Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 207 Ken Adalah Anakmu

Diluar pintu kaca terdengar suara gemuruh hujan, dan malam yang suram.

Tangan Gu Mingcheng memegang segelas anggur merah, dia berdiri di depan pintu kaca rumahnya, sambil menggoyang pelan gelasnya.

Dia mengenakan kemeja hitam yang membuat bentuk tubuhnya terlihat ramping.

Pintu kacanya memantulkan bayangan tubuhnya,

Jiang Shutong duduk di dalam mobil Highlander milik Jiang Linian, dia menangis dengan keras.

Kali ini dia merasa hatinya terasa marah dan sesak.

Waktu itu sebelum Ken lahir, dia jatuh ke dalam air hujan dan dia punya keinginan untuk hidup yang kuat, sekarang ini rasanya sama seperti waktu itu, dia ingin Ken hidup, dia harus membiarkan Ken tetap hidup.

Kalau Jiang Mingqi berani berbuat sesuatu terhadap Ken, maka Jiang Shutong akan berhadapan dengannya sampai mati.

Hatinya terasa seperti dibakar di atas api, akhirnya mereka sampai di vila tengah gunung.

Ketika turun dari mobil, hujannya sudah tidak deras lagi, tapi karena dia dan Jiang Linian lupa membawa paying maka mereka berdua pun kehujanan.

Gerbang vila keluarga Gu sudah ditutup, dia turun dari mobil kemudian mengetuk pintu dengan keras, kemudian menekan interkom di depan gerbang.

Semenjak Ye Xia tinggal di rumahnya, maka otomatis bertambah seorang pengasuh, karena pengasuhnya setiap hari tinggal di rumah keluarga Gu.

Pengasuhnya buru-buru mengangkat telepon interkom dan membukakan pintu untuk Jiang Shutong.

Gu Mingcheng menoleh dan melihat Jiang Shutong dari interkom dengan paras yang kasihan, rambutnya basah.

Akhirnya, dia datang juga!

Dia tetap tenang seperti biasa, lalu dia berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa sambil memegang gelas anggurnya.

Dia terlihat santai, badannya bersandar di pegangan sofa, dia menggoyang gelas anggurnya, dan kedua kakinya disilangkan.

Jiang Shutong berjalan masuk, sekujur tubuhnya basah oleh hujan, Jiang Linian mengikutinya dari belakang.

Jiang Shutong berjalan masuk ke ruang tamu, ketika melihat Gu Mingcheng yang sedang bersantai dia langsung terduduk dan berlutut di hadapannya, kedua tangannya menopang di lutut Gu Mingcheng.

Begitu ada masalah dengan Ken, maka dirinya langsung kacau, dilihat dari kacamata seorang wanita, dia sudah mengabaikannya.

“Aku mohon padamu, selamatkan anakku!” Jiang Shutong berkata sambil menangis dengan keras.

Jiang Linian yang berdiri di belakangnya tidak berkata apa-apa tapi kelihatannya sangat panik.

Apalagi Ken adalah cucu kandungnya, seorang cucu yang sangat lucu dan menggemaskan.

Gu Mingcheng sama sekali tidak terpengaruh olehnya, dia malah memicingkan mata ke arah Jiang Shutong dan berkata dengan datar, “Anakmu? Kenapa?”

Jiang Shutong mengangkat kepalanya, wajahnya penuh dengan air mata, wajahnya terlihat bersih tanpa ada debu karena disiram oleh air hujan.

Kesedihannya terlihat tulus rasanya sangat menyentuh tapi juga terlihat teguh.

Kedua perasaan ini jarang muncul bersamaan di wajah Jiang Shutong, dan ketika muncul hal ini membuat hati Gu Mingcheng tersentuh dan dia tidak bisa menahannya.

“Karena Jiang Mingqi tidak bisa membalas dendam padamu jadi dia menculik anakku, apalagi anak perempuannya sudah mati, jadi kondisi psikologisnya sudah hancur, aku takut kalau dia membunuh anakku! Ken adalah anakku yang paling dekat, dia tidak boleh mati! Kalau dia mati, maka aku juga tidak mau hidup lagi!” Jiang Shutong menangis sampai seluruh tubuhnya bergoyang, bahunya gemetar sampai tidak bisa berkata-kata.

Ah.

Gu Mingcheng mendengar ada makna lain dalam ucapannya.

Kalau Ken tidak ada, maka dia juga tidak ingin hidup lagi.

Jadi, tidak ada lagi orang di dunia ini yang bisa menjadi alasannya untuk terus hidup.

Untuk pertama kalinya dia merasa cemburu pada anak lelakinya.

Sudut bibirnya menyeringai seram, “Benar-benar lucu! Jiang Mingqi tidak bisa membalas dendamnya padaku, lalu kenapa dia malah menculik anakmu? Sepertinya tidak ada hubungannya denganku!”

Dia mengalihkan pandangannya ke luar pintu kaca, raut wajahnya terlihat dingin, sikapnya sangat arogan seperti ini bukan urusannya.

“Gu Mingcheng, kamu jangan merasa puas hati, kejadian waktu itu Jiang Shutong memohon padaku supaya tidak memberitahukannya padamu! Untuk apa kamu bersikap seperti ini?” Jiang Linian berkata dengan marah.

Dia tidak ingin membiarkan Jiang Shutong berkata kalau Ken adalah anaknya Gu Mingcheng, semenjak perkataan Ye Qiu waktu itu, dia sudah tidak ingin ada hubungan apa-apa lagi dengan keluarga Gu.

Meminta dia untuk menyelamatkan Ken adalah satu-satunya cara dalam keadaan darurat, apalagi nyawa taruhannya.

Jiang Shutong menatap Jiang Linian dengan ekspresi jengkel, lalu berkata, “papa, bisakah kamu diam saja?”

Jiang Linian pun terdiam.

Terlihat senyum samar di bibir Gu Mingcheng, ternyata begitu ya!

Demi Ken, dia sampai berlutut di depan papanya.

“Aku mohon padamu, selamatkan Ken! Aku hanya seorang perempuan, aku tidak mampu melakukannya, aku juga tidak berani lapor polisi! Aku takut kalau Jiang Mingqi membunuhnya. Dirimu pasti punya banyak cara.” Tangisan Jiang Shutong semakin keras, ingusnya bercucuran seiring dengan air matanya, dia bahkan sampai menggoyang lutut Gu Mingcheng!

Gu Mingcheng menggertakkan gigi!

Dia masih tidak berkata apa-apa!

……

Rumah tua keluarga Jiang di desa.

Sore hari ketika kakek sedang main catur awalnya Ken sedang melihat dia bermain catur, namun Ken tidak bisa membaca huruf mandarin yang ada di biji catur itu, dia pun merasa bosan, lalu kakek membawanya ke tempat lain.

Jadi disaat tidak ada orang yang memperhatikan dan tidak ada yang terpikir, dia pun ikut Jiang Mingqi datang kesini.

Pertama kalinya Ken datang ke tempat yang terpencil dan kumuh, ditambah lagi dia tidak menemukan Ibu dan kakeknya, dia pun terus menangis.

Jiang Mingqi membiarkan dia menangis, dia tidak peduli.

Dalam hati Ken dia merasa Kakek kedua sangat berbeda kalau dibandingkan dengan kakeknya, kakeknya paling takut kalau dia menangis, dia pasti akan langsung menghiburnya.

Tapi kakek kedua ini sama sekali berbeda.

Jadi dia pun tidak menangis lagi, selain dia juga mulai takut akan tempat ini, dia juga takut kalau dia menangis maka Kakek keduanya akan main tangan.

Tadinya Ken duduk sambil menangis, namun ketika dia melihat Jiang Mingqi duduk disana dengan tegang dan terlihat takut, dia pun menghampirinya dan menarik tangan kakek kedua.

Dia tahu kalau Kakek kedua tidak mengerti perkataannya, jadi dia menggunakan isyarat : Temani aku main!

Dalam sekejap Jiang Mingqi kebingungan.

Kasus penculikan seperti ini, hukumannya paling ringan dipenjara 5 tahun, kalau hukumannya berat tidak bisa dipastikan sampai berapa tahun.

Tapi masih ada satu hal lagi, dia ada hubungan kerabat dengan Ken, kalau misalnya hal ini ketahuan maka dia tinggal bilang kalau dia membawa Ken pergi bermain, tapi karena handphonenya kehabisan baterai jadi dia tidak memberitahu Jiang Shutong dan Jiang Linian, jadi dia tidak boleh menyiksa Ken.

Kalau dia memukul dan memarahi Ken hanya akan menyeretnya ke dalam kasus kriminal.

Kemudian dia malas-malasan menemani Ken bermain.

Tujuan utamanya adalah --- Gu Mingcheng.

Dia mau supaya Gu Mingcheng menyerahkan dirinya dan mengakui kalau waktu itu Jiang Yuwei diperkosa atas perintahnya, menghasut juga merupakan kejahatan yang akan dihukum beberapa tahun, dan masih ada lagi, Jiang Yuwei pergi ke Guangzhou kemudian meninggal di tempat yang asing, semua itu juga dipaksa oleh Gu Mingcheng-----

Dia sudah memikirkan semuanya dengan teliti, jangan sampai kendalinya jatuh ke tangan Gu Mingcheng.

Orang seperti Gu Mingcheng bisa bersikap sangat kejam, kalau sampai dipergunakan oleh dirinya, maka bisa dipastikan dia akan menemui ajal.

Dengan gusar dia mengambil sebatang merokok dan mau menyalakannya tapi malah ditahan oleh Ken.

Ibunya pernah mengajarinya, kalau ada orang yang mau merokok di depannya maka Ken harus berkata dengan ‘tidak boleh merokok’ dengan sopan pada orang itu!

Jiang Mingqi tidak tahu kalau Ken punya penyakit asma, dia hanya mengira kalau Ken tidak suka orang merokok, jadi dia pun mematikan rokoknya!

Apalagi dia pertama kali melakukan hal semacam ini, jadi dia takut memikirkan akibatnya!

Tugas dia selanjutnya adalah menelepon Gu Mingcheng untuk memerasnya, kalau Gu Mingcheng tidak mau maka dia akan membunuh anaknya.

Permasalahannya adalah Gu Mingcheng harus mengakui kalau ini adalah anaknya.

Yang paling penting, jauh di dalam hatinya dia ragu kalau ini adalah anak Gu Mingcheng.

Kalau dia mengambil langkah mundur, maka dia akan memberitahu Jiang Linian kalau dia diam-diam membawa anak itu pergi bermain, dan membiarkan Jiang Linian memarahi dan memukul sepuasnya, namun kalau dia sudah menelepon Gu Mingcheng, maka situasinya berubah menjadi – penculikan.

Sekujur tubuh Jiang Mingqi gemetar.

Dia belum pernah membuat keputusan sepelik ini selama hidupnya.

Sekarang, Jiang Linian mulai merasa menyesal.

Dia tidak memikirkannya dengan baik----

Dia membuat dirinya terjebak ke dalam situasi yang canggung.

Dia menatap Ken dengan seksama, alis dan mata anak ini, serta caranya memiringkan kepala sangat mirip dengan Gu Mingcheng.

Lagipula, dia tahu kalau keponakannya adalah orang yang benar, bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta dengan sembarang orang, dia sudah tidak bisa lepas dari Gu Mingcheng, maka anaknya pasti adalah anak Gu Mingcheng.

Kemudian dia mengeluarkan handphone ----

……

Jiang Shutong masih duduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu.

Hatinya terasa seperti dibakar namun dia tidak dapat mengambil keputusan.

Kalau dia memberitahu bahwa Ken adalah anak Gu Mingcheng, maka kedepannya segala tindak tanduknya harus berurusan dengan Gu Mingcheng.

Karena anak itu adalah anaknya, juga anak Gu Mingcheng.

Dia tidak bisa pergi sesukanya, sudah pasti segala tindak tanduknya akan dikendalikan oleh Gu Mingcheng.

Adam pernah berkata kalau dia tidak boleh begitu egois karena hal itu tidak adil untuk Ken dan Gu Mingcheng.

Dia sedang menangis karena Ken diculik, perasaan ini bercampur aduk menjadi satu.

Gu Mingcheng mengetahui dengan jelas pemikiran Jiang Shutong.

Hari ini, dia harus memaksa supaya Jiang Shutong mengatakannya.

Hanya dengan cara seperti ini, baru bisa menutup jalannya.

Dia terus menunggu.

“Kenapa aku harus menyelamatkan anakmu? Hmm?” Gu Mingcheng bertanya sekali lagi.

Waktu sudah berlalu sepuluh detik.

“Ken adalah anakmu!” Jiang Shutong masih tetap duduk di atas kakinya, kedua matanya terlihat kosong, tangannya bertumpu dengan lemas di atas lutut Gu Mingcheng.

“Shutong---“ Jiang Linian memanggil Jiang Shutong dari belakang dengan nada jengkel.

Sebelum dia datang dia sudah memperkirakan kalau hal ini pasti akan ketahuan, hanya saja dia tidak menyangka secepat ini.

Ditambah lagi dengan pembawaan Gu Mingcheng yang terlihat malas-malasan dan tidak tertarik, hal ini membuat dia marah.

Dia mengira Gu Mingcheng akan membantu tanpa menyebutkan kalau Ken adalah anak kandungnya.

Namun tidak disangka, Jiang Shutong malah memberitahunya duluan.

“Aku tidak bisa mendengar! Katakan sekali lagi!” Tiba-tiba Gu Mingcheng menaikkan suaranya, lalu dia minum seteguk besar anggur merah.

“Dia juga anakmu! Aku sedang mengandung dia ketika pergi ke Jerman, ketika tiba di Jerman aku baru tahu kalau aku hamil! Tapi waktu itu aku tidak bisa menghubungi dirimu. Apa yang bisa aku lakukan?” Sambil berkata, Jiang Shutong menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai menangis lagi.

Dia tidak mengira, kenapa Gu Mingcheng tidak bisa mendengarnya padahal Jiang Linian yang berdiri di belakangnya saja bisa mendengarnya?

“Siapakah Adam?”

“Sehari sebelum aku melahirkan, aku terjatuh ke dalam kubangan air hujan, aku mengira anakku tidak akan selamat, dialah yang menyelamatkanku! Anakku menganggap dia sebagai papa angkatnya, selama beberapa tahun ini dia adalah satu-satunya pria di sampingku. Dia yang mengajari Ken melipat pesawat kertas, mengajarkan dia bagian-bagian tubuh, dia yang memberikan cinta seorang papa pada Ken! Apakah Ken tidak pantas memanggilnya papa?” Suara Jiang Shutong awalnya terdengar lirih, namun begitu memikirkan beberapa tahun ini dia sendirian mengurus Ken di Jerman, membuatnya ingin menangis lagi.

Ken adalah seorang anak yang patut dikasihani.

Ken adalah anaknya!

Juga anak dia!

Gu Mingcheng menggigit bibirnya erat-erat.

Dia tahu kalau Ken adalah anaknya, tapi dia tidak tahu banyak tentang anaknya.

Dia tidak tahu kalau beberapa tahu ini Jiang Shutong mengalami banyak kesulitan ketika mengasuh anak sendirian di Jerman, apalagi bahasa Jerman sangat susah dipelajari tapi dia bisa mempelajarinya dengan baik, dia memiliki tempat tersendiri diantara kerumunan orang asing berambut pirang.

Dia pernah memikirkan penderitaannya, namun ketika segala penderitaan ini dibeberkan di hadapannya, perasaannya kacau.

Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hatinya tersentak ketika membayangkan Jiang Shutong terjatuh ke dalam kubangan air hujan sehari sebelum melahirkan.

Gu Mingcheng memejamkan matanya dengan erat.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu