Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 149 Hatinya Berubah Menjadi Sangat Tenang

Kemudian Jiang Shutong mencari satu stel pakaian untuk dipakai, dan dia mengeluarkan rambut dari baju yang dipakainya.

Jiang Shutong berdiri disamping pintu dan membuka pintu, lalu berkata, “Suamiku sedang mencariku di kantor, mengenai masalah tadi kita sudah kelewat batas, maaf, aku tidak bisa mengendalikan diri!”

“Jadi, semua barang-barangku sudah kamu kembalikan?” Gu Mingcheng masih duduk di sofa, dia tidak bergerak sedikit pun dan matanya tidak lepas dari Jiang Shutong.

Jiang Shutong menganggukkan kepala.

“Wanita milikku berada disini, kapan kamu mau mengembalikannya padaku?” Tiba-tiba Gu Mingcheng menanyakan satu pertanyaan.

Nada menggoda dalam kalimatnya sudah tidak terdengar, suaranya terdengar samar-samar seperti berbisik.

Jiang Shutong mengarahkan pandangannya keluar, dia tidak berbicara sedikitpun dan tidak menghiraukan Gu Mingcheng kemudian langsung pergi ke kantor dimana Xu Maoshen sudah menunggunya, dia berharap Xu maoshen tidak melihat pemandangan ini.

Xu Maoshen menceritakan perihal orderan dari Gu Mingcheng berupa seragam kerja 500 buah yang harus diselesaikan dalam waktu 3 hari pada Jiang Shutong.

Diam-diam Jiang shutong merasa, tujuan Gu mingcheng bukan cuma sekedar membuat seragam kerja.

Akan tetapi, dia mau apa?

Bukankah dia sendiri juga sudah mau menikah? Lalu dia mau apa?

Dia menginginkan dirinya?

Dia bahkan tanpa sungkan bercerita di hadapan Jiang Shutong kalau dirinya tidur bersama wanita lain, hal ini membuat Jiang Shutong benar-benar tidak mengerti cara berpikir Gu Mingcheng.

“Kapan tanda tangan kontraknya?” tiba-tiba terdengar suara Gu Mingcheng.

Jiang Shutong menolak menandatangani kontrak ini karena dia tidak ingin terikat hubungan dengan Gu mingcheng lagi, karena mau dilepaskan bagaimanapun tetap saja tidak bisa, ditambah lagi dia tidak bisa menandingi kecerdikan Gu Mingcheng, apabila Gu Mingcheng punya rencana terselubung maka dia pasti tidak akan bisa menebaknya.

Namun yang sudah pasti adalah otak Jiang Shutong rasanya korslet bukan karena masalah tanda tangan kontrak, melainkan karena peristiwa tadi ketika Gu Mingcheng melihat tubuhnya untuk yang kedua kalinya.

Meskipun dulu dia sudah pernah melihat, namun waktu itu kondisinya tidak sama.

Dia mengangkat kepalanya dan memandang Gu Mingcheng dengan tatapan kosong, dan Gu Mingcheng juga menangkap tatapan matanya, namun dia malah perlahan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Jiang Shutong berkata kalau dia tidak akan menerima kontrak ini, jadi apabila ada urusan maka dia mempersilakan Presdir Gu dan Direktur Xu untuk diskusi berdua, karena dia masih ada urusan maka dia pamit dulu.

Lalu Jiang Shutong kembali ke kamarnya, otaknya terasa kacau dan berkecamuk.

Dia melangkah masuk kemudian melihat ke arah sofa, ternyata baju-baju dan pakaian dalamnya sudah dilipat dan disusun rapi diatas sofa.

Jadi ketika dia tadi pamit duluan, ternyata Gu Mingcheng yang merapikannya.

Jiang Shutong tidak bisa membayangkan orang seperti Presdir Gu yang begitu angkuh dan semaunya sendiri ternyata bisa mengerjakan hal seperti ini, rasanya sangat aneh.

Sama seperti Jiang Shutong yang tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Gu Mingcheng ketika dia mengatakan, “maukah kamu kembali ke sisiku”, karena pada saat itu di dalam hatinya Jiang Shutong sudah berselingkuh.

Jiang Shutong menutup mulut dengan tangannya kemudian dia menangis dengan suara pelan.

Pada saat Xu Maoshen dan Gu Mingcheng sedang mendiskusikan detail dan persyaratan kontrak kerja mereka, tiba-tiba Gu Mingcheng menjadi gusar, sangat jelas terlihat kalau dia sedang tidak fokus, kemudian dia melirik ke meja dan melihat ada sebuah dompet perempuan berwarna merah, Gu Mingcheng mengenali dompet kepunyaan Jiang Shutong.

Gu Mingcheng duduk di sofa seberang meja kantor Jiang Shutong, dan posisinya ini kebetulan bisa melihat dompet tersebut, mungkin Jiang Shutong meletakkannya dengan asal-asalan, jadi barang-barang di dalamnya berantakan, jadi dari posisi duduk Gu Mingcheng dia bisa melihat ada sebuah kondom yang setengahnya menjulur keluar dari dalam dompet.

Dalam sekejap dia merasa hatinya seperti disiram air dingin, entah dengan siapa dia bergaul hingga membawa kondom di dompetnya!

Jiang Shutong sedang berada di kamarnya, dan tadinya dia berniat untuk pergi ke kantor dan menarik Xu Maoshen keluar, tidak membiarkannya menandatangani kontrak, namun ketika melihat pakaiannya yang sudah dilipat dan disusun rapi diatas sofa, hatinya melunak.

Jauh di dalam lubuk hati Jiang Shutong, dia merasa kalau terlalu banyak berurusan dengan Gu Mingcheng tidaklah baik.

Karena Jiang Shutong telah melihat dengan jernih tujuan aslinya, namun dia sudah punya pacar dan sudah mengatur pernikahan, lalu kenapa Gu Mingcheng masih bergantung pada dirinya, apa maksudnya?

Dia bukan hanya sedang menggantung Jiang Shutong, melainkan masih mengganggunya hingga membuat dia merasa was-was, bagaikan duduk di karpet berjarum.

Kemudian Jiang Shutong duduk di atas ranjang, dan mengirimkan chat pada Xu Maoshen : Kenapa kamu harus bersikeras menerima orderan ini?

Xu Maoshen dan Gu Mingcheng sedang mendiskusikan urusan bisnis, namun sebenarnya Gu Mingcheng secara perlahan sedang memojokkan Xu Maoshen.

Begitu menerima chat dari Jiang Shutong, dia membalas : Karena dari dalam lubuk hati, aku merasa bersalah pada Mingcheng.

Jiang Shutong membalas lagi : Jangan terima orderannya. Kalau terlalu banyak urusan malah semakin rumit.

Xu Maoshen berpikir lagi, kata-kata Jiang Shutong ada benarnya juga.

Kemudian, dia menengadahkan kepala dan berbicara kepada Gu Mingcheng : “Mingcheng, maaf, Barusan Shutong berkata padaku, kami tidak bisa menerima orderan ini.”

“Barusan?” Gu Mingcheng duduk santai di sofa sambil membakar sebatang rokok dengan mata terpejam.

Xu Maoshen menggoyangkan handphonenya, “dari wechat.”

Sudut bibir Gu Mingcheng membentuk sebuah senyuman dingin yang samar, padahal mereka telah kenal bertahun-tahun tapi Xu maoshen tidak takut akan dirinya.

“Dia tidak mau?” Setelah diam beberapa saat, dia berkata.

“Benar, dia tidak mau, dan aku sendiri tidak sanggup menyelesaikannya.” Xu Maoshen berkata dengan nada penuh penyesalan.

Hah, ternyata Xu Maoshen sekarang sudah diatur oleh istrinya dengan ketat, di matanya, mereka berdua seperti sepasang artis yang satunya berakting kemudian satunya lagi bernyanyi di belakang.

Dan menganggap Gu Mingcheng sebagai “orang luar”.

Sebenarnya, dia memang bukan “orang dalam” bagi Jiang Shutong.

Akhirnya Gu Mingcheng pergi.

Jiang Shutong berdiri di dalam kamarnya, dan dia mengintip lewat kaca jendela, memperhatikan bayangan punggung Gu Mingcheng yang beranjak pergi.

Kedua tangannya terlipat di belakang dan punggungnya tegak lurus, namun dia masih tetap merasa tidak rela, inilah akhir cerita antara Gu Mingcheng dengan dirinya.

Gu Mingcheng memutar mobilnya di depan pintu masuk, kemudian pergi.

Tiba-tiba Jiang Shutong merasa dia tidak ingin berada seharian di pabrik karena kedatangan Gu Mingcheng.

Meskipun menurut pandangannya apabila seorang lelaki punya 3-4 orang pacar pada saat yang bersamaan adalah hal yang lumrah, tapi dia ingin hubungan mereka berdua tuntas sampai ke akar-akarnya.

Dua hari kemudian Jiang Shutong menerima sebuah kartu undangan pernikahan, ternyata dari Xue Lan.

Hubungan pertemanan Xue Lan dengan Jiang Shutong rasanya biasa-biasa saja seperti peribahasa “hubungan antara kedua orang bijak seperti air”, Jiang Shutong baru belakangan ini tahu kalau Xue Lan punya pacar, dia juga tidak tahu kalau pacarnya orang kaya karena tempat pernikahannya di “Shuishan Zhuangyuan di Vila Garden”, Xue Lan pernah berkata kalau Shuishan Zhuangyuan adalah rumah pacarnya, dan setelah menikah berubah menjadi rumahnya, sehingga pernikahannya digelar didalam vila itu.

Dalam chatnya Xue Lan berkata : Kamu harus berdandan yang cantik ya, ini kan pernikahanku dan kita berdua kan teman baik, karena kamu sudah menikah jadi kamu tidak bisa menjadi pengiring pengantin, tapi kamu tetap masuk dalam grup teman dekat, jadi gaunmu juga tidak boleh kurang, cepat lihat gaun yang aku siapkan untukmu.

Lalu dia mengirimkan chat yang isinya foto gaun untuk Jiang Shutong.

Gaunnya lumayan bagus, namun modelnya tanpa tali dengan bahu dan punggung yang terekspos, dulu Jiang Shutong hanya pernah mengenakan gaun yang bertali, dan dia belum pernah memakai model seperti ini.

“Gaunnya bagus, terima kasih ya.”

“Nanti padukan dengan perhiasan yang bagus ya.”

Jiang Shutong pun menyetujuinya.

Hari ini adalah hari Sabtu dan cuaca cerah tanpa ada awan dan angin yang bertiup bisa dibilang adalah hari musim semi yang sempurna, Jiang Shutong sudah datang sejak pagi, kemudian dia berganti baju dengan gaun pemberian Xue Lan, kemudian rambutnya yang bergelombang terurai di punggungnya, dia memakai jepitan dengan nuansa China klasik, anting-anting emas, serta memakai kalung permata kecil, dan gelang giok di tangannya, gelang giok ini adalah barang peninggalan ibunya, warnanya transparan dan rasanya dingin, biasanya jarang dipakai karena tidak leluasa.

Namun kali ini karena Xue Lan sudah berpesan padanya untuk berdandan yang cantik maka dia pun menurutinya.

Kecantikannya melebihi hiasan bunga yang ada.

Karena hari masih pagi sedangkan acara pernikahan dimulai saat siang hari, jadi Jiang Shutong pergi berjalan-jalan ke taman, Bai Mei juga datang, sepertinya dia diundang karena relasi dengan pihak mempelai pria, dia juga berdandan dengan elegan.

Jiang Shutong duduk di sebuah kursi panjang, tubuhnya bergoyang pelan dengan malas, dan Bai Mei berdiri di hadapannya.

Jadi mereka berdua membahas urusan dagang, karena Jiang Shutong merasa keuntungan yang di dapat dari pabriknya tidak sebanyak ketika dia berdagang, sedangkan dia tidak ingin seumur hidup berkutat di pabriknya, dia ingin membuka sebuah perusahaan dagang, jadi dia meminta pendapat Bai Mei.

Bai Mei memegang gelas wine kemudian menimpali, “Kali ini kamu bertanya pada orang yang tepat!”

Jiang Shutong menundukkan kepala sambil tersenyum kecil.

Gu Mingcheng datang bersama orang lain, dan orang disampingnya sedang membahas tentang kondisi bursa saham.

“Kalau tidak tahu harus membeli saham perusahaan siapa, maka beli saja saham Group Mingcheng!” Gu mingcheng berjalan sambil bercanda.

Orang disampingnya pun dibuat tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Tadi ketika dia baru memasuki taman, dia melihat Jiang Shutong sedang duduk bermalas-malasan di sebuah kursi, sinar matahari menyorot wajahnya dari samping.

Dia mendongak dan memandang Bai Mei, dan sepertinya Bai Mei sedang menunjuk ke arah pegunungan.

Anting-anting di telinganya bergoyang-goyang dan berkilau ditimpa sinar matahari, ini adalah pertama kalinya Gu Mingcheng melihat dia memakai gaun strapless yang mengekspos bahunya, bahunya rata sehingga terlihat sejajar dengan garis gaunnya, apalagi ditambah dengan tulang selangkanya yang menonjol, pemandangan yang sangat menggugah orang.

Namun saat ini Gu Mingcheng hanya melihat dia tertawa tanpa suara karena dia melihat Jiang Shutong dari samping.

Ketika dia dibandingkan dengan orang-orang lain yang berada ditaman, dalam sekejap orang-orang lain hanyalah pajangan belaka, gerakannya sangat pelan seperti waktu yang damai dan anting-antingnya bergoyang pelan.

Dalam sekejap hati Gu Mingcheng menjadi sangat tenang dan damai, seperti langit yang biru.

“Presdir Gu, Presdir Gu ---“ Sepertinya orang di sampingnya sedang berbicara pada Gu Mingcheng.

Gu Mingcheng masih belum menyadari, dia hanya asal menjawab.

Jiang Shutong tidak melihat Gu Mingcheng, dan dia tidak menyangka kalau pimpinan tertinggi perusahaannya akan datang, jadi dia dan Bai Mei memasuki aula utama bersama-sama, dan melihat sepasang pengantin baru sudah berdiri di atas panggung, pertanda acara pernikahan akan segera dimulai, kemudian Jiang Shutong dan Bai Mei berdiri disamping, Bai Mei berteriak seru “Oh” “oh”.

Jiang Shutong tidak bisa bersikap terlalu terbuka seperti itu, dia hanya bertepuk tangan kemudian melihat Bai Mei di sampingnya, dan tertawa, dia merasa Bai Mei berjiwa besar dalam menjalani hidup hingga dia merasa iri padanya.

Gu Mingcheng mengenakan jas hitam dan duduk diantara kumpulan orang di bagian belakang, dia menatap Jiang Shutong yang sedang bertepuk tangan.

Dulu dia pernah berpikir ingin memberinya sebuah pernikahan impian.

Setelah acara pernikahan selesai, selanjutnya adalah waktu bebas.

Di belakang panggung Xue Lan bertemu dengan Jiang Shutong, Xue Lan tidak bisa menahan diri untuk bertanya padanya kenapa setelah pertandingan gulat itu dia tiba-tiba berpisah dengan Presdir Gu dan menikah dengan Direktur Xu? Apakah ada sesuatu yang belum dilihat oleh Xue Lan.

Pertanyaan yang diajukan oleh Xue Lan sifatnya sangat serius, dan oleh karena itu dia tidak berani mengungkitnya di depan Gu Mingcheng, dia khawatir akan berdampak buruk pada Jiang Shutong, jadi pertanyaan itu dipendam dalam hatinya ditambah lagi dia juga belum bertemu dengan Jiang Shutong, karena ada beberapa hal yang harus ditanyakan langsung ketika bertatap muka.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu