Thick Wallet - Bab 916 Gelisah!

Melihat apa yang dilakukan Ted Chuan, si botak mendengus.

“Kau akan mencekiknya?”

Kata si botak sambil mendengus.

“Kau akan dipenjara jika kau mencekiknya sampai mati, ini adalah pilihan kalian sendiri.”

“Sebenarnya, aku tak ingin melukai gadis ini, tapi jika aku melepaskannya, kalian akan menyiksaku, maka aku tak punya pilihan lain.”

“Aku tak berdaya, tapi kalian mempunyai banyak pilihan.”

Kata si botak dengan terus terang, yang ia katakan ada benarnya, membuat Zayden Zhou merasa bimbang.

Ted Chuan juga merasa agak canggung, sepertinya yang dilakukannya tak membuahkan hasil sama sekali.

Tapi, Jill yang ditangkap oleh Ted Chuan merasa panik.

“Kau brengsek! Kau bahkan tak mempedulikanku.” Jerit Jill.

“Aku bahkan tak bisa melindungi diriku sendiri, mana mungkin masih bisa mempedulikanmu!” balas si botak, lalu ia menatap Zayden Zhou, “Sekarang kalian harus membuat keputusan!”

“Aku telah memberimu 10 detik, masih ada 9 detik, jika kalian tak melepaskanku, aku akan melakukannya.”

Sambil berkata, si botak mendekatkan pisaunya ke leher gadis itu, menunjukkan segaris tipis darah di kulitnya.

“Kakak, siapakah kalian, tolong lepaskan dia, aku tak ingin mati!” akhirnya gadis bersepatu kanvas itu angkat bicara.

Ia menatap Zayden Zhou dengan ekspresi memohon, “Aku bahkan tak mengenal kalian, apakah kalian ingin aku mati?”

“Apa ruginya bagi kalian jika kalian melepaskannya? Apa yang kalian perjuangkan? Menegakkan keadilan? Atau menolongku?”

“Jika untuk menolongku, kalian harus memprioritaskan keselamatanku dulu.”

“Jika untuk menegakkan keadilan, apakah kalian akan membiarkannya melukaiku dulu hanya untuk menegakkan keadilan?”

Perkataan gadis itu sangat menyentuh perasaan Zayden Zhou.

Sebenarnya saat melihat si botak ini bersikap semena-mena, barulah ia tergerak untuk bertindak.

Bisa dibilang tujuannya adalah menegakkan keadilan.

Jika ia melepaskan si botak ini, ia takkan merasa lega, seolah ia telah mengabaikan keadilan, seolah ia tunduk pada si botak yang mewakili kejahatan ini.

Tapi apakah ia benar-benar ingin gadis itu terluka hanya demi menegakkan keadilan?

Tentu tidak, ia masih punya cara lain.

Yaitu berpura-pura menyetujuinya, dan setelah si botak melepaskan gadis itu, ia akan mencoba menangkap si botak.

Tapi dengan berbuat seperti itu, ia masih merasa ia telah mengabaikan keadilan.

Karena itu Zayden Zhou tak lagi mempertimbangkan pilihan ini.

Akhirnya, ia memutuskan berdamai.

Saat hitungan si botak itu hampir berakhir, Zayden Zhou akhirnya berjanji, “Aku takkan melukaimu jika kau melepaskan gadis ini.”

Mendengarnya, si botak tersenyum lebar.

“Bukankah jika kau mengatakannya lebih cepat akan lebih baik, kau membuatku takut.”

Si botak melangkah mundur bersama gadis itu, lalu setelah mendorong gadis itu, ia segera kabur.

Ted Chuan hendak mengejarnya, tapi Zayden Zhou menghentikannya.

“Kita telah sepakat untuk melepaskannya, maka biarkan ia pergi.”

Ted Chuan tentu merasa tidak rela, tapi ia tetap mematuhi Zayden Zhou, ia hanya bisa menatap gadis bersepatu kanvas itu dengan ekspresi tak senang.

Gadis itu didorong si botak ke hadapan Zayden Zhou, saat ini, ia telah terbebas dari bahaya, ia menatap Zayden Zhou dengan canggung.

“Terimakasih telah menyelamatkanku.” Katanya dengan malu-malu.

Apalagi, tadi karena panik, ia berbicara dengan kasar pada Zayden Zhou.

Tapi Zayden Zhou tak mempermasalahkannya.

Lagipula gadis ini hanyalah orang biasa, ia hanya ingin mempertahankan hidupnya.

Ia tak merasa gadis itu melakukan sesuatu yang salah, ia hanya merasa agak bingung dan tak berdaya.

“Sama-sama, sebenarnya kami juga bukan bertindak demi menyelamatkanmu.” Kata Zayden Zhou dengan santai, “Melainkan demi menegakkan keadilan.”

Tapi ada satu kalimat yang tak diucapkannya, tapi demi keselamatanmu, kami mengabaikan keadilan.

Gadis itu menatap Zayden Zhou lagi, hendak mengatakan sesuatu.

Tapi setelah memikirkannya, tak ada yang perlu dibicarakan lagi, maka suasana di antara mereka menjadi canggung.

“Baiklah, terimakasih, jika ada kesempatan, aku akan membalas budi padamu.” Setelah mengatakannya, gadis itu berbalik dan pergi.

Kini hanya tersisa Ted Chuan, Zayden Zhou, dan Jill bertiga.

Dan juga Jon dan dua orang preman itu.

Tapi Zayden Zhou tak lagi mempedulikan mereka.

Ia berencana meninggalkan tempat ini.

Tapi Jill menghalanginya, “Kakak, kau akan pergi begitu saja?”

“Jika tidak, apa yang harus kulakukan?” Zayden Zhou mengerutkan kening dan bertanya dengan jengkel.

“Kakak, jika kau pergi lalu bagaimana denganku?” tanya Jill.

Apa maksudnya?

Zayden Zhou terheran-heran.

Apakah ada hubungan di antara kita?

“Jadilah kekasihku, kau telah membuatku kehilangan dua kekasih, kini aku tak mempunyai kekasih.”

Tanpa menunggu Zayden Zhou menjawab, Jill lanjut berkata.

Kali ini Zayden Zhou benar-benar tak bisa mengatakan apapun.

“Tak akan, pergi!”

“Tak bisa, kau membuatku kehilangan dua kekasih, kau harus mendampingiku!” Jill mencengkeram lengan Zayden Zhou dan tak mau melepaskannya, “Kenapa kau menolakku? Apakah aku tidak cukup cantik? Apakah aku kurang menggoda?”

“Aku baru 18 tahun, dan teknikku sangat luar biasa.”

Ini sudah keterlaluan, jika Jill mengatakannya pada pria lain, mungkin mereka akan tergoda.

Tapi bagi Zayden Zhou, perkataan ini hanya membuatnya merasa muak.

“Sudah kubilang, aku tak tertarik padamu, pergi!” Zayden Zhou menatapnya dengan garang lalu pergi.

Ted Chuan segera menghalangi Jill agar tak lagi mengganggu Zayden Zhou, lalu ikut pergi.

Tapi setelah mereka pergi, suasana hati Zayden Zhou belum juga membaik.

“Kak Zayden, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Ted Chuan.

Ia sangat penasaran akan sikap Zayden Zhou saat ini.

Ia telah memiliki segalanya, kenapa ia masih saja muram?

Bahkan saat menghadapi si botak dan kawan-kawannya tadi, ia juga tidak bersikap seperti biasanya.

“Aku sedang memikirkan, sebenarnya apa yang sedang kulakukan, dan apa yang seharusnya kulakukan.” Zayden Zhou mencurahkan isi hatinya.

Ia telah kehilangan ingatannya, dan saat ia kembali tersadar, semuanya telah berubah.

Termasuk keluarga Xie, Carina Shen, dan yang lainnya.

Ia pergi untuk berjalan santai sejenak, dan saat ia mengira ia bisa berkelahi untuk meluapkan emosinya, tapi karena trik si botak itu, ia terpaksa menyerah dan berdamai.

Ia telah mengabaikan keadilan.

Dan dari kejadian ini, ia melihat semakin banyak keburukan dalam diri orang-orang, membuatnya merasa semakin gelisah.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu