Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 210 Aku Merindukan Papamu

Sesampainya dirumah Jiang Shutong langsung bertanya pada Ken tentang detail kejadian tadi malam, kemana kakek kedua membawanya pergi, lalu apakah ada berbuat sesuatu padanya?

Dalam peristiwa penculikan anak, pasti peristiwa itu akan memberikan dampak yang besar pada psikologisnya, seumur hidup belum tentu bisa keluar dari bayang-bayang tersebut, dia merasa Ken sudah cukup kasihan, jadi dia harus memberikan bimbingan psikologis.

Jiang Shutong pernah melihat sebuah rekaman video dimana seorang anak kecil diculik, para anggota polisi khusus akan membelikan balon untuk anak itu dan berkata kalau ini adalah sebuah permainan, gunanya supaya anak itu tidak tahu kalau ini adalah penculikan sehingga tidak mempengaruhi psikisnya.

Baru-baru ini Ken mendapatkan perlakuan diskriminatif di Jerman, ditambah lagi kejadian seperti ini, maka kondisi kesehatan mental anak ini sangat penting.

Namun Ken berkata kalau kakek kedua tidak melakukan apa-apa padanya, malah menemaninya bermain.

Bisa jadi sampai sekarang Ken tidak tahu kalau kejadian itu adalah sebuah penculikan.

Penculiknya dibuat bingung oleh ayahnya, karena sejak awal ayahnya sudah memegang kendali dengan pasti.

Ketika mendengar anaknya berkata tidak ada apa-apa, Jiang Shutong pun merasa lega, sedikit banyak dia pun mengerti kondisi kejiwaan pamannya, pikirannya buntu dan dia ingin mundur satu langkah, jadi dia menggunakan statusnya sebagai kerabat, maka dengan seperti itu polisi pun tidak bisa menjeratnya dengan kasus kriminal.

Tapi Gu Mingcheng memperkirakan dia akan menelepon.

Perkiraannya sekarang pamannya berada di penjara.

Jiang Shutong menghela napas dalam-dalam.

Kemudian Jiang Shutong memberitahu Ken kalau mereka sudah pulang ke Negara asalnya, disini adalah rumahnya, serta Ken punya papa dan mama, dia sudah sama dengan anak-anak lainnya yang tidak kekurangan apapun.

“Jadi papa dan mama yang melahirkan aku ya?” Ken bertanya pada Jiang Shutong.

Jiang Shutong mengangguk.

“Lalu bagaimana caranya aku dilahirkan?” Ken mulai menanyakan pertanyaan yang biasa ditanyakan oleh anak seumurannya. Ketika di Jerman Jiang Shutong juga sudah menjelaskan berkali-kali kalau yang melahirkan dia bukan ayahnya.

“Jadi sperma papa dan sel telur mama yang bersatu dan dibuahi, lalu tumbuh menjadi Ken!” Jiang Shutong mengerti kalau pertanyaan ini tidak bisa dihindari, jadi bisa dianggap memberikan pengetahuan tentang reproduksi lebih awal.

“Lalu bagaimana sperma papa bisa sampai ke tubuh Mama? Bukankah aku keluar dari perut Mama?” Ekspresi wajah Ken terlihat sangat polos dan lucu ketika menanyakan pertanyaan itu.

Tentang ini, ------

Bagaimana Jiang Shutong menjawabnya?

Wajahnya pun memerah.

Papamu, sangat teguh!

Sebenarnya luka batin yang diterima oleh Ken tidak separah yang Ken katakan, mungkin karena orang Jerman lebih keras, mungkin juga karena Adam adalah seorang dokter jadi pemikiran dokternya lebih mendominasi, setidaknya dalam pandangan Jiang Shutong sebagai seorang Ibu, dia tidak melihat Ken terluka batinnya.

Dia masih saja cukup nakal.

Jiang Linian baru saja pulang sehabis menengok Jiang Mingqi dan dia sudah mengetahui duduk perkaranya, dan dia merasa menyesal, kemudian dia menggendong Ken.

Namun di sisi lain dia merasa sangat marah dan membenci Gu Mingcheng, belum pernah dia bertemu dengan orang yang sangat keji dan licik seperti itu yang memasang perangkap untuk menjerat mangsanya, bahkan katanya Jiang Mingqi pun sudah diperhitungkan oleh Gu Mingcheng ke dalam rencananya.

Setiap orang tua pasti punya naluri untuk melindungi anaknya, Jiang Linian juga tidak menanyakan lagi perihal penculikan tersebut pada Ken dan Jiang Shutong.

Jiang Shutong tahu urusan pemindahan kartu keluarga tidak akan semudah itu dilaksanakan, apalagi setelah kejadian seperti ini, image Gu Mingcheng di mata ayahnya semakin jelek.

Dia berkata sambil lalu, kalau di sekitar rumah mereka tidak ada TK yang bagus, hanya ada beberapa TK swasta yang biasa-biasa saja, sedangkan dengan kondisi Ken yang sekarang lebih baik dimasukkan ke TK bilingual yang ada guru asingnya, sedangkan kondisi TK swasta yang ada kurang memadai ----

Lalu Jiang Shutong menceritakan pengalaman Ken di Jerman, dia tidak ingin Ken mendapatkan perlakuan diskriminatif lagi, jadi dia meminta pendapat Jiang Linian.

Awalnya Jiang Linian tidak mengetahui maksud tersembunyi Jiang Shutong, dia tidak mengerti tentang memilih TK yang baik, jadi dia tidak punya pendapat, yang penting mana yang bagus untuk Ken.

Jiang Shutong bilang di Jerman ada sebuah TK yang mengajarkan dua bahasa, bahasa utamanya Jerman tapi juga mengajarkan bahasa Mandarin, dia merasa TK seperti ini cocok untuk Ken, dan biayanya pun bukan masalah, jadi Jiang Shutong ingin menyekolahkan Ken ke TK seperti itu.

Jiang Linian bergumam tanda setuju.

Sementara itu tangan Jiang Shutong yang satu lagi sedang sibuk, dia sedang menggunakan cara pelan-pelan tersembunyi untuk menggiring Jiang Linian.

“Oh, tidak bisa, untuk bisa masuk kesana harus terdaftar di KK daerah sana baru bisa. Sedangkan Ken KKnya ada disini, sepertinya tidak bisa sekolah di TK itu.” Lalu dia mendesah napas.

“TKnya ada dimana?” Jiang Linian bertanya.

Lalu Jiang Shutong mengatakannya, di daerah rumah Gu Mingcheng.

Dalam sekejap Jiang Linian meradang, “Apakah kamu ingin memindahkan Ken dari KK keluarga kita? kamu sudah membuat ayahmu ini bersusah payah dan hasilnya seperti ini! Apakah ini permintaan Gu Mingcheng?”

Jiang Shutong terdiam, dia sedang berpikir darimana ayahnya mendapat petunjuk kalau ide ini berasal dari Gu Mingcheng?

Jiang Linian tidak membahas kelanjutan masalah ini, lalu dia bercerita bahwa hari ini dia pergi menengok Jiang Mingqi dan Jiang Mingqi sangat menyesali perbuatannya, saat dia menelepon dia khilaf, dia juga berkata dia tidak melakukan apa-apa terhadap Ken, dia berharap Gu Mingcheng membatalkan laporan dan melepaskannya.

Jiang Linian berkata dengan nada suram, “Tidak peduli apa yang telah dilakukan oleh Jiang Mingqi, bagaimanapun juga dia adalah adik kandungku, ketika dia masih kecil aku yang merawatnya, kami berdua ---- sekarang anak perempuannya sudah tiada, lalu sisa hidupnya masih harus dihabiskan di tempat ini.”

Sambil berkata, dia pun menangis.

Jiang Shutong sudah bisa menebak kelanjutannya----

Kalau Gu Mingcheng ingin memasukkan Ken ke dalam Kartu keluarganya, maka dia harus setuju untuk melepaskan Jiang Mingqi.

Namun dia tahu kalau Gu Mingcheng pasti tidak setuju.

Meskipun Jiang Shutong ragu-ragu, tapi yang Jiang Mingqi sakiti adalah anaknya, begitu memikirkan hal ini hatinya pun mengeras.

“Jangan mimpi, kasus ini punya bukti yang kuat, kalaupun dia menarik laporannya, pengadilan tetap akan mengadilinya!” Jiang Shutong merasa agak marah karena ayahnya tidak punya pendirian.

Orang yang memarahi Jiang Mingqi malam itu juga dia sendiri.

Jiang Shutong tidak ingin menggunakan permasalahan KK untuk mendesak ayahnya.

Dan dia juga tidak ingin mendesak Gu mingcheng dengan perihal menyelamatkan Jiang Mingqi.

Tidak peduli bagaimanapun juga, posisinya sulit.

Kedua orang ini adalah orang terdekatnya.

Kalau memang urusan KK Ken tidak bisa diapa-apakan jadi untuk sementara seperti itu, toh namanya masih berada di dalam KK ayah Shutong.

Jadi, sementara Jiang Shutong tidak memikirkan hal ini.

Sedangkan di dalam pandangan Gu Mingcheng, Jiang Shutong tidak menganggap hal pemindahan Kartu Keluarga ini penting. ……

Jiang Shutong sudah lama tidak pergi ke Shanghai, dia ingin membawa Ken ke tempat dimana dia dan Gu Mingcheng jadian --- Shanghai Tower, sebenarnya tempat itu bukan merupakan tempat jadian mereka, tapi dia menganggapnya seperti itu.

Waktu itu, di bawah kerlap kerlip lampu malam di underpass, dia berdiri di depan, namun begitu menengok ke belakang, dia melihat Gu Mingcheng yang tadinya sedang memejamkan mata sekarang membuka matanya dan tersenyum.

Detik itu, dia telah berjalan masuk ke dalam hatinya.

Sejak saat itu, Jiang Shutong merasa sangat menarik ketika memandang dirinya.

Dia membawa anaknya pergi naik kereta kecil di Shanghai Tower, lalu berjalan-jalan melewati jalan yang pernah mereka lewati, rasanya berbeda.

Ken duduk di pesawat, bersandar ke jendela.

Tepat pada saat ini Gu Mingcheng menelepon untuk menanyakan soal kartu keluarga anaknya.

“Ada 2 cara untuk mengurus kartu keluarganya, kamu mau dengar?” suaranya terdengar tenang di telepon.

Jiang Shutong merasa dia harus menyiapkan dirinya untuk sebuah jebakan.

“Ya!”

“Ambil surat nikah.” Gu Mingcheng berkata pada Jiang Shutong.

Jiang Shutong mempertimbangkannya cukup lama, tapi dia masih tidak mengerti kenapa Gu Mingcheng bertanya seperti itu, jadi dia benar-benar akan memasukkan Ken ke dalam KKnya?

Benak Jiang Shutong seperti bertalu-talu.

Dia terdiam cukup lama.

Gu Mingcheng pun terdiam juga.

“Cara yang kedua?” Jiang Shutong bertanya lagi.

Bagi Gu Mingcheng, masalah pengurusan Kartu Keluarga ini hanyalah soal kecil, namun tidak boleh dilepaskan, dia tidak mungkin tidak memasukkan anaknya ke dalam kartu keluarga.

Ada banyak ratusan cara, tapi yang dia pilih adalah “mengambil surat nikah”.

Tapi perempuan ini terdiam cukup lama, akhirnya malah memilih cara kedua.

Dia mengatakannya dengan nada tidak senang, “Suruh orang untuk mengurusnya.”

Jiang Shutong berpikir, bagaimana caranya Gu mingcheng bisa memasukkan Ken ke dalam kartu keluarganya kalau dia tidak bisa mendapatkan kartu keluarga itu dari tangan Jiang Linian, kalau dia mengambilnya maka Jiang Linian pasti akan meminta melepaskan Jiang Mingqi sebagai gantinya.

Jiang Shutong tidak ingin berbuat seperti itu.

Jadi dia berkata, “Sudahlah! Urusan kartu keluarga ini sebaiknya masih tetap dibawah namaku.”

Pesawat sudah mau terbang, jadi Jiang Shutong menutup teleponnya.

Dia terdiam sambil memandang keluar jendela, apa yang dia pedulikan?

Apakah dia merasa tidak puas?

Entahlah.

Di dalam pesawat Jiang Shutong memejamkan matanya, tiba-tiba dia teringat perkataan ayahnya hari itu, waktu itu entah kenapa dia tidak bisa menebak bagaimana ayahnya bisa tahu maksudnya.

Dipikir lagi sekarang, perkataannyalah yang sedikit membocorkan informasi itu --- Ken berada di dalam kartu keluarga kita.

Maksudnya masih ada keluarga berikutnya yang lebih baik, meskipun dia tidak mengucapkan hal itu, namun kalau ucapan ini diteruskan maka ayahnya pasti akan bisa menebak, apalagi ayahnya sudah berbisnis puluhan tahun.

Ayahnya bertanya nama daerahnya, jelas saja dia tahu kalau Jiang Shutong ingin memindahkan kartu keluarganya ke Gu Mingcheng.

Kalau bukan karena dia berunding dengan Gu Mingcheng, maka Jiang Shutong tidak akan mengungkit hal ini, jadi ayahnya menebak kalau ide pindah kartu keluarga ini berasal dari Gu Mingcheng.

Hah, sekarang dia merasa perbuatannya itu terlalu pintar dan ingin melibatkan ayahnya.

……

Setibanya di Shanghai, Jiang Shutong pergi melihat tokonya lalu membawa Ken pergi naik kereta kecil.

Waktu sudah berlalu lama tapi Shanghai Tower tetap sama seperti sebelumnya, tak pupus dimakan waktu.

Pemandangannya sama seperti beberapa tahun yang lalu, kereta kecil itu berada di bawah kerlap kerlip lampu underpass, dia menggendong Ken dan berdiri di samping jendela, tertawa dan bercanda dengan Ken, dia sangat gembira.

Ketika berbalik badan, disana tidak ada orang itu.

Sekarang sudah musim semi, burung-burung walet sudah mulai bermigrasi dari selatan ke utara.

Kota Hai berada di sebelah selatan Shanghai, Jiang Shutong berdiri di lantai tertinggi Shanghai Tower, memandangi burung walet yang terbang melintas.

Dia pernah menangis demi Gu mingcheng, pernah tertawa, pernah cinta dan sakit hati, pernah merindukannya, dia sudah pernah mengalami pengalaman yang tidak terlupakan, bahkan pernah rasanya hati ini seperti dicabik-cabik.

Mungkin karena sekarang dia sudah dewasa dan lebih berpengalaman, Jiang Shutong merasa hatinya seeperti sebuah papan besi yang susah dirusak.

Tiba-tiba dia merasa --- tidak ingin jatuh cinta lagi!

Pepatah mengatakan, seperti air kolam yang sudah kering, kedua ekor ikan pun akhirnya saling menyembur.

Kepalanya mendongak mengikuti arah terbang burung walet, kalau burung walet itu bisa membawa perasaannya ke kota Hai, maka --- lepaskan.

“Mummy, kenapa kamu menangis?” Ken berdiri di samping Jiang Shutong, sedang memandang seluruh kota.

Begitu melihat Jiang Shutong bercucuran air mata, Ken pun bertanya.

“Aku merindukan papamu!” Jawab Jiang Shutong.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu