Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bagian 181 Dia sangat puas

Jiang Shutong memasang sabuk pengaman disampingnya, bersandar dengan miring, Gu Mingcheng memperhatikannya dengan kepala miring, dan dengan air mata yang jatuh memenuhi wajah.

Sudah hidup selama 30 tahun, belum pernah menangis seperti sekarang, menangis hingga dia merasa dirinya sendiri bukan seorang pria lagi.

Kepala Gu Mingcheng disandarkan ke sebelah jendela dan melihat sekilas, kemudian menghapus air matanya. Kembali fokus menyetir dan mengendarai dengan sangat pelan.

Sesampainya di basement, Gu Mingcheng membopong Jiang Shutong keluar dari mobil dengan perlahan, dan diletakkannya ditas ranjang.

Sebenarnya Jiang Shutong hanya meminum beberapa teguk wine, tadi dia hanya lelah karena menangis, semalam dia tidak tidur, hanya tertidur sesaat. Dengan setengah tertidur, dia tahu bahwa Gu Mingcheng yang membopongnya, dan menempatkannya diatas ranjangnya dia.

Dia sengaja tidak membuka mata.

Saat Gu Mingcheng hendak mengangkat tubuhnya, lehernya ditarik oleh Jiang Shutong.

Didalam kamar dan tidak ada cahaya lampu, sangat hening.

Sensasi yang remang-remang ini ditambah dengan musim gugur yang sepi di luar kamar, mereka berdua mengabaikan semua rasa dingin dan kejam.

Seperti hanya tersisa mereka berdua didunia ini.

Saat Jiang Shutong menciumnya, air matanya pun jatuh diatas bantal yang ada disebelahnya.

Gu Mingcheng awalnya membalas ciuman dengan sangat malu-malu, tetapi pada akhirnya, orang yang dia cium adalah Jiang Shutong, bahkan jika dia mengontrol dirinya dengan kuat, tapi dia juga punya kelemahan.

Jiang Shutong adalah kelemahannya !

Dia mulai melawannya, dia menyerang dan menguasai diantara bibir dan gigi Jiang Shutong, Jiang Shutong menutup mata dengan pelan, keduanya bersenang-senang.

Jadi selama ini seperti itu rasanya menciumnya.

Beberapa orang mengatakan bahwa diantara suami istri, mengetahui jika pasangan sering melakukan tindakan tidak normal, karena masalah dari pihak pasangan lain.

Jiang Shutong merasa, orang yang berbicara semacam ini, pasti belum menikah, atau bahkan belum pernah menemui cinta sejati. Karena jika pasangan mempunyai sedikit kekurangan, tidak akan luput dari pandangan pasangannya.

Sehingga dia merasa, yang paling tahu jika pasangannya ada masalah pasti adalah pasangan yang satunya, dia merupakan salah satu orang terakhir yang paling mengerti, jika tidak percaya, atau tidak bersedia untuk percaya, dan tidak berani untuk percaya.

Seperti Jiang Shutong kepada Gu Mingcheng, dia seperti biasa setiap harinya, tapi Jiang Shutong tahu bahwa dia sesungguhnya ada yang salah.

Kali ini Jiang Shutong ingin sedikit lebih inisiatif, lihat apakah pria ini bisa menahan terhadap godaan dirinya.

Jiang Shutong mengakui jika seperti ini agak tidak bermoral, seperti memperkosa Gu Mingcheng, tetapi kisah cinta keduanya, jalan yang dilalui, pertengkaran, semuanya tidak pernah bergantung pada logika.

Jiang Shutong sangat sangat menyukai saat dia mencium dirinya, layaknya bunga yang dipegunungan sedang bermekaran.

Tangannya membuka kancing Gu Mingcheng, dan membuka ikat pinggangnya.

Gu Mingcheng sama sekali tidak menolak, sangat antusias.

Perasaan yang tidak sabar membuat Jiang Shutong merasakan kepuasan hati dan perasaan yang meledak-ledak, strawberry kecil Jiang Shutong terasa kencang, dia merasa, ukuran bra-nya akan bertambah dua nomor lebih besar besok.

Gu Mingcheng menikmati tubuhnya, perasaan puas dan kenyamaan itu membuat Jiang Shutong menutup kedua matanya.

Gu Mingcheng kemudian membopongnya untuk mandi, semua proses ini membuat mata Jiang Shutong tetap menatap Gu Mingcheng.

Cahaya lampu dikamar mandi membuat Gu Mingcheng melihat mata Jiang Shutong yang merah dan bengkak.

“Menangis lagi?”

Jiang Shutong memanjat leher Gu Mingcheng dengan menggunakan kedua tangannya, berkata dengan tersedak, “Jangan tinggalkan aku!”

Gu Mingcheng menepuk nepuk punggungnya.

Ketika baru turun dari ranjang, keduanya acuh tak acuh, Jiang Shutong menempel erat pada Gu Mingcheng.

Keduanya mulai mandi, rambut Jiang Shutong yang hitam berkilau basah.

Bahkan ketika mandi pun, dia juga masih memeluk leher Gu Mingcheng.

Alasan dulu meninggalkan dia adalah karena dia tahu bahwa dia tidak bisa hamil, tidak ingin membuat Gu Mingcheng mempunyai wanita yang tidak sempurna. Sekarang dia tahu bahwa presentasi dia untuk melahirkan seorang anak sangat besar, dia ingin bersama Gu Mingcheng sehidup semati.

Ketika sudah membilas diantara kedua paha Jiang Shutong, keduanya langsung tidur.

Setelah sekian lama, Jiang Shutong mempunyai rasa nyaman untuk pertama kalinya, karena dia tidur dengan memeluk Gu Mingcheng.

Keesokan harinya, Jiang Shutong bangun kesiangan, Gu Mingcheng sudah tidak berada di ranjang,

Dengan samar-samar, Jiang Shutong mendengar dia sedang menelepon dibalkon, inti dari pembicaraannya tidak jelas, kepalanya pening.

Ketika Gu Mingcheng berjalan memasuki kamar, Jiang Shutong duduk malas diatas ranjang dan memeluk selimut, keadaan yang menawan ini membuat Gu Mingcheng melihatnya, tidak sabar untuk mendekatinya, dan bahkan setelah mandi malam kemarin, dia tidak memakai apapun, menghabiskan malam bersamanya seperti ini, diwaktu luang, keduanya juga melakukan beberapa kali,

“Aku pergi keluar sebentar karena ada keperluan, jika kamu ada perlu hubungi aku.” Gu Mingcheng meremas-remas wajah bulat Jiang Shutong.

Jiang Shutong mengira dia ada keperluan di kantor, dengan cepat dia menganggukkan kepala.

Gadis manis yang ada dihatinya, dan senyum yang ada dibibirnya, juga enggan untuk mengangkat kepalanya, lagi pula kemarin malam sudah melakukannya, dan bahkan melakukannya dengan sangat baik, yang membuat hati Jiang Shutong hanya ada pria ini.

Jiang Shutong begitu mencintainya.

Sikap gadis yang menawan dan malu-malu ini membuat Gu Mingcheng juga kehilangan kesadarannya, gerakan jalannya dia juga berubah melambat.

Ketika hendak pergi, tangannya ditarik oleh Jiang Shutong, “Jangan pergi!”

Dia mendongak dan memohon, pergelangan tangan Gu Mingcheng tidak bisa ditahannya, hanya bisa menggunakan kedua tangan untuk menariknya, dan mengayunkannya.

Dia tahu bahwa Gu Mingcheng pasti akan tetap pergi, tapi dia hanya ingin melihatnya bagaimana mengecohnya.

Gu Mingcheng membalikkan badannya, kemudian menahan Jiang Shutong diatas tempat tidur, di atas bibirnya, wajahnya dan strowbery kecil didadanya.

Jiang Shutong tertawa dengan lembutnya.

“Dengarkan, baik-baik tunggu dirumah ya.”

Selesai bicara, Gu Mingcheng langsung pergi.

Keheningan kembali memenuhi ruangan.

Jiang Shutong tidak ingin memakai pakaian, hanya ingin kehangatan diatas ranjang seperti kemarin, ya kemarin, dia benar-benar puas.

Dia menggigit bibir bawahnya dan tersenyum sendiri.

……

Gu Mingcheng kembali ke apartmen, karena ada orang yang memberitahunya bahwa Ye Xia sudah ditemukan, lagi pula Ye Xia sekarang adalah orang yang tidak mempunyai identitas, tidak bisa berbuat apa-apa. Menemukan koneksi untuk menyelinap, urusan dilakukan secara rahasia, dan tidak ada orang yang mengetahui.

“Apakah ayahku tahu?” ketika Gu Mingcheng berada dilantai atas bertanya pada orang yang membawa Ye Xia, semua adalah orang-orangnya, dapat diandalkan.

“Tidak tahu, aku sudah mengatur orang banyak di Kanada yang secara khusus untuk menganggu pandangan tuan, pada sisi ini, bagaimanapun tuan juga tidak akan terpikirkan, karena kita tidak akan membiarkannya melihat keberadaan kita! Dia bangun jam 4 tengah malam, dan diikuti oleh orang kita, ternyata dia mengangsingkan nyonya di dalam mercusuar ditepi laut!” orang yang berada disampingnya menjawab dengan sangat gugup, dan masih ada ketakutan, beruntungnya permasalahan ini dikerjakan dengan sangat rahasia, jika tidak, menguntit orang pasti kena hukuman, tapi untungnya, akhirnya sudah kemari.

Gu Mingcheng mengerutkan keningnya, langkah kakinya tidak melambat dan terus naik ke lantai atas.

Dikamar yang tenang dilantai atas, seseorang sedang duduk dengan tenang.

Orang ini muncul dari ingatan Gu Mingcheng, mengajarinya membaca, mengajarinya menulis, memberitahunya bagaimana caranya menjadi manusia.

Dia sangat kurus, tetapi karakternya masih tidak berubah.

Gu Mingcheng melihat wanita kurus yang ada didepan matanya, bibirnya tersenyum, tetapi matanya basah.

Ye Xia belum melihat Gu Mingcheng masuk, hanya menghela nafas, tidak tahu apa yang sedang dikeluhkan.

“Ibu!” Gu Mingcheng berteriak menyebut nama ini, sangat asing, bagaimanapun sudah 20 puluh tahun tidak menyebut.

Ye Xia masih belum merespon.

Gu Mingcheng memanggilnya sekali lagi, Ye Xia berbalik dengan perlahan.

Semua keanggunan dan kemurahan hatinya pada saat itu sudah hilang, Gu Mingcheng merasa sedikit sedih.

Beberapa hari ini, waktu sedihnya lebih banyak, sedih karena Jiang Shutong, dan sedih karena Ye Xia.

Ketika Ye Xia baru membalikkan badan, dan melihat Gu Mingcheng, rasasanya seperti tidak mengenal.

Sesungguhnya memang tidak mengenalinya.

Gu Mingcheng berjalan mendekat ke Ye Xia dan berkata, “Bu, aku adalah Mingcheng.”

Ye Xia sepertinya kehilangan kemampuan untuk berbicara, dia juga tidak teringat siapa itu Gu Mingcheng, lagi pula, dua puluh tahun, sungguh kejam.

Gu Mingcheng hanya teringat kekejaman ayah terhadap ibunya, tapi tidak pernah berpikir untuk bersikap kejam terhadapnya juga.

Anak yang berumur belasan tahun, kehilangan ibunya, cobaan macam apa itu?

Tiba-tiba bertemu dengan keadaan orang yang sudah tidak normal, tapi dia sama sekali tidak berpikir, dia sendiri adalah orang yang tidak normal!

Ye Xia nampaknya sama sekali tidak mengenal Gu Mingcheng, dan terus tenggelam dalam dunianya sendiri, kekosongan, dan ada sedikit rasa takut.

Gu Mingcheng berjongkok disebelah Ye Xia, tertawa, bagaimanapun juga, orang yang dia pikir sudah meninggal, kini kembali muncul hidup dihadapannya, dia sungguh bersyukur atas kehidupan ini.

Dia ada rasa sayang dan benci terhadap Gu Qingyuan.

Gu Mingcheng sengaja mencari orang untuk pekerjaan menjaga Ye Xia 24 jam, melayani dia untuk makan sehari tiga kali, ketika baru saja menelepon, masih belum menemukan orangnya.

Ye Xia tinggal sendiri dalam satu kamar, dan berdekatan dengan kamar Gu Mingcheng.

Pada malam hari, Gu Mingcheng belum kembali ke Fengcheng internasional, mengatakan bahwa terjadi sesuatu di apartmen, disana ada Jiang Shutong yang sedikit tidak senang.

“Tunggu aku selesai menyelesaikan masalah baru kembali, nurut ya!” pada malam hari, Gu Mingcheng merokok dikamarnya sendiri, mematikan lampu, dalam kegelapan hanya terlihat asap rokok, dia setengah berbaring diatas sofa kamarnya.

Jiang Shutong menutup teleponnya.

Permasalahan ibunya, Gu Mingcheng masih belum terpikirkan harus bagaimana, tidak tahu bagaimana respon Jiang Shutong setelah mengetahuinya, bagaimana benci dan dendamnya dengan keluarga Gu.

Meskipun saat itu Jiang Shutong sangat muda, kepergian neneknya, masih meninggalkan cinta dan hubungan darah.

Bahkan hubungan yang dimanfaatkan seperti ini, Gu Mingcheng tidak berani untuk melanjutkan.

Yang lebih susah jika menyelesaikan permasalahan keluarga sendiri, perselisihan antara anggota keluarga,adalah yang paling berdarah, Gu Mingcheng tahu bahwa masalah ini harus terkuak, kehancuran ayahnya, juga kehancuran bagi Mingcheng group, tapi ibu yang makhluk hidup ini, selamanya tidak boleh menjadi “eksistensi hitam” di kehidupan ini.

***(eksistensi hitam : hidup sembunyi dan tidak manusiawi)***

Cukup menyulitkan!

Mendengar ada yang bergerak diluar, Gu Mingcheng berjalan keluar, ternyata ibu yang akan pergi ke kamar mandi, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara perginya.

Gu Mingcheng tiba-tiba sangat ingin menangis, tangan ibunya diletakkan ditangannya, dia menggandeng ibunya, berjalan selangkah demi langkah sampai di kamar mandi.

Ketika berada di pintu kamar mandi, rokoknya tidak lepas dari mulutnya-----

Ye Xia masih belum bisa berbicara, dia setidaknya ingin pelan-pelan mendampingi ibunya sampai dia perlahan membaik.

Gu Mingcheng tersenyum pahit.

Ah, kehidupan yang sialan ini.

Keesokan harinya, Gu Mingcheng belum pergi bekerja, dia menemani ibunya pergi ke taman kota, sewaktu kecil, dia bersama ibunya bermain bola disini, belajar, dan dia percaya bahwa Ye Xia harusnya masih ada ingatan dengan kenangan sebelumnya.

Setelah pergi jalan-jalan, kemudian dia dan ibunya duduk di bangku di tepi jalan.

Orang yang bisa menjaga 24 jam sudah ditemukan, Gu Mingcheng kembali ke Fengcheng internasional dengan tergesa-gesa, merindukan wanita itu.

Tanpa diduga, ucapan pertama Jiang Shutong saat bertemu dia adalahg, “bibi sudah ketemu?”

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu