Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 396 Menghancurkan Rencana Juvenal Wu

“Tuan Bastian, Marshanda istri Juvenal sudah datang, bisa mempersilahkannya masuk?”

Beberapa orang yang menanti kedatangannya di dalam ruang kerja sudah menunggu lama, dan Samuel pada akhirnya masuk untuk memberitahukan berita kedatangannya.

“Biarkan dia masuk.” Bastian tersenyum.

Tak lama kemudian mempersilahkan Marshanda masuk.

Begitu masuk, pandangan matanya tertuju pada sosok Jansen yang hanya bisa duduk pada kursi rodanya, Marshanda kemudian segera menghampiri.

“Jansen, kamu tidak apa-apa, bukan?”

Dia menanyakan dengan rasa khawatir, tepat saat tangannya akan merangkul Jansen, tiba-tiba fokus pandangan itu terbagi pada beberapa anak bersaudara tersebut yang membuat dirinya diam terkejut.

“Jansen, kamu memintaku kemari, sebenarnya ada apa?”

“Kenapa ... kenapa bisa Aldo dan saudara lainnya juga disini?”

Marshanda sedikit tertegun memelankan suaranya.

Dia tidak berani berbincang terlalu banyak di depan banyak orang.

Jansen Wu terdiam tidak menjawab.

Pandangan Marshanda menyapu seluruh ruangan, melihat Bastian duduk tenang di atas kursinya, membuat dirinya gemetar tak tertahankan.

Dialah orang yang diam-diam memotret dirinya bersama Jansen malam itu, lalu mengapa lelaki itu juga berada disini ......

“Jansen, sebenarnya ...... ada apa dengan ini semua?” Marshanda mulai ketakutan.

“Hari ini memintamu kemari, memang ada satu hal penting dan membutuhkan bantuanmu, tolong kamu sampaikan kepada Tuan Bastian dengan terperinci semua rencana Juvenal Wu beberapa waktu belakangan ini.”

Suara Jansen terdengar jelas.

“Apa......”

Wajah Marshanda memucat, karena bagaimanapun juga Juvenal Wu adalah petinggi, dan seluruh rencana ataupun gerak-geriknya adalah rahasia , bagaimana mungkin dengan mudah membocorkannya pada orang lain?

Jansen sedikit geram melihat keraguan Marshanda :

“Dengarkan perintahku, aku memintamu memberitahunya, berarti kamu harus lekas memberitahunya, tidak usah pikirkan hal lainnya.”

Marshanda tetap merasa ragu dan keberatan, sedikit mengerutkan jidatnya : “hhmm ... ini, sepertinya kurang pas. Strategi ayahmu semua itu sangat rahasia, tidak bisa diberitahukan kepada siapapun secara sembarangan, kalau mereka tahu akan bertampak buruk pada ayahmu.”

“Tapi aku hanya ingin dia mati! Hanya ingin dia mati, paham!”

Jansen menggeretak memukulkan tangan pada kursi rodanga, kembali membenetak :

“Hanya dengan cara kematiannya, kakiku akan disembuhkan, apa kamu menginginkan aku duduk di atas kursi roda ini terus?”

“Kalau kamu memberitahukan semua tentang ayahku, dia akan membantu pengobatan kakiku! Bukankah kamu ingin selamanya bersamaku, jika Juvenal tidak mati, bagaimana bisa kamu bersamaku?”

Marshanda terkejut dengan pengakuan Jansen, bagaimana bisa dia menyampaikan ini semua di hadapan banyak orang, ini cari mati namanya.

“Kamu tidak perlu ragu lagi, mereka pun sudah tahu tentang hubungan kita. Jika persoalan ini sampai terdengar Juvenal, maka kamu dan aku akan mati. Mereka semua sebenarnya juga hanya menginginkan dia Juvenal mati, tugasmu hanya memberitahukannya semua yang kamu tahu, bantu kami untuk menyingkirkan Juvenal Wu, dan setelah kematiannya, kita berdua bisa hidup bersama suka duka, bebas melakukan apapun!”

Jansen memegang erat kedua lengan Marshanda, meyakinkan dengan semangat.

“Apa kita...... benar-benar akan bebas melakukan apapun?”

Marshanda bertanya penuh harap, masih ada sedikit rasa ragu.

“Tentu saja, apa kamu masih tidak percaya padaku? Kapan aku pernah membohongimu?”

Melihat mereka yang saling ketergantungna, Aldo Wu dan Jasper Wu seakan sedikit memberikan respon. Namun semua hinaan itu hanya bisa mereka sembunyikan dalam hati.

“Baik! Kalau begitu aku akan beritahu ......”

Marshanda luluh dengan semua janji Jansen, dengan mudahnya ia menikam Juvenal Wu.

Marshanda membocorkan semua rahasia Juvenal Wu di hadapan orang banyak. Sepertinya, dia memang tidak pernah ada rasa sedikitpun dengan Juvenal.

“Tuan Bastian, apa ini semua cukup, lihat saja ......”

Setelah Marshanda membeberkan semua berita tentang Juvenal, Jansen kembali melihat dan meyakinkan Tuan Bastian.

Bastian menganggukkan kepala, bagaimanapun juga, Jansen sudah menunjukkna keseriusan hatinya. Balasan Marshanda saat ini juga berhasil mensukseskan rencana Bastian selanjutnya.

“Bagus, kamu sudah membuktikan semua, dan aku juga melihat keseriusanmu itu.”

Bastian tersenyum memastikan :

“Besok aku akan mengatur rencana operasi, aku pastikan kakimu akan segera pulih seperti sedia kala.”

“Aku berharap kalian masih menjaga kesepakatan kerjasama ini dan tidak mengabaikannya.”

“Te .. terimakasih ! Terimakasih Tuan Bastian!” Mendengar pernyataan Bastian, Jansen maupun Marshanda sungguh sangat terharu.

Karena bagi siapapun yang merasa cacat sementara waktunya, mereka merasa tidak akan ada yang lebih berharga selain kesehatannya.

Sembari melambaikan tangannya, dia mengingatkan :

“Kalian segera diskusikan strategi selanjutnya berdasarkan kondisi yang sudah diberitahukan tadi, aku mau harus segera dan pastikan Juvenal Wu akan musnah, jika strategi ini tidak segera terealisasi, maka kita sendiri yang akan rugi.”

“Siap! Tuan Bastian!”

Semua menyetujuinya dan kembali berpencar.

......

Malam itu, Bastian memanggli Thomas Qi dan Patrick untuk berkumpul bersama.

Disini sudah tidak ada Jasper dan Warner Zhao, hanya ada kelompok dari Kimmy.

“Apa menurut kalian Keluarga Wu bersaudara bisa di percaya?” Pandangan Bastian menyapu mereka semua dan bertanya.

“Sepertinya bisa dipercaya, bagaimanapun juga mereka mudah dipengaruhui. Selain itu juga bukan untuk diri sendiri, dan kita menggunakan trik yang kuat untuk memaksa mereka, siapa yang tahu apa yang mereka pikirkan.”

Patrick mencoba menganalisa.

Kimmy menganggukkan kepala, menyampaikan :

“Bukan hal yang mudah untuk menghabisi Juvenal Wu, karena banyak kekuatan yang melindunginya, kita tidak bisa lagi menggunakan strategi yang sesbelumnya. Kita harus lebih cerdik, karena kalau tidak, bisa jadi senjata makan tuan.”

Kimmy mencoba berpikir lebih teliti.

Bastian mendengarnya dan menganggukkan kepala setuju.

“Jadi aku pikir, benteng kita sebenarnya cuman beberapa diantara kita saja. Karena entah itu Jasper atau Warner, Aldo atau Jansen, aku pun tidak tahu apa mereka akan kembali menjatuhkanku. Kalau ternyata suatu saat nanti berkhianat, dengan begitu benteng mereka tidak termasuk dalam kelompok kita, bahkan bisa jadi musuh kita.”

Mereka yang mendengar pernyataan Bastian serentak melihat ke arahnya.

“Bastian, apa kamu sudah memiliki rencana lain?” Tanya Thomas.

Bastian tersenyum dan menjawab dengan penuh keyakinan :

“Kurang lebih sudah ada, tapi rencana ini hanya bisa terlaksana di bagian keluarga wu bersaudara.”

“Maka dari itu aku meminta mereka untuk memikirkan strategi selanjutnya, aku juga ingin tahu seberapa besar mereka membantukku, ada berapa diantara mereka yang membohongiku. Dengan begitu, jika aku temui ada yang seperti itu, aku tidak hanya menghabisi Juvenal Wu, bahkan siapa diantara mereka yang melakukan hal yang sama, akan sekalian aku singkirkan.”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu