Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 78 Ternyata Dia Sangat Pencemburu 2

“Shutong, lihat apa yang kubawakan untukmu.” Sambil berkata, Lu Zhiqian menyuruh orangnya di depan pintu untuk membawa masuk sebuah karangan bunga yang sangat besar.

Seketika Jiang Shutong ternganga dan tidak bisa berkata apa-apa, dia tahu kalau model karangan bunga ini harganya sangat mahal, dan seluruh tamu yang datang pun tidak ada yang memberinya karangan bunga dengan model seperti ini.

“Terima kasih ya.” Jiang Shutong sangat gembira.

Melihat Lu Zhiqian berubah, dia pun turut senang.

“Tidak perlu berterima kasih, ini sudah seharusnya apalagi sewaktu di Shanghai kita berdua saling bergantung satu sama lain.” ketika suasana hati seseorang sedang gembira maka dia pun terlihat segar, perkataan ini menggambarkan keadaan Lu Zhiqian yang sekarang.

Jiang Shutong tidak menjawab, mungkin karena kepalanya terasa pusing, jadi dia tidak berniat mengobrol lebih lanjut, wajahnya pun terlihat agak merah, sepertinya dia flu.

“Sebentar lagi aku antar kamu pulang, sudah kena flu.” Tangan Lu Zhiqian menyentuh kening Jiang Shutong dan dia sama sekali tidak sempat menghindar, kemudian dia berkata, “Tidak apa-apa, mungkin karena banyak orang jadi terlalu panas.”

Shutong menjawab sambil memijit pelipisnya.

“Nona Jiang, apakah anda sedang tidak sehat? Bagaimana kalau aku antarkan anda pulang?” tiba-tiba terdengar suara dari samping, ternyata itu Gu Mingcheng.

Jiang Shutong tertegun beberapa saat, bukankah dia pikir kalau dirinya kotor? Lalu kenapa sekarang ---

Jiang Shutong tidak tahu harus menjawab apa, kemudian dengan dia menatap Lu Zhiqian.

Lu Zhiqian menggigit bibirnya erat-erat, lalu dia berbalik dan berbicara kepada Gu Mingcheng, “Karena Presdir Gu tulus, maka baiklah, anda saja yang mengantarnya.”

Kemudian dia berkata di samping telinga Jiang Shutong, sekedar menjelaskan beberapa urusan tentang toko Direktur Ji, sebenarnya bukan rahasia tapi dia sengaja melakukannya di depan Gu Mingcheng, karena Gu Mingcheng yang mau mengantar Jiang Shutong maka dia pun berbesar hati mengalah, dan dia bukan tandingan Gu Mingcheng, jadi dia sengaja membuat gerakan sembunyi-sembunyi tujuannya supaya membuat Gu Mingcheng marah.

Jiang Shutong buru-buru menganggukkan kepala, Direktur Ji orangnya cukup loyal, jadi ketika dia kalah dalam jual beli ini juga membuat pihak Jiang Shutong mengalami kerugian, dan dia memiliki sebuah kartu akses gratis dari sebuah hotel ternama kemudian diberikannya kepada Jiang Shutong, dan Jiang Shutong harus menerimanya.

Perlahan senyum mulai terlihat di wajah Shutong.

“Tunggu nanti malam ya, setelah aku dapatkan akan kuberikan padamu.” Lu Zhiqian mengatakannya secara terang-terangan dan menekankan kata “nanti malam” lalu mengusap pipi Jiang Shutong, kemudian berkata, “Sang menantu semakin pintar merawat diri ya, kulit wajahnya sangat kenyal! Rasanya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.”

Padahal Jiang shutong berniat menghindar, namun Lu Zhiqian masih memegangi wajahnya, dia pun sengaja mengerutkan alisnya tanda tidak suka, namun pegangannya masih belum dilepas, bahkan Lu Zhiqian memanggilnya “Sang menantu.”

Mereka berdua terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang bercanda, ekspresi wajah Shutong yang kesal sangat kontras dengan Lu Zhiqian yang tertawa nakal.

Mereka sepenuhnya lupa akan keberadaan Gu Mingcheng disampingnya.

Ekspresi wajah Gu Mingcheng sangat kesal, dan dia berkata, “aku akan jemput kamu jam 6 sore.”

Kemudian dia pergi.

Apakah pantas kalau dia marah seperti itu padahal mereka sudah berpisah?

Adegan Lu Zhiqian yang menguyel-uyel wajah Jiang Shutong kembali terlintas dalam benaknya, dia berusaha mengalihkannya dengan minum namun dia tidak bisa minum banyak, jadi dia hanya memejamkan mata saja.

Gu Mingcheng mengakui kalau dia adalah seorang yang mudah cemburu, dan hal ini baru dia ketahui setelah kenal Jiang Shutong.

Lu Zhiqian menguyel-uyel wajah Jiang Shutong seperti itu saja dia sudah cemburu, apalagi kalau membayangkan kejadian malam itu antara Deng Xianyu dengan Jiang Shutong, dia tidak berani memikirkannya ----

Jam 6 sore, sebuah mobil Cherokee berhenti di depan pintu masuk hotel, Jiang Shutong merasa kepalanya semakin pusing dan kemungkinan besar dia bisa jatuh pingsan setiap saat, kalau bukan karena hari ini adalah acara pembukaan sudah sejak awal dia ingin pulang ke rumah dan tidur.

Dia masuk ke dalam mobil Gu Mingcheng dalam kondisi pusing dan terhuyung-huyung, dia tidak berkata apa-apa dan begitu duduk dia langsung tertidur.

Gu Mingcheng mengira dia lelah jadi tidak menganggunya, hanya menanyakan alamatnya, itupun dijawab oleh Shutong dalam kondisi setengah sadar.

Mobilnya telah melewati seluruh pemandangan kota Shanghai yang gemerlap, diskotik yang penuh dengan pesta pora, serta melewati Menara TV Oriental dan Taman Yu, semua pemandangan itu hanya terlihat sekilas di depan mata Gu Mingcheng, begitu dia memalingkan wajah ke samping, orang di sebelahnya sudah tidur pulas.

Ketika sampai dirumah, dibangunkan seperti apapun dia tidak bangun juga.

Akhirnya Gu Mingcheng pasrah, kemudian dia duduk disamping Jiang Shutong, lalu meraba keningnya dan terasa panas, sepertinya demam tinggi.

Dia membungkukkan badannya kemudian menggendong Shutong, untung saja ada lift dirumah Shutong, kalau harus naik tangga, dia tidak kuat.

Jiang Shutong berbaring dengan lembut di pelukan Gu Mingcheng, kelihatannya sangat penurut seperti seorang gadis yang masih kecil.

Pemandangan ini malah membuat hati Gu Mingcheng tersentuh.

Dia membuka pintu kemudian membaringkan Shutong di atas kasur, dan mencari obat penurun panas tapi tidak ada, ditambah lagi hanya dia seorang diri yang menjaganya jadi dia tidak bisa pergi.

Dia pergi ke dapur, dan menemukan jahe serta gula merah, kemudian dia membuat minuman jahe untuknya.

Ketika dia membangunkan Jiang Shutong untuk minum kuah jahe, Jiang Shutong malah merasa gusar dan marah karena dia tidak ingin dibangunkan.

“Shutong, sayang, ayo bangun, minum kuah jahe.” Dia memanggil nama Jiang Shutong dengan lembut, lalu memapah Jiang Shutong untuk bangun.

Mungkin karena sakitnya lumayan parah, emosi Shutong terlihat jelas di wajahnya.

Shutong pun menurut dan minum kuah jahe, hanya saja dia masih tetap memejamkan mata dan minumnya pun lambat sekali.

Selesai minum, Gu Mingcheng mengelap mulutnya, kemudian Shutong membalikkan badan dan tangannya merangkul leher Gu Mingcheng, tubuh Shutong pun bersandar di pelukannya.

Dia tidur dengan lembutnya dalam pelukan Mingcheng.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu