Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 158 Orang Yang Sangat Dicintainya

***ada edit di bab 156 (19/1/2020)

Jiang Shutong lelah menangis, memeluk pinggang Gu Mingcheng sambil menutup mata, sepertinya sudah tertidur.

Gu Mingcheng menggendong dia ke kasur, kasur yang lembut dan nyaman, berbeda dengan angin dingin dan hujan di luar sana, lampu berwarna kuning di samping tempat tidur menyinari wajahnya.

Gu Mingcheng melihat dia dengan jelas, dia sudah lebih kurus, dulu sangat berisi, tadi sewaktu menggendong dia, ternyata agak ringan.

Bekas air mata di wajahnya.

Memang benar orang yang hidupnya menderita, masih muda, tapi menderita sebanyak ini.

Dalam hati Gu Mingcheng juga sudah mengakui bahwa di antara mereka berdua tidak akan ada masa depan, dia jika bersamanya tidak akan bahagia, tidak memaksa, bisa beradaptasi, hanya mematikan lampu lalu keluar rumah.

Saat Jiang Shutong bangun, dini hari berikutnya, untuk waktu yang lama, Jiang Shutong tertidur, sewaktu bangun sudah pukul 10.

Kemarin Gu Mingcheng memberikan baju tidur berbahan linen, pakaiannya longgar di badannya, jika pada saat dulu dia pakai akan terlihat cantik.

Hujan turun satu harian, hari berikutnya cuaca bagus, matahari di musim panas menyinari, tirai yang berwarna putih melambai pelan.

Di kamar sangat sunyi, Gu Mingcheng tidak pernah menyewa bibi pembersih, kadang-kadang menggunakan pekerja hitungan jam.

Kebiasaan dia, Jiang Shutong tahu semua.

Jiang Shutong menggerai rambut, tidak tahu dia dimana, dan sendiri pun tidak tahu harus kemana.

Berkeliling di atas tanpa alas kaki, kebetulan ada satu kamar tidak ditutup, Jiang Shutong tau, itu adalah ruang baca dia.

Dekorasi di ruang baca tidak sama seperti dulu, ketika angin berhembus, membuat kertas di atas meja berbunyi.

Tempat kuas di sebelahnya, ada beberapa kuas di dalamnya.

Jiang Shutong ingat, dulu dia tidak ada kebiasaan menulis dengan kuas.

Tidak bisa menahan diri, maka berjalan masuk ke dalam.

Kertas di atas meja, ada tulisan dia, Jiang Shutong pernah melihat tulisan tangan dengan pulpen dia sangat bagus, tidak di sangka tulisan kuas dia begitu kuat, Jiang Shutong tidak mengerti kaligrafi, tidak tahu itu kata apa, tapi kelihatan sangat cantik.

Tintanya baru kering, seharusnya baru tadi pagi dia tulis, Lu You (Phoenix Emas), kalimat ini sudah begitu lama di lupakan oleh Jiang Shutong, hanya mengingat 6 kata di dalamnya : salah,salah,salah, tidak ada,tidak ada,tidak ada --

Jiang Shutong membalik kertas yang dia tulis, mengambil kuas, mencelupkan ke tinta, mulai menulis nama seseorang di atas nya.

Siang hari ada pikiran malam hari ada mimpi, di dalam hati berpikir apa, yaang tertulis juga apa.

Jiang Shutong ingin menulis : nama “Jiang Duomi”

Baru saja menulis “Jiang”, kata “Duo” belum tertulis, tangan dia ditahan oleh seseorang.

Tangan dia sangat panas, tangan Jiang Shutong dingin, setelah menyentuh tangannya, terasa ada perasaan aman.

Sebenarnya penulisan pertama kata “Duo” adalah ke arah kiri, tapi karena tangan digenggam oleh orang itu arahnya menjadi berlawanan, menjadi satu titik, satu titik lagi, satu titik lagi.

Jiang Shutong juga tahu, dia ingin menulis nama dia sendiri.

Di dalam kamar, Jiang Shutong mengenakan baju putih, dia mengenakan baju hitam, Jiang Shutong seperti burung kecil, dia seperti orang sombong.

Hitam dan putih, menarik di mata, sangat bagus di pandang, itu adalah warna yang tidak bisa dicampur dalam kehidupan ini.

Pada akhirnya, tulisan yang muncul di atas kertas, “Shutong”!

Kedua kata terakhir, dengan kata pertama “Jiang” sangat berbeda rasanya.

Jiang Shutong ingin menulis “ Duomi” , tapi karena orang ini, dipaksa mengubah arah, lalu teringat Duomi lagi, tidak bisa menahan diri menangis lagi, bahu mulai gemetaran.

Kata “Jiang” dengan kedua kata selanjutnya perbedaan tulisannya sangat jauh.

Bagaimanapun itu adalah perbedaan antara pemula dan berpengalaman.

Gu Mingcheng mengiringi dia tulis, tentu saja energik, penuh kekuatan, berbeda dengan yang dia tulis, sangat kekanakan.

Tubuh Gu Mingcheng dan dia sangat dekat, mengetahui perasaan dia, maka mengambil tangannya menulis lagi di belakang 3 kata “ Jiang Duomi”.

Karena 3 kata ini, suara dan senyum anak itu terbayang lagi di depan Jiang Shutong, dan dia tidak bisa berhenti menangis.

Gu Mingcheng tidak berbicara satu kata pun.

Jiang Shutong meletakkan kuas, kedua tangan di atas meja, air mata jatuh.

Gu Mingcheng meletakkan kuas, di belakang berdiri sebentar, lalu keluar dari ruang baca.

Jiang Shutong melihat tirai berhembus, merasa seperti sudah melewati satu abad.

Gu Mingcheng sudah tahu akhir dari hubungan mereka, jadi , terhadap Jiang Shutong, dia tidak melewati batas, bahkan tidak berbicara satu patah kata pun.

Jiang Shutong pergi ke kamar memakai sepatu, dan turun kebawah.

Dapur penuh dengan asap dan bunyi kompor, Jiang Shutong melihat, punggung tegap dia sedang memasak.

Pemandangan seperti ini, Jiang Shutong bukan pertama kali melihatnya.

“Jika ingin pergi, setelah makan!” Gu Mingcheng berkata.

Jiang Shutong mengigit bibir dengan erat, lalu duduk di depan dapur, belakangan ini menangis terus, mata merah dan bengkak, dia mengambil lengannya, meletakan di bawah mulut, kalau saja air mata jatuh, tangannya akan menutupi matanya.

Gu Mingcheng membawa makanan ke atas meja, bubur dan sayuran yang sangat sederhana, Jiang Shutong tidak berkata apa-apa, mulai makan.

Setelah selesai makan, dia pergi ke tempat penyimpanan baju, mengambil baju ganti, berkata “ Aku pergi!”

Tidak ada maksud supaya Gu Mingcheng mengantar.

Gu Mingcheng tahu maksudnya, juga tidak mengantar dia, hanya berkata “Em”.

Setelah Jiang Shutong pergi, Gu Mingcheng naik ke atas, melihat dia perlahan turun gunung, menghilang di hari pertama musim panas.

Ini adalah kedua kalinya Gu Mingcheng melihat kepergian Jiang Shutong.

Gu Mingcheng sudah tahu, setelah ini dia tidak akan mencarinya lagi, sama seperti tadi dia naik untuk mengambil pakaiannya, gerakan sangat ulet, tidak ada keraguan, karena di dalam hatinya, sudah tidak ada cinta Gu Mingcheng lagi.

Cinta itu, di dalam hatinya, dari awal sudah hilang.

Kisah yang terjadi di atas ranjang, dari awal juga sudah kisah yang lama berlalu.

Mereka berdua juga tidak mengatakan “ berpisah”, tapi diam-diam memahami.

Tapi Gu Mingcheng tahu, dia tidak akan kembali lagi.

Jiang Shutong pergi dengan tenang, sejak saat itu keluar dari dunia Gu Mingcheng.

Setelah Jiang Shutong pergi, Gu Mingcheng mengambil kertas yang di tulis Jiang Shutong, menggunakan kuas menulis nama “Gu Mingcheng” di depan nama “Jiang Shutong”.

Mungkin dia selamanya tidak akan tahu, kalau begitu tidak perlu tahu selamanya.

Jiang Shutong tidak pulang ke rumah ayahnya, ingin berpikir tenang sendirian, bar juga tidak jadi, di bar terlalu bosan, kalau terlalu bosan akan berpikir yang tidak-tidak, dia hanya bisa kembali ke pabrik miliknya, mengurung diri di ruang desain, setiap hari mendesain baju anak perempuan, orang lain menegurnya tidak dia jawab, masalah pabrik, masalah di toko Shanghai, dia tidak peduli.

Secara otomatis menutup dirinya dari dunia ini.

Beberapa minggu ini, Bai Mei datang mencarinya, menanyakan bisnis perusahaan masih ingin dijalankan atau tidak.

Jiang Shutong terus menunduk mendesain, dengan ekspresi wajah datar menjawab, “Tidak ingin!”

“Shutong, kamu tidak bisa begini terus!” Bai Mei berkata, “Bos di perusahaan lain harus sibuk setiap hari, baru bisa memastikan perusahaan tidak rugi, kamu sekarang begini tidak peduli, apa maksudnya, kamu tidak ingin membuka perusahaan lagi? Aku mendengar pabrik di Shanghai sudah kehabisan produk, kamu juga tidak memberikan desain terbaru,sekarang karyawan tidak tahu harus memproduksi apa?”

Jiang Shutong tidak berbicara, melanjutkan mendesain baju anak perempuan.

Walaupun baju sangat cantik, tapi dia hanya mendesain sendiri, kadang bisa memproduksi satu atau dua, tapi, dia tidak memproduksi secara banyak.

Seperti dia membuat baju hanya untuk Jiang Duomi seorang.

Setelahnya, berita penagih uang datang ke pabrik, Jiang Shutong seperti “Jika ingin uang tidak ada, kalau ingin nyawa ada ”, masih juga mendesain dengan diam, Bai Mei melihatnya, sangat cemas.

Pertama adalah dua sampai empat miliar, yang Bai Mei bisa bantu bayarkan sudah dia bayarkan, tapi setelahnya, sudah mencapai 20 miliar, toko di Shanghai sudah jatuh, masih untung rumah adalah milik sendiri, tidak perlu memberi uang sewa. Paling hanya tidak menghasilkan uang, tapi sekali pabrik tidak beroperasi, kedepannya tidak ada keuntungan, Jiang Shutong juga tidak memberikan desain baru, kebangkrutan hanya masalah waktu saja.

Jiang Shutong yang sekarang, pemikirannya sudah tidak di uang dan perasaan dunia ini, dari awal sudah mengikuti Jiang Duomi pergi ke dunia lain, bahkan jika utang yang terus mengikuti, dia juga tidak menaruh dalam hati.

Hari itu, Bai Mei mengatakan kepadanya satu berita, mengatakan bahwa Jiang Yuwei dikeluarkan dari penjara karena masalah mental yang serius.

Jiang Shutong sewaktu mendengar berita itu, hanya memberhentikan tangan yang sedang menggunting sebentar, lalu lanjut menggunting.

Membuat Bai Mei merasa dia ada perhitungan sendiri.

Jiang Shutong tidak berbicara, Bai Mei lalu berkata, Jiang Yuwei benar-benar pandai berpura –pura, sewaktu diperiksa ada kegilaan apa dia melakukan apa, terperiksa lalu dia makan tinjanya sendiri, keadaan dia sekarang, seperti pasien namun dibatasi gerakannya, lagi pula, pada hari itu, dia melihat petugas medis membawa bantalan busa dan jaring, baru melemparkannya, seperti kecelakaan karena tidak terduga tidak tertangkap, dia sebenarnya tidak ingin membunuh.

Jiang Shutong masih diam, melanjutkan memotong.

Dia semakin begini, Bai Mei semakin takut.

Lalu, jumlah penagih hutang yang datang pelan-pelan menurun.

Bai Mei mengatakan, Gu Mingcheng yang mewakili Jiang Shutong membayar utang itu.

Biasanya Bai Mei berbicara dengan Jiang Shutong, dia masuk kiri keluar kanan, tapi berita yang begitu mengejutkan, dia baru berhenti , mendengarkan dengan baik.

Waktu berhenti mendengar nama “Gu Mingcheng” , sangat jelas lebih lama dari waktu mendengar “Jiang Yuwei.”

Seperti masalah keluarnya Jiang Yuwei, dia sudah menebaknya.

Dan masalah Gu Mingcheng mewakili dia membayar utang, dia tidak bisa menyangka.

Setelah utang Jiang Shutong lunas, dia membiarkan pekerja memesan kain, setelah kain bermutu tinggi dikirimkan, dia masih tidak bisa membayar uang itu, lagi-lagi Gu Mingcheng membantunya bayar.

Dia tidak menampakkan diri, tapi saat Jiang Shutong ada utang, dia langsung tahu.

Jiang Shutong tampaknya sangat keras hati, ingin membuat uang Gu Mingcheng habis, tapi semua uang ini untuk Gu Mingcheng, hanya uang kecil!

Gu Mingcheng juga sepertinya rela mewakili Jiang Shutong membayar utang, tidak ada satu pun keluhan.

Jiang Shutong masuk berapa banyak barang, dia pun membayar berapa banyak barang.

Dia tahu Jiang Shutong sedang membalas dia, tapi dia rela.

Pada akhirnya, barang-barang Jiang Shutong, tidak bisa dipakai lagi, gudang juga sudah tidak muat lagi, gudang yang penuh dengan kain, seperti dia yang penuh sesak.

Kematian anaknya, bukan dia pelakunya, tapi dia juga ada ikut berbuat, kematian anaknya, dia juga seharusnya bertanggung jawab.

Tapi dia teringat kata-kata yang pernah dia ucapkan, “Kamu menderita kehilangan 3 anak, tapi dua di antaranya adalah anakku, penderitaanku , Sialan mana yang tahu?”

Jiang Shutong yang ingin membalas kepada Gu Mingcheng dengan kejam menjadi ragu.

Pada akhirnya, Gu Mingcheng adalah orang yang dulu sangat dicintainya!

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu