Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 258 Memaksaku Untuk Mencari Wanita diluar?

Mobil Jing Rui melaju perlahan ditengah gerimis hujan.

Katanya Jiang Shutong dimanjakan juga, disayang juga, bagaimanapun juga seperti itu.

Ia tahu Xiao Qu pergi ke kantor Gu Mingcheng untuk mengatakan hal-hal buruk mengenai dirinya, jika tidak begitu, tidak mungkin Gu Mingcheng akan se-emosi itu. Sebelumnya, ia pernah memukul dirinya sendiri sekali, Jiang Shutong masih mengingat hal itu dengan jelas. Ia ternyata menendang Xiao Qu, Jiang Shutong dapat membayangkan seberapa buruk kata-kata yang diucapkan oleh Xiao Qu.

Ia seharusnya dapat memaafkan Gu Mingcheng karena berusaha melindunginya juga.

Tetapi dalam hubungan pasangan, jika ia mengucapkan terima kasih hanya karena hal-hal yang memang sudah seharusnya dilakukan, bukankah itu terlalu membuat hubungannya terlihat asing?

Waktu yang dihabiskan bersama dengannya panjang membuat mereka menjadi satu, saling melindungi satu sama lain merupakan sesuatu yang sepantasnya.

Dipikir-pikir, Gu Mingcheng juga tidak menuntut kata terima kasih dari Jiang Shutong.

Tetapi yang membuat Jiang Shutong marah adalah Gu Mingcheng ternyata juga menendang anak Xiao Qu.

Adam berada dalam kondisi koma yang sangat berat, tidak ada yang mengetahui dapat tidaknya ia bangun dari komanya, dalam hati Jiang Shutong, satu-satunya harapan adalah anak didalam perut Xiao Qu, berharap Adam ada kelanjutannya. Ia tahu jika anak itu lahir, ia lahir tanpa seorang ayah, itu adalah hal yang sangat kejam, tetapi paling tidak hati Jiang Shutong menjadi sedikit lebih baik!

Maafkan dirinya yang lebih memikirkan Adam dari pada Xiao Qu.

Ini adalah naluri manusia yang normal untuk bermurah hati kepada satu orang lebih dari yang lain, dalam hal ini, selalu ada seorang yang harus menerima ketidak-adilan dari takdir.

Tetapi pada akhirnya, Xiao Qu masih saja keguguran.

Gu Mingcheng memegang peranan yang sangat tinggi dalam hal ini, membuatnya mustahil untuk berbalik.

Jiang Shutong cukup membencinya, membuatnya masuk kedalam sebuah lorong buntu, menekan hingga membuat dirinya tidak dapat bernafas.

Ia naik ke mobil Jing Rui bukanlah untuk membuat marah Gu Mingcheng. Pertama, ia tidak ingin bertemu dengan Gu Mingcheng, kedua, ia tahu Gu Mingcheng juga pergi ke kamar pasien Adam, saat kedua pria ini bersama, tidak dapat dipungkiri akan terjadi hal-hal yang tidak diketahui, karenanya, ia memanggil Jing Rui. Lagipula, ia juga tidak tahu Gu Mingcheng melihatnya naik ke mobil Jing Rui.

Sesampainya dipintu bawah, Jiang Shutong berkata kepada Jing Rui, “sudah sampai, terima kasih telah mengantarku pulang.”

Dalam arti lain, kamu sudah bisa pergi!

Jing Rui tentu saja mengerti arti kalimat pengganti ini, hujan turun dengan deras, tidak cocok untuk bertamu dirumah orang, ia pun pergi.

Setelah pulang kerumah, Jiang Shutong mulai memasak bubur telur pitan dan daging cincang, ia juga membuat beberapa sayuran kecil yang lain untuk dikirim kepada Xiao Qu.

Jiang Shutong sudah mengirim pesan kepada Zhu Yun, Jiang Shutong tidak mengatakan kepada Zhu Yun perihal Xiao Qu yang hamil, ia hanya bertanya bagaimana orang tua Xiao Qu. Bagaimanapun juga, Zhu Yun adalah orang yang dekat dengan Ye Xia, hubungannya dengan Gu Mingcheng juga cukup bagus, pemikirannya secara alami juga menyambung, jadi tidak mungkin bertanya.

Zhu Yun berkata, orang tua Xiao Qu sejak kecil sudah bercerai, ia tinggal bersama ibunya, kemudian ibunya juga beberapa kali mengikuti pria lain, tidak perhatian sedikitpun kepada Xiao Qu, karena itu, tidak ada orang yang datang untuk melihat Xiao Qu.

Xiao Qu juga orang yang cukup kasihan.

Jiang Shutong sudah selesai memasak buburnya, sore harinya saat kembali ke rumah sakit, Gu Mingcheng baru saja meninggalkan rumah sakit.

Gu Mingcheng kembali ke kantornya sendiri, ia menyuruh sekretarisnya untuk memanggil pengacara perusahaan kemari, ia mau berkonsultasi mengenai beberapa hal.

Xiao Qu tidak memakan makanan yang dibuat oleh Jiang Shutong, ia melakukan perlawanan dengan mogok makan.

“Jangan kamu kira dengan perlakuan baikmu kepadaku, aku akan terharu dan menangis. Kamu membuat Adam seumur hidup ini tidak dapat melihat lagi hari esok!” Xiao Qu berkata sambil menghadap kearah dalam dan memunggungi Jiang Shutong.

Jiang Shutong yang saat ini bukanlah Jiang Shutong beberapa tahun yang lalu, hati yang serawan kaca, tidak dapat menahan ejekan dan hinaan orang lain.

Dirinya yang sekarang, sudah dewasa.

Kata-kata Xiao Qu, tidak memiliki sedikitpun rasa baginya.

Lagipula, dalam hati Jiang Shutong, ia memiliki maksudnya sendiri, Jiang Shutong takut saat Xiao Qu sadar nantinya, ia akan menggugat Gu Mingcheng.

Bagaimanapun juga, Gu Mingcheng sengaja menyakiti orang.

Ini adalah posisi dimana dirinya harus melindungi Gu Mingcheng, ini seperti sebuah naluri untuknya, ia tidak akan memberitahukan hal ini kepada Gu Mingcheng, ia tidak menuntut kata terima kasih dari Gu Mingcheng.

Ia ingin menggunakan hatinya untuk menggerakan Xiao Qu.

Jiang Shutong menyajikan mangkoknya, duduk disamping ranjang Xiao Qu.

“Kamu hari ini harus memakannya, jika kamu tidak makan, aku akan menunggu hingga buburnya mendingin, kemudian memanaskannya lagi. Jika kamu tidak memakannya, aku akan menunggu terus!”

Xiao Qu berbaring diatas ranjang, menutup matanya, tidak berkata apapun.

Jiang Shutong terus menunggu disana dengan posisi seperti itu, tangannya menyajikan mangkoknya, saat sudah dingin, ia ternyata benar-benar pergi ke microwave untuk memanaskannya!

Xiao Qu sedikit banyak juga mengenali watak dari Jiang Shutong, ia tahu Jiang Shutong cukup keras kepala!

Gu Mingcheng dengan pengacara sedang berdiskusi perihal Xiao Qu.

Gu Mingcheng mengetahui dalam menyelesaikan masalah kali ini dirinya akan bersalah cukup berat kepada Jiang Shutong. Ia selalu ingin berbuat sesuatu untuk mengembalikan senyuman diwajah Jiang Shutong.

Setelah berdiskusi dengan pengacaranya, hasil akhirnya adalah, pengacara menyarankan Gu Mingcheng untuk memperjuangkan pendapat dari Xiao Qu. Bagaimanapun juga kasus seperti pemerkosaan ini, tidak semua wanita ingin membukanya secara publik, tidak menutup kemungkinan jika ia menuntut akan menghasilkan efek yang berlawanan.

Karenanya, dimalam harinya, Gu Mingcheng mengunjungi kamar pasien Xiao Qu.

Saat ini Jiang Shutong baru saja pergi, akhirnya Xiao Qu tidak berkeras kepala lagi dan memakan makanan dari Jiang Shutong.

Jiang Shutong membawa senyum kemenangan meninggalkan rumah sakit.

Baru saja Gu Mingcheng masuk kedalam kamar Xiao Qu, Xiao Qu bingung dan kemudian tertawa dingin, “Kalian berdua bergantian datang kemari untuk melobiku?”

Gu Mingcheng memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana, berdiri didepan jendela Xiao Qu.

“Mau menggugat Qiao Sinian?“ dengan tampang angkuh “Ini bukanlah masalahku”.

“Tidak mau!” jawab Xiao Qu dengan tegas.

Gu Mingcheng sudah menebak hasil dari pertanyaannya ini.

Tidak banyak kata lagi, kalimatnya tidak berlanjut lagi, iapun pergi dari sana.

Masih ada masalah Qiao Wei, mulanya ingin memojokkan posisi Qiao Wei, tetapi, ia hanya mengubah posisi tiang penangkal petir, masa hukumannya hanya tinggal beberapa bulan lagi, hampir tidak ada pengaruhnya untuknya.

Karenanya, ia membuat sebuah panggilan, mencari orang untuk pergi besok ke pabrik Jiang Shutong untuk memeriksa dan memperbaiki listrik, mengganti tiang penangkal petir. Jika hal-hal sepele seperti ini tidak dapat dilakukan dengan baik, maka tidak perlu lagi mencarinya.

Disaat yang bersamaan, Jiang Shutong baru saja sampai dirumah, ia berpikir sejenak, hatinya masih tetap tidak terima.

Bagaimana bisa Gu Mingcheng berlagak seperti tidak ada yang terjadi setelah ia menendang Xiao Qu?

Ia sudah menendang anak Adam, apakah tidak ada rasa bersalah sedikitpun dari dalam hatinya?

Setelah berpikir, ia kemudian mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Gu Mingcheng: Pergi kerumah sakit untuk menjenguk Xiao Qu!

Gu Mingcheng baru saja naik kedalam mobilnya, masih belum menyalakan mobilnya.

Membaca pesan ini, ia memegang dagunya cukup lama, melalui pesan singkat ini, ia ingin menebak alur pikir dan perasaan Jiang Shutong saat mengirimkan pesan ini, sayang sekali, ia tidak dapat menemukan apapun.

Setelah kejadian itu, ini adalah pertama kalinya Jiang Shutong kembali berhubungan dengannya.

Gu Mingcheng membalasnya sekalimat: Nanti malam katakan secara langsung kepadaku.

Saat menerima pesan singkat ini, Jiang Shutong tercengang sesaat.

Jiang Shutong menjawab: Dimana?

Gu Mingcheng berpikir sejenak: Restaurant Lu Teng.

Jiang Shutong terdiam sejenak, Gu Mingcheng sangat jarang sekali mengajaknya bertemu diluar, ia bahkan tidak tahu dimana Restaurant Lu Teng.

Mengecek diinternet, Restaurant Lu Teng adalah sebuah restaurant yang berada diketinggian lantai 28, spesialis menyajikan dimsum dimalam hari, dari sana bisa melihat pemandangan malam kota Hai secara menyeluruh.

Karena restaurant ini memiliki style kelas atas, harganya pun cukup mahal, orang yang datang juga tidak banyak.

Jiang Shutong tidak tahu bagaimana Gu Mingcheng bisa mengetahui tempat ini, mungkin orang kaya, tempat untuk membuang uangpun banyak.

Pukul 8 malam dimusim panas membuat pemandangan malam masih terlihat terang, tetapi karena hujan, membuat langit menjadi tidak seberapa bagus, dengan cepat menjadi gelap.

Saat Jiang Shutong sampai ke restaurant Lu Teng, Gu Mingcheng sudah berada disana.

Ia mengangkat segelas besar beer, duduk didekat daerah tembok retro.

Angin semilir yang berhembus setelah hujan itu meniup sedikit rambut Gu Mingcheng, membuatnya bergerak sedikit, punggungnya bersandar disandaran kursinya. Sambil meminum birnya, sambil melihat kearah pagar pembatas disebelah sana, kemeja hitam dengan 1 kancing paling atasnya yang terbuka.

Bertahun-tahun berlalu, ia masih tetap saja tidak berubah.

Sebuah kebiasaan yang sudah mandarah daging seperti itu, tidak peduli sebebagaimanapun juga berusaha untuk merubahnya, kebiasaannya itu tidak akan dapat dirubah.

Disaat Jiang Shutong terdiam sejenak, Gu Mingcheng menoleh kearahnya, matanya baru menemukan Jiang Shutong yang berada disana.

Jiang Shutong berjalan kearahnya, pandangannya mengarah kearah pagar pembatas itu sekilas.

Dari ketinggian lantai 28 melihat kebawah membuat orang-orang dibawah terlihat bagaikan semut-semut, mobil-mobilpun berubah seperti sebuah mainan yang bergerak, hanya terlihat cahaya yang berkedip dan lampu yang terang.

Kaki Jiang Shutong terasa lemas, kepalanya seketika terasa pening, ia dengan segera duduk.

“Takut?” suara Gu Mingcheng terdengar dengan nada santai dan mempermainkan.

Jiang Shutong menganggukkan kepalanya.

Jiang Shutong kelaparan dan kemudian ia memesan sebuah menu, saat menunggu pelayan datang, ia mulanya ingin menginterograsi Gu Mingcheng.

Dari awal hingga akhir, Gu Mingcheng hanya terduduk dikursinya, kesepuluh jari tangannya saling bersautan meninggalkan sebuah bentuk lubang ditengahnya, jari-jari tangan Gu Mingcheng memang panjang dan sangat indah.

Kedua tangan yang seperti ini, jika tersaut sebuah cincin emas disana, pasti sangat menarik perhatian para wanita.

Kemampuan Jiang Shutong untuk menghilang dialam pikirnya, Gu Mingcheng menceritakan seluruh hal yang dilakukannya pada hari ini kepada Jiang Shutong.

Pergi untuk mempertanyakan persetujuan dari Xiao Qu, Xiao Qu yang tidak setuju untuk menggugat Xiao Sinian, mungkin karena reputasi nama baik, masalah Qiao Wei, kekuatan untuk hukumannya terlalu ringan, rayuan untuk membongkar dirinya masih tidak cukup, Gu Mingcheng berpikir cara memukul rumput untuk membangunkan ular mungkin masih terlalu berlebihan, untuk sementara akan membiarkannya dahulu.

Jiang Shutong seketika kehilangan kata-kata, awalnya ia ingin menginterograsinya.

Tetapi, segala yang dilakukan oleh Gu Mingcheng, sudah jauh melebihi perkiraan Jiang Shutong. Ditambah lagi, pemikiran Gu Mingcheng, secara keseluruhan jauh didepan pemikiran Jiang Shutong, ia memiliki strategi untuk mengendalikan situasi ini secara keseluruhan.

“Masih ada yang ingin kamu tanyakan?” Gu Mingcheng sedikit menggerakan kepala, bertanya kepada Jiang Shutong.

“Meskipun kamu telah melakukan hal sebanyak itu, tetapi kamu tetap saja membuat masalah ini menjadi sebuah masalah dengan jalan buntu! Aku membencimu adalah hal yang wajar!” Tangan Jiang Shutong membenarkan rambut panjangnya yang tertiup angin.

Adam yang dianggapnya sebagai seorang malaikat tidak dapat terbangun dari tidurnya membuat suasana hatinya yang drop menjadi lebih sedih lagi.

“Menyalahkanku?” tanya Gu Mingcheng lagi.

“Tentu saja!”

“Sampai titik mana? Tidak tidur bersamaku?” Ia kembali bertanya.

Ditempat dengan pandangan mata dimana-mana, Gu Mingcheng mengucapkan hal seperti ini, bagaikan sebuah hal yang wajar saja.

Tetapi wajah dan telinga Jiang Shutong menjadi memerah.

Jiang Shutong melihat kesekeliling, disini, jarak antar meja yang satu dengan yang lain cukup jauh, tidak ada orang yang mendengarnya.

Jiang Shutong dengan tidak tenang mengangkat salah satu tangannya, Gu Mingcheng melihat gelang emas yang tipis dipergelangan tangannya.

Gu Mingcheng menyukai wanita mengenakan gelang yang seperti ini, terlihat lembut dan cantik, sangat patuh dan baik.

Gu Mingcheng tidak berencana untuk mengatakan kepada Jiang Shutong pemikiran yang seperti ini, hanyalah sebuah kesukaan kecil, harus disimpan baik-baik didalam hatinya.

Berbicara tentang “tidur bersama” kedua kata ini membuat Jiang Shutong teringat akan kejadian dihari itu, Xiao Qu menelepon kepada mereka berdua, tetapi dirinya dan Gu Mingcheng sedang tidur bersama.

Teringat akan keadaan Adam yang sekarang, Jiang Shutong sangat merasa bersalah.

Karena itu, Jiang Shutong tidak ingin melakukannya dengan Gu Mingcheng.

Lagipula, Gu Mingcheng bertanya pada dirinya apakah menyalahkannya, ternyata kemudian pertanyaan pertama yang diucapkannya adalah masih mau atau tidak tidur bersama dengannya, ini membuat Jiang Shutong memiliki sebuah rasa seperti dipermalukan.

Cukup membuat emosi.

“Tentu saja tidak!” jawabnya, matanya melirik kearah pagar pembatas itu.

Terdengar suara angin yang berhembus kedalam pendengarannya.

“Memaksaku untuk mencari wanita diluar?” Gu Mingcheng mengatakannya dengan nada seprovokatif itu.

Serius dan provokatif.

Membuat Jiang Shutong tidak mengerti apakah itu serius atau berbohong.

Hati Jiang Shutong seketika dibuatnya naik hingga keujung kerongkongannya, tidak dapat turun.

Asam.

“Terserah Presdir Gu!” Jiang Shutong juga dengan emosi mempertaruhkan kalimatnya.

Gu Mingcheng memanggil pelayan, kemudian membayar bill-nya, bersiap-siap untuk pergi.

Kebetulan kopi Jiang Shutong tumpah keatas roknya, ia membungkukkan badannya dan sedikit berdiri.

“Tidak perlu diantar.” Gu Mingcheng mengatakan sepatah kata, tidak dengan sedih maupun senang, tetapi selalu membawa sebuah rasa pria dan kemudian pergi.

Dalam hati Jiang Shutong, seketika merasa kehilangan.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu