Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 178 Jatuh Cinta Mudah, Tapi Berjalan Bersama Sulit

Gu Mingcheng tahu kalau sekarang ibunya akan baik-baik saja, jadi dia berkata pada Gu Qingyuan kalau ada hal penting yang sedang menunggu dia di negaranya, dia mau pulang.

“Apakah kamu tidak ingin mencari keberadaan ibumu lagi?” Gu Qingyuan bertanya.

“Kanada begitu besar, ditambah lagi mata-matamu juga banyak, jadi aku tahu kalau aku tidak akan menemukannya, lagipula aku sudah memikirkannya baik-baik, aku tidak akan pergi mencarinya, daripada nanti aku mendapatkan seorang ibu yang gila tapi malah kehilangan seorang ayah yang penuh cinta, maka lebih baik aku menyerah!” Gu Mingcheng berkata sambil menatap ke arah China di kejauhan.

Gu Qingyuan tertawa kecil, tebakannya adalah mungkin karena rekamannya yang membuat Gu Mingcheng berubah pikiran, dan dia tidak memikirkan yang lainnya.

Lalu Gu Mingcheng kembali ke negaranya, sebelum dia kembali Ye Qiu kelihatannya sedikit tidak rela.

Namun, Gu Mingcheng tidak memberinya kesempatan untuk menyatakan hal itu.

Kepulangannya kali ini tidak langsung diberitahukan pada Jiang Shutong, dia pulang ke vila di tengah gunungnya.

Dia sesekali pergi ke Fengcheng International dengan menyetir mobil biasa yang tidak menarik perhatian, sangat jarang bisa bertemu dengan bayangan Jiang Shutong, lagipula Jiang Shutong orang rumahan dan malas bepergian, kalaupun sesekali keluar paling hanya pergi beli sayur atau jalan-jalan, jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat berharap, seperti seorang gadis kecil yang sedang jatuh cinta.

Gu Mingcheng sering memandanginya sampai hilang semangat.

Jiang Shutong pun sepertinya sering kehilangan semangat, kadang begitu dia masuk ke dalam mobil dan belum menyalakan mobilnya, dia tak bisa menahan diri untuk tertawa, terkadang ketika dia habis pergi membeli baju diluar, ketika mau naik keatas pun tiba-tiba tertawa.

Apa yang tiba-tiba dia pikirkan? Gu Mingcheng langsung tahu.

Gu Mingcheng baru memberitahukan kepulangannya pada Jiang Shutong setelah hari kelima, Jiang Shutong benar-benar gembira, dia sengaja memasak berbagai macam sayur dan menunggunya pulang.

Gu Mingcheng juga kelihatannya sangat bersemangat, dia langsung memeluk Jiang Shutong dan menciumnya, lalu bertanya, “Apakah beberapa hari ini kamu kangen padaku?”

“Tentu saja, aku sangat kangen padamu!” Jiang Shutong berjinjit lalu mencium Gu Mingcheng, dia tersenyum lebar.

Gu Mingcheng amat sangat menyukai dirinya yang seperti seorang gadis kecil.

Ketika mereka berdua makan bersama, mereka terus berciuman, rasanya seperti pasangan yang baru menikah.

Ketika Jiang Shutong mencuci piring, Gu Mingcheng lagi-lagi sedang merokok dengan ganasnya.

Jiang Shutong tahu kalau hatinya sedang risau, dengan kepergiannya ke Kanada dia pasti mengetahui banyak informasi tentang ibunya, tapi dia tidak mengatakannya jadi Jiang Shutong juga tidak bertanya, dia tidak ingin membuatnya semakin gusar, dan lagi Jiang shutong pernah melihat sebuah petuah dalam hubungan cinta, kalau seseorang tidak bisa mengubah pasangannya, maka dia harus mengubah dirinya sendiri.

Jiang Shutong tidak ingin menjadi orang cerewet yang membuatnya marah.

Hanya saja berada di kamar membuatnya terbatuk karena asap rokok, Jiang Shutong pun tak tahan dan batuk kemudian membuka jendela.

Gu Mingcheng melihatnya, namun dia tidak berkata apa-apa hanya meneruskan rokoknya.

Malamnya ketika mereka sedang bermesraan, Gu Mingcheng mengeluarkan kondom dan meletakkannya di samping.

Dia mematikan lampu jadi Jiang Shutong tidak bisa melihatnya, namun Jiang Shutong tahu kalau jauh di dalam hatinya dia sendiri mendambakan seorang anak, dulu dia juga menginginkannya.

Sudah lama dia tidak menggunakan kondom, dan Jiang Shutong merasa perasaannya sedikit kacau.

Posisi pinggang Jiang Shutong sangat rendah, bokongnya terangkat tinggi, lalu rambutnya digerai di punggungnya, dan ada beberapa helai rambut yang jatuh ke bahunya.

Kali ini dia tidak sepenuhnya fokus pada hubungan intim mereka, karena ada rasa mengganjal dalam hatinya yang tak bisa terucapkan.

“Mingcheng ---“ Tekanan yang diberikan oleh Gu Mingcheng membuat dia mengeluarkan suara erangan, “sekarang aku tahu --- sekarang aku tahu obat apa yang diberikan oleh Xu Maoshen padaku, sekarang tingkat keberhasilanku untuk hamil semakin besar, jadi ---“

Dia ingin tahu kenapa sekarang Gu Mingcheng memakai kondom, padahal sebelumnya dia tidak pakai.

“Aku tahu! Aku mau merokok.” Jawab Gu Mingcheng.

Jiang Shutong merasa ada perasaan curiga yang aneh, apakah dulu tidak pakai karena tahu kalau dia tidak mungkin bisa punya anak? Lalu, bukankah dia sudah berhenti merokok? Lantas kenapa kali ini ----

Permintaan seperti ini biasanya datang dari pihak wanita, dan Jiang Shutong tidak mengatakan pemikiran semacam itu.

Dia mengira kalau dia memiliki niat seperti itu maka Gu Mingcheng akan mengerti, tapi kelihatannya dia tidak mengerti.

Kali ini Jiang Shutong merasakan dengan jelas sejak pulang dari Kanada, Gu Mingcheng berubah, perubahannya sangat aneh.

Namun kalau dibilang mana yang berubah dia tidak bisa mengatakannya, ini adalah naluri seorang wanita yang memberitahunya kalau Gu Mingcheng sudah bukan orang yang sama.

Hari kedua, Gu Mingcheng berkata kalau dia ingin mengundang beberapa teman untuk datang bermain kartu.

Jiang Shutong merasa sangat asing dengan hal ini, karena dulunya dia tidak pernah bilang kalau dia punya teman, bahkan sekedar mengundang temannya untuk datang ke rumah dan main kartu juga tidak pernah.

Kemudian Jiang Shutong berdandan, bagaimanapun juga dia harus memberikan kesan yang baik.

Ada 3 orang teman yang datang, kesemuanya berumur 30 tahunan, dan Gu Mingcheng berkata kalau mereka semua sudah menikah.

Ketika mengatakan hal ini, Gu Mingcheng menyentuh punggung Jiang Shutong.

Awalnya Jiang Shutong mengira dengan perkataannya itu Gu Mingcheng berniat memaksa Jiang Shutong untuk menikah.

Hatinya merasa berbunga-bunga tapi dia berpura-pura tidak mengerti.

Ketika temannya datang, masing-masing membawa seorang gadis, ketika Jiang Shutong memanggil mereka dengan sebutan, “Nyonya Du”, “Nyonya Wang”, dan “Nyonya Zheng” , ketiga gadis itu menunduk dan tertawa terkikik-kikik, membuat Jiang Shutong merasa aneh, dan merasa bingung menghadapinya.

Dia tidak mengerti apa yang mereka tanyakan.

Dia menoleh melihat Gu Mincgheng, tapi Gu Mingcheng malah sedang melihat keluar jendela, dan tidak menyadari percakapan mereka.

Keempat orang itu duduk di kursi kemudian bermain kartu, dan ketiga perempuan itu duduk di samping masing-masing pasangannya, membantu mereka mengocok kartu.

Jiang Shutong pun duduk disamping Gu Mingcheng.

“Sana, kocokkan kartu untukku.” Gu Mingcheng menyuruhnya.

Lalu Jiang Shutong membantunya mengocok kartu meskipun dia tidak bisa bermain.

Ditengah permainan kartu, Jiang Shutong mendengar ada yang berkata, “kamu pulang sampai rumah sudah malam, apa tidak takut istrimu marah?”

Mendengar hal ini, hati Jiang Shutong terasa dingin, jadi “Nyonya Du” yang berada di depannya ini bukan istri Tuan Du?

Jiang Shutong melayangkan pandangan bertanya pada Gu Mingcheng tapi Gu Mingcheng tidak memperdulikannya, dia asyik merokok, dan mereka semua merokok, membuat Jiang Shutong mau tidak mau tersedak asapnya.

Kelihatannya ketiga pasangan ini bukan suami istri.

Begitu menyadarinya, Jiang Shutong merasa hatinya sangat sedih, yang kelihatan bukanlah cinta, tapi kelihatannya perselingkuhan kotor.

Setelah selesai bermain mahyong ketiga orang itupun pergi, lalu Jiang Shutong bergegas membuka jendela untuk mengusir asap rokok, “Kenapa kamu mengundang mereka datang? Lagipula mereka tidak membawa istrinya sendiri.”

Nada suaranya terdengar sebal.

Gu Mingcheng sedang melepaskan kancing bajunya, lalu dia berkata dengan bosan, “Jadi kalau keluar harus bawa istri ya?”

Jiang Shutong memandang Gu Mingcheng dengan terkejut.

Orang bilang, jatuh cinta itu mudah tapi hidup bersama itu tidak mudah, dan sekarang Jiang Shutong mulai merasakannya.

Dia sendiri tidak tahu bagaimana posisinya di dalam hati Gu Mingcheng.

Apakah dia menganggap dirinya adalah calon istrinya, ataukah sama seperti gadis-gadis yang tadi?

Meskipun Jiang Shutong merasa tidak senang, tapi dia tahu kalau ketika dua orang berpacaran pasti tidak mudah, mungkin dengan beberapa gesekan nantinya akan menjadi baik.

Dia berpikir seperti itu.

Jiang Shutong tidak ada kerjaan dirumah, jadi dia memasak kemudian mengantarkannya untuk Gu Mingcheng.

Hari itu, dia memasak tumis daging paprika, dan tumis daging jamur, dan sup rusia serta nasi putih, lalu mengantarkannya ke kantor Gu Mingcheng.

Ketika dia masuk ke kantornya, kebetulan ada seorang karyawan wanita yang sedang meminta tanda tangan Gu Mingcheng.

Jiang shutong mengenal wanita ini, orang ini adalah rekan di bagian keuangan, orangnya cukup cantik.

Dulu ketika Jiang Shutong masih bekerja di kantor, dia mendengar kalau di kantor banyak wanita yang diam-diam menyukai Gu Mingcheng, meskipun mereka tahu kalau tidak akan ada harapan, jadilah mereka menganggapnya seperti seorang idola, pokoknya hampir sebagian besar karyawan wanita yang melihat Gu Mingcheng pandangannya pasti berbunga-bunga.

Begitu karyawan wanita ini melihat Jiang Shutong datang mengantar makanan, dia tersenyum dan berkata, “Datang mengantar bekal untuk Presdir Gu yah?”

Jiang Shutong menggumam “Uhm”.

“Maukah kamu makan bersama?” Gu Mingcheng berkata pada wanita tersebut dengan tersenyum.

Jiang Shutong merasa sangat terkejut, hatinya berdetak, hatinya terluka dua kali sama seperti ketika sedang bermain mahyong.

Nada bicaranya, tidak sungkan-sungkan dan tidak merasa bangga kalau Jiang Shutong mengantarkan makanan, malah kesannya menggoda, menggoda secara halus, poin utamanya adalah dia menggoda wanita lain, bukan menggoda Jiang Shutong.

Atau mungkin Jiang Shutong yang berpikir terlalu banyak, atau karena dia dan Gu Mingcheng sekarang sedang berpacaran maka dia berpikir terlalu banyak.

Ini bukan pertama kalinya dia merasa tidak dianggap.

Gadis yang sedang jatuh cinta, bisa menjadi sangat sensitif.

Jiang Shutong bertanya pada Gu Mingcheng, kenapa dia berbicara seperti itu pada karyawannya?

Gu Mingcheng bertanya balik dengan nada biasa, “Kenapa, ada masalah?”

Tidak ada masalah!

Jiang Shutong duduk disana dan tidak berkata apa-apa, dia hanya memperhatikan Gu Mingcheng makan.

Gu Mingcheng tidak menyentuh daging tumis paprika.

Jiang Shutong berpikir ketika dia memasak, tangannya sampai kepedasan karena mengiris paprika, hatinya terasa sakit, pelan-pelan dia mengusap matanya, dan matanya pun terasa pedas.

“Kenapa tidak dimakan?” Dia bertanya.

“Aku tidak suka makan paprika!” Gu Mingcheng menjawab,

“Oh, maaf aku tidak tahu.” Jawab Jiang Shutong.

Sebenarnya dia merasa hatinya cukup sakit, dulu Gu Mingcheng tidak pernah bilang secara khusus makanan apa yang tidak dia suka, dia mengira kalau dia memasaknya dengan sungguh-sungguh maka Gu Mingcheng pasti akan menyukainya, namun ternyata----

Jiang Shutong tidak bisa menahan diri untuk menunduk dan memainkan jari-jari tangannya, sepertinya dia mengacaukannya.

“Kalau kamu tidak suka, maka lain kali aku tidak akan masak itu.” Suara Jiang Shutong bergetar, seperti dia yang telah membuat kesalahan besar.

Gerakan tangan Gu Mingcheng yang sedang mengambil sayur terhenti sejenak.

Setelah Gu Mingcheng selesai makan, Jiang Shutong membereskan sisa makanannya dan bersiap pergi, dan sayur paprika itu sama sekali tidak disentuh, kalau dibuang rasanya sayang jadi Jiang Shutong berpikir lebih baik dibawa pulang dan dipanaskan lagi, ketika dia baru saja mau melangkah keluar, handphone Gu Mingcheng berdering.

Jiang Shutong tidak pernah mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain, namun karena rasa penasaran, dia pun berdiri di depan setelah menutup pintu.

Jiang Shutong tidak tahu siapa yang menelepon, dia hanya bisa mendengar suara Gu Mingcheng, “kamu bisa secara otomatis menghentikan tindakanku dengan strategimu! Mengenai rekaman itu, kalau kamu ingin kirim ke dia, kirimkan saja, apakah kamu beranggapan kalau di dalam hubungan kami sama sekali tidak ada rasa percaya? Aku bisa menjelaskan padanya!”

Jiang Shutong merasa bingung, dia tidak tahu Gu Mingcheng sedang bicara dengan siapa.

Setelah kembali ke Fengcheng Internasional, sayur paprikanya sudah dingin jadi dia tidak berselera lagi.

Seingatnya, tidak ada makanan yang Gu Mingcheng tidak suka, meskipun masakan yang dia masak rasanya tidak cocok, tapi dia akan tetap memakannya, dia akan mengelus rambut Jiang Shutong, menciumnya dengan mesra, sehingga Jiang Shutong tidak tahu apa yang dia tidak suka, menurutnya itu adalah salah satu cara untuk berterima kasih.

Akan tetapi, sekarang dia sudah berubah.

Lantas apakah karena mereka sudah berhubungan lama jadi tidak perlu menyembunyikannya lagi?

Jiang Shutong merasa seperti seorang putri kecil yang biasa dimanja dan dilindungi, kemudian jatuh ke dalam kenyataan yang menyakitkan.

Jiang Shutong berdiri di depan kompor, dia memegangi telapak tangannya sampai terasa sakit.

Ternyata berjalan bersama itu sangat sulit.

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu