Cinta Seumur Hidup Presdir Gu - Bab 119 Marah Pada Dirinya (1)

Namun, ada sebuah pikiran terlintas dalam benak Jiang Shutong : Gu Mingcheng sangat hebat, hanya dalam waktu beberapa hari saja sudah bisa menangani Du Mingfeng, dan kelihatannya tujuan Du Mingfeng memeras Jiang Shutong adalah supaya ada orang yang bisa menghidupi dirinya di masa tua, separuh masa hidupnya dia berada di atas angin dengan latar belakang keluarga yang kaya, sedangkan separuhnya lagi tinggal angin kesepian dan kepahitan yang bertiup, ditambah lagi dia mulai memasuki usia tua, sehingga dia merasa tidak punya pegangan dan kondisi seperti itu memicu dia melakukan hal itu.

“Jadi maksudmu tidak ada orang yang merekam cctv untukmu?” Otak Jiang Shutong responnya sangat lambat, dan pelan-pelan barulah keluar pertanyaan itu dari mulutnya.

“Tidak ada, lantas misalnya ada yang merekam lalu mau apa? Aku melihat adonan beton itu jatuh dengan cepat, dan memang benar aku memanggil Lu Zhiqian naik ke atas, tapi apa yang bisa dibuktikan? Apa yang tidak bisa dibuktikan? Dia hanya mendengar kabar angin lalu ingin memeras dirimu.” Gu Mingcheng menjelaskan dengan gamblang, lalu dia menambahkan satu kalimat lagi, “Kalau itu dirimu --- apakah pantas?”

Jiang Shutong tertawa getir, “Mungkin karena pikiranku pendek, aku selalu merasa takut.”

Gu Mingcheng tidak berbicara lagi, dan mobilnya mengarah ke kantor cabang.

Tadinya Jiang Shutong sudah hampir ketiduran, setelah dia selesai mengutarakan isi hatinya tiba-tiba dia teringat kalau dia dan Gu Mingcheng sekarang sedang dalam masa-masa sulit, mereka berdua sudah putus dan Gu Mingcheng yang minta putus terlebih dulu.

Bahkan dia mengucapkan kalimat yang meminta Jiang Shutong untuk kembali padanya.

Dan sekarang dia menyelamatkan dirinya, untuk apa?

Ketika mobilnya sudah sampai di garasi basemen, Jiang Shutong turun dari mobil dengan segar, sama sekali tidak terlihat mengantuk.

Mungkin karena dia kurang hati-hati karena dia tersandung rel sehingga dia terkilir dan tanpa sengaja dia menendang sepatu high heelsnya, sebelah tangannya memegang tembok dan satu kakinya berjinjit, dia hanya bisa tertegun melihat sepatu heelsnya sudah berjarak 1/2 meter dari dirinya.

Kemudian Gu Mingcheng mengambilkan sebelah sepatunya, dia membungkuk dan menaruh sepatu di bawah kaki Jiang Shutong.

Namun Jiang Shutong mengatupkan bibirnya erat-erat dan tidak mau memakainya.

Sepertinya sedang marah terhadap seseorang.

Dengan siapa lagi?

“Cepat pakai, lantainya dingin!” Gu Mingcheng berkata, dan memang suhu udara di basemen lebih dingin daripada diluar.

Melihat Jiang Shutong yang masih tidak bergeming, Gu Mingcheng berjongkok dan berniat memakaikan sepatu ke kaki Jiang Shutong.

Tapi mana mungkin Jiang Shutong mau, mereka sedang berseteru, bagaimana bisa dia menurut begitu saja?

Gu Mingcheng mendongak dan melirik Jiang Shutong, namun Jiang Shutong malah sedang melihat kearah yang lain, tidak menatap dirinya.

“Menurutlah, cepat pakai.” Gu Mingcheng berkata sekali lagi.

Perkataannya ini terdengar seperti permohonan maaf yang tak terucapkan, dan entah kenapa tiba-tiba emosi Jiang Shutong bergejolak dan air matanya mulai menetes.

Entah karena dia merasa kasihan pada dirinya sendiri, atau karena dia merasa kasihan melihat Gu Mingcheng, yang jelas dia sedang mengusap hidungnya.

Perasaan ini sangatlah aneh, seumur-umur belum pernah Jiang Shutong merasakan perasaan sedih dan tertekan serta sakit hati seperti ini.

Semua perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, malah muncul ketika dia berada di hadapan Gu Mingcheng.

Dia tidak terus-terusan marah pada Gu Mingcheng, sehingga akhirnya Gu Mingcheng bisa memaikan sepatunya, lalu menggandeng tangannya dan berjalan ke pintu.

Dia telah merasakan emosi Jiang Shutong yang memberontak.

Sesampainya di rumah, Jiang Shutong langsung duduk di sofa dan dia menggumpal dengan kedua lengan memeluk lututnya, dan melamun.

Gu Mingcheng pun pergi ke dapur.

Jiang Shutong mendengar suara alat penyedot asap yang berbunyi, entah apa yang sedang dilakukan oleh Gu Mingcheng.

Tak lama kemudian Gu mingcheng datang membawa semangkuk sup jamur putih untuk Jiang Shutong, untuk menambah stamina.

Jiang Shutong malah memalingkan wajahnya, dia masih marah, kalau dia menyembunyikannya maka itu hanya akan membuat dirinya semakin sedih.

Tangan Gu Mingcheng memegang mangkuk, kemudian tangan satunya lagi memegang sendok, dia ingin menyuapi Jiang Shutong. Tapi Jiang Shutong malah memalingkan kepala, ujung bibirnya menempel di atas lengannya yang terlipat, dia tidak mau minum.

“Tidak mau minum ya?” Gu Mingcheng bertanya.

Jiang Shutong hanya memejamkan matanya, tidak berkata apa-apa.

Sekarang mereka berdua sedang ‘putus’.

Gu Mingcheng tidak menatap Jiang Shutong lagi, dan dia pelan-pelan meniup supnya, kemudian meminumnya sendiri.

Dan tepat ketika Jiang Shutong mengira dia meminum supnya, dia menurunkan mangkuknya, kemudian dengan cepat meraih leher Jiang Shutong dan menuangkannya ke dalam mulut Shutong.

Gerakannya sangat cepat, bahkan Jiang Shutong masih belum mencerna apa yang Gu Mingcheng lakukan.

Dia hanya terkaku menatap Gu Mingcheng.

“Masih marah padaku?” Gu Mingcheng bertanya lagi.

Wajah Jiang Shutong memerah karena gerakan tadi.

Dan juga karena apa yang dia katakan adalah isi hati Jiang Shutong, jadi dia merasa agak malu.

Mana mungkin tidak marah?

Tadi Gu Mingcheng meraih lehernya, dan secara otomatis menindihnya di atas sofa, dan mulai menciumnya.

“Apakah kamu tau sisa ucapan yang belum sempat kuucapkan pada saat kita sedang berada di rumah vilaku?” dia berkata disamping telinga Jiang Shutong.

Jiang Shutong sudah meneteskan air matanya tanpa bisa ditahan lagi, kehidupan ini rasanya jnaik turun seperti roller coaster, belum pernah terpikirkan sama sekali kalau dia akan merasakan kehidupan neraka dan surga di saat yang bersamaan.

Dia pun teringat kembali ketika Gu Mingcheng berdiri di depan pintu vila, ada perkataan yang belum selesai terucap karena ada Shu Yao.

“Apa itu?” Suara Jiang Shutong agak serak, separuh ucapan awalnya adalah bukannya dia tidak percaya pada Jiang Shutong, melainkan ---

Jiang Shutong sudah lama memikirkan sisa kalimat itu, namun tetap saja dia tidak tahu apa yang ingin dikatakan oleh Gu Mingcheng.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu