Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 182 Keberadaan Penembak Jitu

“kak, kamu rasa apakah Thomas sedang berada dalam situasi yang berbahaya?”

Di jalan yang hening, Patrick sedang mendorong kursi roda dan orang yang sedang duduk diatas kursi roda adalah Bastian.

“Bahaya? Bahaya apa?”

Bastian bersandar di kursi roda, sambil merasakan angin sejuk yang menerpa. Darah di tubuhnya pun telah dibersihkan.

Mendengar kata-kata Patrick, ia pun tertawa.

“Apabila Willy mereka mengetahui ini, di rumah Willy sih juga ada cukup banyak pengawal.”

“Dan rencanamu, bisa dipastikan benar-benar aman? Jika muncul kesalahan, maka seratus milliarmu juga akan tersia-sia begitu saja.”

Patrick sambil mendorong Bastian pulang lalu berkata.

Mendengar ini, Bastian pun tersenyum dan berkata.

“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan keamanan Thomas. Meskipun Willy mereka mengetahuinya, ia juga tidak akan berbahaya. Dari kecil ia lebih berkemampuan daripadaku. Sejujurnya saat kecil bertengkar dengannya, aku tidak pernah menang sekali pun. Ditambah dua tahun ini ia di luar negeri, tiap hari bekerja membuat senjata dan berbolak-balik di dalam hujan peluru.”

“Ia bisa hidup hingga kini, berarti bisa dibuktikan bahwa kemampuannya dalam bela diri dan ketangguhannya. Bagaimana mungkin pengawal biasa di negara adalah lawannya?”

Mendengar ini, Patrick pun tidak tahan untuk tertawa lalu berkata.

“Ternyata apa yang ia katakan itu benar. Saat kecil kamu benar-benar dipermalukan olehnya sampai pergi melaporkan ini, lalu Kakekmu memukul dirimu lagi. Haha…”

Mendengar Patrick yang tertawa besar, Bastian pun memutar matanya dan terus berkata.

“Dan rencanaku, jika ia menjalaninya sesuai dengan apa yang aku katakan, maka tidak akan ada yang salah.”

“Ia hanya perlu menukar ponsel Andi dan di ponsel yang lain telah dipasang aplikasi antivirus. Kita sudah persiapkan riwayat panggilannya dan pesan yang dikirim secara otomatis. Ini cukup membuat Andi tidak bisa berkata-kata di depan Willy.”

“Willy pasti akan berfikir, jika tidak ada Thomas mungkin Andi dan penembak jitu itu telah berhasil membunuhnya.”

Patrick pun berhenti mengejeknya, lalu menganggukkan kepalanya berkata.

“Jika aku adalah Willy, aku juga akan berterima kasih terhadap Thomas. Sekarang Thomas di Willy sana sudah benar-benar mendapatkan kepercayaannya.”

Bastian terus berkata.

“Bahkan Willy mereka, demi membuktikan apakah nomor asing itu adalah penembak jitu. Mereka pasti akan menghubunginya.”

“Penembak jitu menanyakan kematianku pada Andi, sudah sepenuhnya membuktikan bahwa Andi telah disuap oleh kita. Dan juga telah menyatakan informasi atas kematianku. Jelas Willy tidak akan merasa curiga atas foto kematianku yang telah Thomas berikan ini apakah palsu. Membunuh dua burung dengan satu batu.”

“Aku rasa rencana ini sangat sempurna, tidak akan ada yang salah.”

Mendengar ini, Patrick pun merasa bangga dengan pemikiran Bastian yang begitu teliti, lalu ia berkata.

“Bagaimanapun dilihat ini sempurna, hanya saja takut penembak jitu itu tidak mengikuti apa yang kita suruh. Lagipula asalnya darimana pun juga tidak diketahui dan ia adalah pembunuh.”

“Lalu senapan sniper Thomas yang berharga lima ratus dua puluh juta itu. Dengar-dengar senapan sniper itu hanya ada satu dari seluruh dunia ini. Ia selalu menganggap senapan snipernya adalah emas. Sebelumnya ada orang yang menawarkan uang sebanyak seratus juta dolar untuk membelinya, tetapi ia pun tidak ingin menjualnya. Kamu bilang apakah pembunuh ini akan mengambil senapan snipernya dan kabur?”

Bastian berkata.

“Thomas menyerahkan senapan snipernya kepada orang itu dan menyuruhnya untuk berpura-pura menjadi dirinya sendiri. Pasti ia sangat percaya padanya.”

“Thomas percaya padanya, aku percaya pada Thomas. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga. Lagipula seharusnya orang itu tahu identitas Thomas, jadi ia tidak akan berani asal bertindak, kecuali ia sudah mengambil senapan sniper dan pergi dari Negara Hadaswradoko, serta selamanya tidak kembali lagi.”

“Lagipula ia adalah pembunuh. Pembunuh itu bekerja demi uang, aku memberinya uang sebanyak dua milliar. Ia tak perlu tidak mengikuti janji kita.”

Saat sudah mau sampai didepan rumah. Dari jauh Bastian pun melihat Susanti yang memakai baju tidur berwarna merah muda, berdiri di depan rumah menunggunya pulang.

“Oh iya, besok bantulah aku mengadakan sebuah upacara pemakaman. Bagaimanapun itu, karena kita sudah memulainya. Maka kita harus melakukannya dengan sempurna, jadi ini akan benar-benar aman.” Bastian pun lanjut berkata pada Patrick, “Dua hari ini aku tidak akan keluar dari rumah, supaya tidak dilihat oleh Keluarga Xiao.”

“Tunggu seratus milliar berada ditanganku, aku baru keluar.”

Patrick menganggukkan kepala dan telah mengantar Bastian di depan rumahnya. Lalu dengan utuh mengembalikkan Bastian kepada Susanti.

Melihat Susanti yang mendorong Bastian masuk dan menutup pintu. Patrick pun baru pergi meninggalnya.

Ia sambil berjalan sambil bergumam pada dirinya sendiri.

“Wanita ini lumayan ya, seperti istri yang baik pada umumnya, hanya saja dadanya sedikit kecil…”

……

Dalam dua hari ini, Thomas terus mencari tahu keberadaan ‘penembak jitu’ tersebut.

Tentu, penembak jitu palsu ini adalah orang yang ia panggil. Ia hanya akan berakting didepan Willy saja.

Dalam sekejap mata sampai di sore hari sebelum hari senin, Willy pun memanggil Thomas kedalam kantornya.

“Thomas, besok adalah hari senin. Aku dan Tuan tua dari Perusahaan Frudaya telah berjanjian untuk bertemu pada besok sore jam tiga. Lalu mengirim seratus milliar kedalam brankas secara tepat waktu. Tidak ada waktu lagi, apakah belum ada kabar tentang penembak jitu itu?”

Willy mengerutkan dahinya dan bertanya.

Raut wajahnya yang terlihat sedikit tidak senang. Bagaimanapun itu ia telah memberikan uang sebanyak enam milliar pada Thomas, untuk mencari tahu keberadaan penembak jitu tersebut. Tetapi setelah dua hari lewat, tetap tidak ada kabar sama sekali.

Thomas juga merasa sedikit canggung. Ia pun memasang wajah panik, lalu mengelap keringat dingin pada dahinya. Ia sambil tersenyum malu berkata.

“Tenanglah Bos, sekarang aku pergi menyuruh mereka untuk segera mendapatkan kabar, keberadaan penembak jitu tersebut sebelum jam dua belas malam ini.

Mendengar ini, Willy sambil menghela nafas berkata.

“Thomas tidak boleh ditunda lagi, kamu telah membunuh Bastion. Apakah penembak jitu tersebut akan membiarkannya begitu saja? Andi pasti memberi tahunya bahwa kita ingin mengirim uang sebanyak seratus milliar. Jika aku adalah ia, besok aku pasti akan mulai beraksi.”

“Apakah kamu tahu betapa pentingnya seratus milliar ini? Jika terjadi kesalahan, kamu tahu aku akan rugi berapa banyak uang? Yaitu berkali-kali lipatnya dari seratus milliar!”

Thomas pun terus berkeringat dingin dan berkata.

“Iya, iya, aku tahu. Tenanglah Bos, aku janji akan membantumu untuk menangkapnya.”

Saat berkata, ponsel Thomas pun mulai berdering. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu seketika menjadi sangat semangat.

“Ada kabar! Sudah ada kabar!”

“Pak, saat ini ada orang yang melihat penembak jitu tersebut sedang berada di pinggiran kota. Sekarang aku akan segera pergi menangkapnya. Jika tidak ada kesalahan, maka hari ini aku bisa mengambil alih Anda untuk menghukuminya!”

Mendengar ini, Willy pun juga bersemangat dan berkata.

“Tidak boleh ada kesalahan, harus membunuhnya! Aku ingin melihat jenazahnya secara langsung!”

Thomas menganggukkan kepala.

“Aku tahu, kalau begitu aku segera kesana agar tidak menunda waktu lagi.”

Setelah berkata, Thomas pun meninggalkan perusahaan dan mengendarai mobil kearah pinggiran kota.

Sampai di pinggiran kota, ia pun memberhentikan mobilnya didepan sebuah restoran. Lalu langsung jalan masuk kedalam.

“Pak, tolong bawakan seluruh hidangan termahal di restoran kalian!”

Setelah Thomas memasuki restoran, ia pun dengan royal berkata pada pemilik restorannya.

Tidak lama kemudian, semua hidangan pun datang, bilang ini makanan mewah pun juga boleh.

“Hehehe, enam milliar ini juga terlalu mudah untuk didapatkan.”

Thomas duduk didalam ruangan sambil makan minum dengan enak. Di tangannya terdapat kartu ATM yang diberi oleh Willy dan berisikan uang sebanyak enam milliar.

“Jika dari awal aku tahu begitu mudah memperoleh uang didalam negara. Aku masih begitu susah tiap hari bekerja diluar negeri, sama sekali tidak ketabung uang sebanyak dua milliar. Aku benar-benar bodoh!”

Baru makan enak sebentar, ponselnya tiba-tiba berdering.

Melihat panggilan telepon pada layar ponsel, raut wajahnya pun segera menjadi sangat serius dan mengangkat teleponnya.

“Sekarang kamu berada dimana? Willy sudah tidak bisa menunggunya. Bertemulah, ia ingin melihat jenazahmu dengan matanya sendiri.”

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu