Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 167 Bastian Dibawa Pergi

Bastian dan Susanti sedang berbincang di halaman, tiba-tiba mendengar suara bel pintu, lalu Susanti langsung bersiap pergi untuk membuka pintu.

"Tunggu sebentar!" Bastian tiba-tiba mencegahnya dan berkerut alis berkata. "Hanya Patrick yang tahu aku tinggal disini. Ia memiliki kunci rumahku, ia tidak mungkin menekan beli pintu."

"Kamu lihat dulu siapa yang berada di luar sana."

Bastian sangat waspada. Ia takut Raffy yang datang mencarinya.

"Ah, baik..." Susanti mematung sesaat dan jalan ke dekat pintu dengan hati-hati. Ia melihat ke luar melalui lubang pengintip.

Tidak apa-apa jika ia tidak melihatnya dan Susanti seketika merinding setelah melihat itu. Tidak hanya ada orang diluar dan itu dalam jumlah yang banyak. Ada dua orang yang ia kenal, yaitu Raffy dan Nicholas yang ia temukan di rumah sakit.

Susanti menarik nafas dan sibuk berlari ke dalam, berkata dengan suara gemetar.

"Buruk, Kak. Dua orang itu lagi, dua orang yang menghajarmu di rumah sakit."

Raut wajah Bastian seketika berubah. Jika hanya ada Raffy dan Nicholas, mungkin ia bisa mengurusnya, lagipula hanya salah satu kakinya yang terluka dan bagian tubuh yang lain telah pulih.

"Jangan buka pintu! Aku segera hubungi Patrick!"

Bastian tahu kondisi sekarang sangatlah berbahaya. Ia tidak boleh melibatkan Susanti dalam masalah ini lagi.

Ia segera mengeluarkan teleponnya dan menghubungi Patrick. Setelah panggilan terhubung, Bastian dengan serius berkata.

"Patrick, segera bawa orang datang ke rumah. Raffy mereka sudah datang mencariku!"

Mendengar ini, Patrick juga terkejut.

"Baik, aku akan segera datang! Kamu bertahanlah untuk sesaat!"

Bastian berpikir-pikir lagi, lalu berkata kepadanya.

"Aku tidak tahu kapan mereka akan masuk. Jika kamu masuk dan aku sudah dibawa pergi, ingat cek lokasiku dari telepon."

Susanti yang disamping sudah ketakutan dan gemetar, bahkan kali itu hanya ada Raffy dan Nicholas, apalagi dengan kali ini begitu banyak orang.

"Kak, kita harus bagaimana..." tanya Susanti dengan suara gemetar.

Setelah memutuskan panggilan, Bastian sibuk berkata kepada Susanti.

"Jangan takut, Susanti. Kamu sekarang segera keatas dan bersembunyi di suatu tempat. Ingat jangan keluar!"

Meskipun Susanti takut, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Bastian sendiri. Ia berkata dengan sedih.

"Kalau begitu, bagaimana denganmu? Kamu masuklah bersamaku. Kita cari tempat untuk bersembunyi."

Bastian menggertak giginya dan berkata.

"Bagaimana aku bersembunyi? Mereka pasti tahu aku berada di rumah. Entah bagaimanapun mereka mencari, mereka pasti dapat menemukan kita."

"Hanya ada aku disini, mereka menangkapku dan tidak masuk lagi mencarimu."

"Cepat naik keatas!"

Saat ini diluar sana sudah tidak ada suara bel dan pintu terus digedor kencang.

Susanti menangis dan berkata.

"Tidak boleh, kamu akan kehilangan nyawamu. Aku harus bersama denganmu."

Melihat Susanti yang seperti ini, Basrian merasa panik dan kesal. Ia berkata.

"Dengar kata-kataku! Kalaupun aku mati, aku juga tidak boleh membuatmu terluka!"

"Kamu tenang saja, mereka tidak dapat membunuhku. Patrick juga sedang berjalan menuju sini!"

"Berikan teleponmu padaku. Segera naik keatas, kalau kamu tidak melakukannya, aku tidak akan pernah peduli kepadamu!"

Setelah itu, ia langsung merebut telepon milik Susanti dan mendorongnya.

Melihat situasi ini, Susanti hanya bisa menangis sambil berlari ke dalam rumah, lalu segera mencari tempat untuk bersembunyi.

"Bastion sialan, kamu tidak berani keluar? Segera buka pintu! Aku tahu kamu berada didalam sana!"

Saat ini di luar pintu terdengar suara Raffy.

Bastian menarik nafas dan mengambil telepon Susanti, lalu langsung memasukkannya ke dalam perban yang membaluti lukanya.

"Sial..."

Bastian kesakitan hingga keringat dinginnya bercucuran, bahkan urat di keningnya pun menonjol. Telepon genggam itu menyentuh lukanya. Awalnya luka yang mulai memulih kembali, seketika robek lagi.

Tapi ia tetap memasukkan telepon itu secara paksa.

"Raffy, apa yang ingin kamu lakukan?! Kamu menyerbu rumah orang tanpa ijin, apakah kamu ingin mati?!"

Bastian menggertak giginya dan membalas Raffy. Ia ingin mengulur waktu untuk dirinya, hingga Patrick datang menolongnya.

"Bastion, kamu tidak perlu berpura-pura. Apakah kamu takut? Kamu kira kamu tidak buka pintu, aku tidak bisa masuk?"

"Sial, kalian semua masuklah. Kalaupun hari ini ada orang yang lebih hebat datang pun jangan berpikir untuk menolongnya!"

Setelah itu, raut wajah Bastian berubah. Tak lama kemudian, terdengar suara orang masuk dengan panjat dinding.

Hanya perlu dua tiga menit, seketika Bastian dikerumuni dua puluh orang lebih. Orang-orang ini sama sekali tidak terlihat baik. Bastian tahu hari ini menghadapi dengan masalah besar.

"Ada apa? Kamu kira tidak membuka pintu, aku tidak bisa menangkapmu?"

Raffy dan Nicholas muncul dari kerumunan, lalu menyeringai memandang Bastian yang tengah duduk di kursi roda.

"Raffy, apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Ini bukanlah Kota Juragan, ini adalah Kota Tajo!"

"Kamu berani-beraninya melakukan kelakuan jahat kepadaku?"

Bastian mengerutkan dahi sambil memandangnya.

Mendengar ini, Raffy terbahak-bahak. Tanpa banyak cakap, ia langsung menendang dada Bastian.

Bastian meringis pelan, lalu terjatuh ke belakang, bahkan kursi roda pun jungkir balik.

Kakinya yang terluka terbentur ke lantai, sehingga ia kesakitan dan tidak dapat bernafas.

Melihat Bastian yang kesakitan dan begitu menyedihkan, Raffy sangatlah puas. Setelah ia menendang Bastian, ia juga tertawa bahagia.

"Ada apa dengan Kota Tajo? Kota Juragan adalah wilayah keluargaku dan Kota Tajo adalah wilayah Keluarga Xiao."

"Keluargaku dan Keluarga Xiao menjalin hubungan baik. Kamu kira kamu di Kota Tajo, aku tidak berani menyentuhmu? Ada Tuan Muda Keluarga Xiao disini, coba kamu tanya apakah ia berani menyentuhmu atau tidak. Bahkan Paman Willy saja berani menyentuh Perusahaan Ninetop milikmu, apalagi dirimu."

Setelah itu, ia menendang beberapa kali Bastian yang terjatuh di lantai.

Bastian hanya bisa memeluk kepalanya dan menyembunyikan kakinya yang terluka ke belakang, serta menerima tendangan dari Raffy.

"Raffy, jangan banyak cakap dengan bajingan ini, kita langsung bawa pergi saja dirinya. Siapa tahu ia tadi menghubungi orang lain atau tidak untuk menolong dirinya." ujar Nicholas sambil menaruh kedua tangannya ke dalam kantong celana.

Raffy mengangguk dan berkata kepada Hercules.

"Hercules kan? Segera bawa ia pergi dan masukkan ke dalam mobil. Cari suatu tempat yang sepi, aku mau ia tidak dapat meminta tolong kepada siapapun!"

"Baik, Pak Raffy!" ujar Hercules dengan hormat, lalu menyuruh bawahannya untuk membawa Bastian pergi.

Raffy dan Nicholas ikut pergi di belakang mereka. Seperti yang ditebak Bastian, setelah menangkap dirinya pergi, mereka tidak akan mencari lagi ke dalam rumah. Meskipun ia dibawa pergi, tapi setidaknya Susanti tertolong.

Setelah halaman menjadi tenang, Susanti baru turun dari lantai atas.

Saat ia keluar, halaman hanya tersisa kursi roda yang terjatuh di lantai. Sedangkan Bastian telah dibawa pergi oleh mereka.

"Kak!"

Susanti berlutut di lantai, lalu menangis kencang dengan ketakutan dan khawatir.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu