Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 213 Satu Keluarga Memang Harus Kompak

Ketika Patrick bergegas ke rumah Yeni, dia menemukan sebuah kursi roda yang berada di sana namun tidak menemukan Bastian.

“Ya ampun, bagaimana caranya dia menaiki tangganya?”

Thomas Qi tampak tercengang menatap kursi roda yang kosong dan bertanya.

Sarim yang memandang kursi rodanya dan berkata dengan serius:

“Sepertinya dia merangkak naik.”

Tiba-tiba raut wajah Patrick dan Thomas berubah drastis saat mendengarkan perkataannya, mereka segera berlari menuju lantai atas.

Saat mereka tiba di lantai empat, mereka melihat jejak darah di atas tangga. Setibanya di lantai lima, mereka melihat jejak darah yang panjang.

“Ya ampun!”

Thomas tersentak kaget melihat darah itu, dengan cepat mereka bertiga berlari menuju lantai enam, dan menemukan pintu rumah Yeni yang sedang terbuka. Mereka menyerbu masuk ke dalam dan menemukan Bastian yang sedang duduk di sofa dalam keadaan malu beserta Yeni yang sedang tertidur pulas di dalam pelukan Bastian.

Bastian memeluk erat tubuh Yeni dan tidak berpikir untuk melepaskannya barang satu detik pun.

Melihat adegan yang hangat dan harmonis ini, Patrick dan Thomas akhirnya menghela nafas lega.

Sedangkan Sarim, akhirnya ekspresinya juga menjadi lega. Ini mungkin sebuah akhir dari pertemuan yang membahagiakan yang diinginkan oleh Yeni. Meskipun bukan keinginan Sarim, namun.....saat mencintai seseorang, bukankah berharap dia akan mendapatkan kebahagiaan?

Sarim tersenyum pahit untuk kesekian kalinya.

......

“Saudaraku, kamu benar-benar luar biasa ya, sudah berapa kali kamu masuk ke rumah sakit?”

“Apakah kamu pikir dirimu adalah reinkarnasi dari iron man?”

Thomas menggendong Bastian di punggungnya menuruni tangga, dia tidak bisa menahan diri untuk mengeluh di sepanjang jalan.

Patrick juga menggendong tubuh Yeni yang sangat lemah, bersiap mengantarkan dia dan Bastian ke rumah sakit.

Kaki Bastian telah terluka untuk kesekian kalinya, semenjak tabrakan mobil waktu itu, padahal cuma butuh waktu sebulan untuk sembuh. Namun di saat-saat menjelang kesembuhannya, kakinya malah terluka lagi, dan akhirnya menyeret dirinya sampai ke rumah sakit lagi sekarang.

Yeni juga entah sudah ke berapa kalinya dirinya dirawat di rumah sakit, dia kembali masuk ke rumah sakit saat sebelumnya dia baru saja keluar dari sana.

Namun kali ini, dia dan Bastian sudah tidak sendirian lagi, mereka menginap di rumah sakit bersama dan menginap di bangsal yang sama pula.

Setelah didiagnosa oleh dokter, untungnya mereka berdua tidak mendapatkan masalah serius. Tulang kaki Bastian pada dasarnya memang sudah pulih banyak, hanya saja bekas lukanya sobek dan ada beberapa infeksi.

Sedangkan tubuh Yeni karena terlalu lemah sehingga tidak ada masalah yang serius.

“Satu keluarga memang harus kompak, tapi kalian tidak perlu sampai janjian untuk masuk ke rumah sakit kan......”

Supaya Yeni dan Bastian dapat berbaring di tempat tidur sembari berkomunikasi, Thomas dan Patrick menyatukan dua tempat tidur yang terpisah.

Dia melihat keduanya dan berkata :

“Bicarakan masalah kalian baik-baik, kalau terjadi apa-apa lagi, dokter pun sudah mengatakannya. Lebih baik kalian cepat sembuh dan segera keluar dari rumah sakit, atau kalian jangan kembali lagi. Kalau kalian ribut terus, dewa pun enggan menyembuhkan kalian!”

Yeni memandang Thomas dan Patrick, kemudian dengan canggung dia berkata:

“Maaf karena sudah merepotkan kalian.”

Bastian juga tersenyum dan memberi tanda OK pada jari telunjuk dan ibu jari:

“Terima kasih!”

Thomas melambaikan tangannya dan berkata:

“Baiklah, kalian cukup bekerja sama dan nurut dengan perawatan dokter saja, kami tidak akan menjadi bohlam lampu di sini.”

Berkata demikian, dia dan Patrick segera meninggalkan bangsal.

Setelah keluar dari bangsal, Patrick malah tidak pergi, dengan diam-diam dia mengintip bangsal lewat pintu.

Thomas mengernyitkan keningnya melihat kelakuannya dan berkata:

“Apa yang kamu lakukan?”

Patrick tersenyum dan menolehnya :

“Mereka sudah lama berpisah, pasti akan melakukan sesuatu, aku ingin melihat-lihat......”

Thomas merasa jengkel mendengar perkataannya kemudian dia berkata:

“Kamu gila ya, bahkan jika mereka nafsu, mereka tidak akan sampai...... melakukannya di rumah sakit bukan? Lagian mereka berdua selalu bersikap seperti itu, mereka bisa bergerak atau tidak masih menjadi sebuah pertanyaan.”

“Kamu jahat sekali, ayo cepat pergi, jangan dilihat lagi!”

“Benar juga......” Patrick juga memikirkan hal yang sama, dan dia mengikuti Thomas pergi meninggalkan rumah sakit.

......

Di dalam bangsal, Bastian dan Yeni saling berpandangan satu sama lain, bahkan ketika mereka berbaring di ranjang rumah sakit, mereka tetap berpegangan tangan dan tidak mau melepaskannya.

“Aku tidak..... sedang bermimpi kan......”

Nada bicara Bastian terdengar sedikit serak, tapi dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Dia benar-benar tidak percaya bahwa Yeni sudah berada tepat di depan matanya, dia sudah kembali ke sisinya.

“Aku tidak tahu......” kata Yeni dengan suara yang lemah dan air mata yang masih menggenang di sudut kelopak matanya, tetapi wajahnya tetap tersenyum: “Aku juga takut ini adalah mimpi...... tapi kalau ini adalah mimpi, lebih baik tidak bangun lagi untuk selamanya.”

Bastian tersenyum mendengarkan perkataannya:

“Aku juga, lebih baik tidak bangun lagi untuk selamanya.”

“Tidak peduli apapun yang akan terjadi ke depannya, aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi.”

Mereka berdua sepertinya memiliki puluhan hingga ribuan kata yang ingin dibicarakan oleh satu sama lain, tetapi ribuan kata itu mengalir dan terhenti di mulut masing-masing, karena mereka tidak tahu apa yang ingin dikatakan, cukup dengan satu pandangan.

Di masa depan, jika ada banyak hal yang ingin dibicarakan, mereka cukup menggunakan sisa hidup mereka untuk membicarakannya.

“Aku minta maaf, tidak seharusnya aku mengucapkan kata-kata yang keterlaluan padamu saat di rumah sakit waktu itu. Aku sangat bodoh, maafkan aku, Bastian.” Yeni memandang Bastian dan berkata sembari menangis.

Bastian tersenyum tipis mendengarnya, dia mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Yeni sembari menghiburnya:

“Bicara hal bodoh apa, akulah yang telat menyadarinya, aku tidak menduga kamu melakukannya dengan sengaja sehingga membuatmu menderita sendirian begitu lama dan aku baru datang mencarimu.”

Sebenarnya Bastian masih menyimpan sebuah ketakutan di lubuk hatinya, ketika dia pergi ke rumah Yeni sebelumnya, dia menemukan sebilah pisau buah di sofa. Tetapi tidak ada satupun buah di dalam ruang tamunya, mengapa Yeni menyimpan pisau buah di sofa.

Dia menebak Yeni pasti ingin melakukan hal bodoh, dan untungnya dia datang di saat yang tepat dengan mengetuk pintunya. Kalau tidak, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebaliknya.

Untuk hal ini, dia masih harus berterima kasih kepada Sarim, jika bukan karena Sarim datang untuk memberitahu dia, dia juga tidak akan datang dengan panik untuk mencari Yeni. Memikirkan hal ini, Bastian merasa merinding, terkadang kebetulan yang tak terhitung dapat menyebabkan tragedi yang tidak dapat diperbaiki.

Dia memutuskan akan memperlakukan Yeni dengan baik ke depannya, dia tidak akan membiarkan Yeni berpikir yang tidak-tidak dan melakukan hal bodoh.

“Kenapa kakimu?” tanya Yeni kepada Bastian dengan wajah nelangsa.

Bastian tersenyum dan berbicara agak canggung:

“Terjadi kecelakaan, waktu itu aku mendapat kabar kalau kamu berada di suatu restoran, jadi aku cepat-cepat ke sana.”

“Karena aku terlalu buru-buru, jadi ditabrak mobil lain. Kalau aku tidak di tabrak, saat itu juga aku sudah bertemu denganmu.”

Yeni tersentak kaget mendengar perkataannya, dia merasa semakin bersalah.

Seandainya waktu itu dia tidak meninggalkan kota Cumarun, patuh menunggu Bastian kembali, dan tidak menyembunyikan diri dari Bastian, maka Bastian tidak akan mengalami kecelakaan mobil karena mencari dirinya.

Melihat Yeni ingin menangis lagi, Bastian segera mengalihkan topik dan berkata:

“Oh iya, aku ada satu kabar baik untukmu.”

“Setelah berbulan-bulan aku mencarimu, aku jadi tahu masalah uangmu yang ditipu oleh orang lain, dan aku sudah menemukan orang yang menipu uangmu. Selain itu, orang itu sudah ku kirimkan ke penjara, aku memukulnya dengan tragis, anggap saja aku melampiaskan amarahmu.”

Yeni tertegun saat mendengarnya, kemudian dia bertanya: “Bagaimana caranya kamu menangkap dia?”

Membicarakan hal ini, Bastian merasa bangga, dia menghajar penipu itu dengan puas saat itu. Ketika Yeni bertanya, dia segera menceritakan kejadian secara keseluruhan kepadanya.

“Eh! Kamu pasti melihatku saat itu bukan, sebenarnya malam itu bukan penipu itu yang mengajakmu untuk bertemu, tapi aku yang memintanya untuk mengajakmu bertemu. Tapi aku tidak menduga kamu akan kabur setelah melihatku, dan aku juga gagal mengejarmu.”

Bastian mendesah setelah berkata demikian.

Dia masih tidak tahu bahwa orang yang berada di dalam mobil sama sekali bukan Yeni, melainkan kedua manajer dari perusahaan Sarim.

“Ha?” Yeni tersentak kaget setelah mendengarnya, awalnya dia tidak tahu Bastianlah yang mengajaknya, dia bahkan tidak tahu bahwa Bastian berada di sana.

Tetapi sekarang mereka sudah baikan, dia juga tidak menyembunyikan apapun dan menceritakan seluruh kejadian kepada Bastian.

Bastian yang mendengarnya menjadi impulsif dan hampir bangkit duduk di ranjang, matanya terbelalak menatap Yeni:

“Ya ampun, jadi kamu tidak datang!”

Keduanya saling memandang dan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu