatakannya, kamu juga bakal tahu. Tetapi sekarang aku sadar bahwa, kamu belum mengerti. Jadi, aku ingin mengatakan sekali lagi kepadamu, dalam sisa hidupku, meskipun umur melewati setengah abad, meskipun sudah sangat tua, kalau tanpamu, hidupku tidak ada artinya ! Sekarang penyampaian aku sudah jelas ?”

Jiang Shutong lumayan terbengong, mulutnya membuka lebar sambil menatap Gu Mingcheng.

Awalnya dia mengira Gu Mingcheng membahas masalah hidup dan mati, dikarenakan Adam baru saja meninggal dunia.

Tetapi ternyata yang dia bahas –

Membuat hati Jiang Shutong yang selama ini melayang – layang, mendarat dengan aman di dalam perutnya.

Di siang musim panas ini, sangat menghangatkan.

Jiang Shutong tidak berharap dirinya dan Gu Mingcheng seperti Romeo dan Juliet, harus mengalami banyak tantangan baru dapat bersama.

Akan tetapi, seandainya risiko yang membuat dia dapat bersama Gu Mingcheng kembali, harus mengorbankan kematian Adam dan anaknya Xiao Qu, hatinya tetap saja gelisah seperti menelan lalat.

Bagaimanapun dia yang menyebabkan kepergian Adam, kematian anak Xiao Qu juga dikarenakan Gu Mingcheng.

Mereka berdua seharusnya masuk neraka.

Hati seorang wanita sangat kecil, sangat – sangat kecil, awalnya Jiang Shutong mengira harus dengan menikah, tetapi sekarang kelihatannya, yang dia butuhkan, hanya beberapa kata mengesankan dari Gu Mingcheng.

Dengan adanya kata – kata ini, dia dapat benar – benar tenang.

Bagi seorang lelaki yang tidak pernah berkata manis, hari ini dapat mengatakan sebanyak ini, sudah sangat berharga, terkesan nyata, bagi Jiang Shutong, sudah seperti berkat Tuhan.

Sejak dulu, dia selalu beranggapan, Gu Mingcheng tidak pernah mengatakan kata manis kepadanya, dikarenakan dia tidak pantas, hal ini membuat dia sangat minder.

Bukan karena tidak sering mengatakannya, tetapi dikarenakan sangat berharga !

Hari ini, kebetulan karena kata – kata yang manis ini, membuat hatinya menetap di sisi yang nyaman !

Gu Mingcheng ya Gu Mingcheng –

Mengapa setiap kali dia dapat mengontrol dengan baik hati dan pemikiran Jiang Shutong ?

Jiang Shutong melihat sekilas kedua mata Gu Mingcheng, mengarah balik mukanya, baru sadar air matanya sudah mengalir sepenuh mukanya.

“Memang gombal.” Jiang Shutong berbisik.

“Sekarang sudah bisa makan nasinya?” Gu Mingcheng membawakan nasi ke hadapan Jiang Shutong.

Dia menjepitkan telur gorengnya, menyuapi untuk dia.

Jiang Shutong sejak kecil sampai saat ini, pertama kali ada yang menyuapkan makanan untuk dirinya.

Sebenarnya juga bukan, dia pernah menyuapkan makanan untuk dirinya dari mulut ke mulut, tetapi saat itu, lebih banyak ciuman.

Tetapi dikarenakan air mata Jiang Shutong mengalir tanpa henti, jadi, pada saat makan sekali, mesti mengangkat tangannya, menghapus air mata.

Ini adalah lelaki yang dia cintai.

Hanya dengan beberapa kalimat, langsung membuat dendam meninggalnya seseorang, dendam yang membuatnya benci, menghapus dengan tanpa sisa !

Dia justru lebih hebat dari Ken !

Gu Mingcheng melihat dia sambil makan, sambil menangis, tidak mengatakan apapun.

Setelah makan, Gu Mingcheng dan Ken pergi ke taman bermain bola, Jiang Shutong berbaring di bangku panjang yang ada di taman.

“Ken, ambilkan selimut untuk Mama kamu.” Gu Mingcheng menyuruh Ken.

Hari siang pada musim panas sebenarnya tidaklah dingin.

Gu Mingcheng berdiri di taman, tangannya memegang sepak bola.

Matahari bersinar pada mukanya, matanya setengah pejam.

Dengan gaya seperti itu, kelihatan menggoda !

Jiang Shutong menatap Gu Mingcheng dengan asyik.

Gu Mingcheng sepertinya juga menyadari tatapan Jiang Shutong.

Memiringkan kepala lalu melihat sekilas, tidak berkata apapun.

Tetapan dengan adanya tatapan empat mata seperti ini, Jiang Shutong sudah merasa puas !

Dia bermain sepak bola dengan anaknya sepanjang hari, sebenarnya Jiang Shutong tidak mengerti aturan sepak bola, tetapi juga menontonnya sejak siang.

Terkesan lumayan asyik.

Jiang Shutong menemani Ken tinggal di vila dua hari.

Dalam dua hari ini, dikarenakan suasana hati Jiang Shutong belum membaik, sehingga Gu Mingcheng juga tidak mengeluarkan permintaan yang kelewatan.

Setelah melewati dua hari, Gu Mingcheng akan menghadiri sebuah acara, ingin membawa Jiang Shutong, Ken tetap tinggal di rumah.

Jiang Shutong berdandan rapi, dan pergi bersama Gu Mincheng.

Dia sekarang sudah tidak minder lagi, semenjak Gu Mingcheng menyampaikan kata – kata sebelumnya, dia sudah tidak akan merajuk dan berantem dengan Gu Mingcheng demi permasalahan seperti ini.

Hanya merasa antingnya yang bergoyang di telinganya, gilang – gemilang.

Ketika naik ke dalam mobil, Gu Mingcheng jadi lebih perhatian padanya.

Bagaimanapun Jiang Shutong adalah wanita yang dapat membawa kebanggaan dalam menghadiri acara seperti ini, ketika membawanya mengikuti acara, dapat menarik tatapan dan perhatian.

Tanpa kepikiran, Jing Rui juga menghadirinya.

Jing Rui berada di Kota Hai saat ini, dikarenakan Jiang Shutong.

Dalam masa hidupnya, dia tidak menikah apabila bukan dengan Jiang Shutong.

Tetapi dalam tatapan Gu Mingcheng dan Jiang Shutong hanya ada satu sama lain, tidak sadarnya keberadaannya.

Jiang Shutong seperti gadis berumur delapan belas tahun, ketika berdansa dengan Gu Mingcheng, mengangkat kepalanya, matanya melontar senyuman, lalu menoleh ke bawah, kelihatannya sangat malu.

Ini rasanya disayangi seorang lelaki.

Gu Mingcheng terus saja memeluk pinggangnya dan menatapnya, sambil tersenyum.

Setelah selesainya sebuah lagu, Jing Rui berjalan sampai hadapan Gu Mingcheng dan Jiang Shutong, lalu berkata, “Presdir Gu, kenapa memeluk tunanganku?”

Jing Rui di Kota Hai tidak terlalu banyak kenalan dan relasi, orang yang mengenalnya juga tidak banyak, dia tidak takut memalukan.

Malahan Gu Mingcheng yang populer dan mempunyai nama baik, di Kota Hai, belum ada yang tidak mengenalnya.

Apalagi, Jing Rui berani mengatakan bahwa Jiang Shutong adalah tunangannya.

Kalau Gu Mingcheng, Jing Rui berani bertaruh, dia tidak berani mengatakannya !

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu