Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 177 Di Hatiku Hanya Ada Seorang

Sarim mengantar Yeni sampai ke gerbang pintu.

Wajah Yeni tampak memerah, melihat Sarim berdiri di gerbang dan tidak masuk, dia berkata dengan canggung:

“Sarim, masuk dan duduk di dalam.”

Sarim tampak bingung dan tidak mau masuk. Dia barusan menggunakan seluruh keberaniannya untuk menyatakan perasaan kepada Yeni, tapi di luar dugaannya dia telah ditolak oleh Yeni.

“Aku ... ... aku tidak masuk, aku masih ada sedikit urusan di kantor.”

“Kamu istirahatlah, ingat untuk minum obat tepat waktu.”

Sarim menahan kesedihan di dalam hatinya, dia memaksakan diri untuk tersenyum kepada Yeni.

Melihat tampang Sarim yang seperti itu, hati Yeni juga merasa tidak nyaman.

Dia lebih tua dua tahun dari Sarim, beberapaa waktu ini, dia juga bisa merasakan perasaan Sarim kepadanya. Tapi dia hanya menganggap Sarim hanya gegabah untuk sesaat saja, karena sekarang dia sedang hamil dan latar belakang Sarim begitu baik, bagaimana mungkin dia benar-benar suka kepadanya.

Berdasarkan kemampuan Sarim, wanita seperti apa yang tidak bisa dia dapatkan?

Mungkin karena masih muda dan hanya gegabah sesaat saja.

Tapi dia tidak menduga, ternyata Sarim mengungkapkan perasaan kepadanya, ini membuat Yeni merasa canggung.

“Sarim ... ... “ Dia memanggil Sarim yang hendak berjalan pergi, dia berkata penuh rasa bersalah:”Sarim, barusan ... ... maaf ... ... “

Yeni meminta maaf kepadanya.

“Tidak perlu minta maaf.” Sarim menggaruk belakang kepalanya dan berkata dengan datar:”Urusan perasaan itu sangat alami, siapa bilang pihak yang menolak harus mengatakan minta maaf.”

“Kamu tidak perlu minta maaf padaku, sebenarnya, aku lumayan suka kepadamu, aku rasa kamu harus dilindungi dan diperhatikan.”

“Aku melakukan semua ini karena aku suka kepadamu, meskipun aku tidak tahu dimulai sejak kapan. Tapi tidak akan menyerah karena kamu menolakku. Yeni, aku tidak akan menyerah. Kamu juga tidak perlu merasa tertekan, mengejar wanita harus menggunakan sedikit usaha.”

Kata-kata Sarim, membuat mata Yeni berair. Dia adalah seorang wanita yang membutuhkan perhatian, Sarim benar-benar membuatnya tersentuh. Tapi tersentuh itu bukan cinta, jika dia bisa menerima cinta orang lain maka dia tidak akan bersikeras melahirkan anak ini, ketika di kota Cumarun seharusnya dia sudah tidak menginginkan anak ini lagi.

“Sarim, kamu jangan buang waktumu untukku.”

Yeni berkata dengan suara serak:

“Kamu adalah tuan muda perusahaan kami dan juga seorang manager, kamu seharusnya punya pilihan yang lebih baik lagi. Aku adalah seorang wanita hamil, aku mengandung anak orang lain di dalam perutku. Jangan bilang orang tuamu tidak setuju bahkan aku sendiri juga keberatan.”

“Kamu baru berusia dua puluhan, kamu masih memiliki masa depan dan kehidupan yang bagus, tidak perlu menyukai wanita sepertiku.”

“Ke depannya ... ... kamu sebaiknya mengurus perusahaan dengan baik, aku tidak bisa menolakmu tapi di sisi lain aku menerima kebaikan dan perhatian darimu, ini tidak adil bagimu. Aku sendiri bisa jaga diriku sendiri.”

Setelah Sarim mendengarnya, matanya memerah tapi dia masih memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata:

“Memangnya kenapa jika hamil, aku tidak peduli, kenapa orang lain harus peduli? Meskipun jika itu orang tuaku, mereka juga tidak bisa mengatur hidupku. Suka ya suka, menyukai seseorang berarti tetap bersamanya dan bertahan sampai akhir, jika menyerah di tengah jalan, apakah itu disebut dengan suka?”

“Kamu tidak perlu merasa tidak adil, aku merasa sangat adil, aku tahu kamu adalah seorang wanita baik, jadi aku merasa apa yang aku lakukan sangat sepadan.”

Melihat Sarim begitu gigih, Yeni sedikit emosional, dia tidak ingin Sarim membuang-buang waktu dengannya.

Sarim masih muda, dia seharusnya memiliki wanita yang lebih baik untuk menemaninya.

“Tapi aku selama ini hanya menganggapmu sebagai teman, aku hanya bersyukur dan tersentuh. Tapi tersentuh itu bukan cinta, aku tidak menyukaimu.”Nada bicara Yeni menjadi sedikit berat, dia berkata dengan suara bergetar:

“Apakah kamu tahu kenapa aku bersikeras melahirkan anak ini, sebenarnya sebelum aku tahu bahwa diriku hamil, ayah dari anak ini sudah putus denganku. Tapi aku mencintainya, aku ingin melahirkan anak ini, hatiku hanya ada dia seorang.”

“Sarim, aku tidak ingin menyakitimu, di hatiku hanya ada ayah anak ini, seumur hidupku hanya ada dia seorang!”

Ucapan ini seperti petir di siang bolong di atas kepala Sarim, Sarim membeku di sana, hatinya berdetak kencang. Dia berpikir hati Yeni sedikit banyak ada dirinya, tapi tidak menyangka, di hati Yeni selama ini hanya ada seorang pria saja.

“Aku ... ... “ Sarim merasa sangat sedih, dia berkata:”Aku tahu, tapi kamu bilang ayah anak ini sudah berkeluarga, ini berarti kalian tidak mungkin bersama lagi.”

Dia menatap Yeni dan berkata dengan penuh perasaan:

“Tapi seumur hidup ini kamu setidaknya harus menikah, kamu setidaknya harus mencari seorang ayah untuk menjaganya dan juga menjagamu.”

“Kenapa orang ini tidak bisa diriku? Kita punya waktu untuk saling memahami satu sama lain.”

“Yeni, aku tidak akan menyerah, aku tidak akan menyerah jika aku sudah memutuskan sesuatu. Kamu istirahatlah, aku ... ... aku ke kantor dulu.”

Setelah selesai mengatakannya, Sarim berlari ke bawah dan pergi.

Dia tidak ingin berada di sini lebih lama lagi bahkan sedetik karena dia takut mendengar Yeni menolaknya lagi.

Setelah Sarim pergi, Yeni membeku untuk waktu yang lama dan menangis.

Dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa mengendalikan emosinya pada waktu itu, dia tidak seharusnya bersama Bastian, maka tidak akan menjadi seperti ini. Tapi di hatinya, dia tidak bisa melupakan Bastian dan tidak bisa melupakan setiap waktu ketika bersama Bastian.

Perasaan semacam itu, meskipun Sarim memperlakukannya dengan baik, dia juga tidak bisa merasakan apa-apa.

……

Di dalam rumah sakit, Susanti membawakan masakan dari restoran.

Melihat Bastian memakannya dengan lahap, ekspresi Susanti sedikit rumit, dia tidak tahu apakah harus memberitahunya masalah tentang dia bertemu dengan Yeni di lantai bawah barusan. Jika dia menyembunyikan dari Bastian, dia merasa tidak benar maka setelah dipikir-pikir, akhirnya dia mengatakannya juga.

“Aku berencana keluar dari rumah sakit dalam dua hari ini, rumah sakit sungguh menderita, aku merasa seluruh badanku tidak enak.” Setelah makan, Bastian berkata.

“Ah?” Setelah Susanti mendengarnya, dia mengerutkan keningnya dan berkata:”Tetapi rumah sakit tidak mengatakan kamu bisa keluar, kamu lebih baik jangan meninggalkan rumah sakit dulu, kamu harus tunggu lukamu sembuh dulu.”

Bastian berkata sambil tersenyum:”Tenang saja, aku tahu tentang tubuhku sendiri, tinggal di rumah sakit lebih baik memulihkan diri di rumah saja, ini tidak ada bedanya.”

Susanti melihat Bastian bersikeras, akhir-akhir ini, tubuhnya pulih dengan baik jadi dia tidak membujuknya lagi.

Dia ragu-ragu sejenak dan bertanya:

“Kakak, apakah kamu ... ... benar-benar tidak berencana pergi mencari Yeni lagi?”

Pertanyaan ini membuat Bastian tertegun, dia menghela napas dan berkata:

“Tidak, dia sudah ada pacar, buat apa aku masih mencarinya lagi. Lagipula dia tidak bersalah kepadaku, aku yang bersalah kepadanya. Dia bisa menemukan kebahagiaannya sendiri, aku seharusnya merasa bahagia untuknya, hanya saja aku tidak mengerti, kenapa dia tidak menggugurkan anaknya dan bersikeras melahirkan anak itu.”

Bastian perlahan-lahan mengerutkan keningnya, berkata sambil menggelengkan kepalanya:

“Jadi ketika anaknya lahir, aku masih harus bertanggung jawab sebagai ayah anak itu. Aku akan mencarinya nanti, karena sekarang aku berjalan saja masih harus dipapah oleh orang.”

Setelah Susanti melihat Bastian benar-benar sudah melepaskan Yeni, hatinya juga merasa senang, dia mengangguk dan berkata:

“Aku mendukungmu, kamu adalah orang yang bertanggungjawab, anakmu kelak harus menganggapku sebagai ibu angkat.”

Bastian tertawa dan berkata:”Baik, jadi ibu angkat anakku.”

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu, dia mengerutkan keningnya.

Susanti melihatnya dan buru-buru bertanya:

“Ada apa kak?”

Bastian berkata:

“Aku sedang memikirkan siapa pria itu yang kamu lihat di restoran bersama Yeni dan aku menyuruhmu membuka video untukku.”

“Aku rasa aku pernah melihat pria itu di suatu tempat.”

Setelah Susanti mendengarnya, matanya berkedut:”Kamu pernah melihatnya?”

Bastian mengerutkan keningnya dalam-dalam dan berkata:

“Aku yakin pernah melihatnya, tapi waktu itu jarakmu terlalu jauh dan ponselnya bergoyang dengan hebat. Jadi aku tidak melihatnya dengan jelas dan aku tidak bisa mengingatnya.”

“Tapi aku bisa pastikan bahwa orang itu pernah berhubungan denganku, tapi tidak begitu akrab jadi tidak terlalu ingat siapa dia.”

Susanti tidak ingin Bastian terus memikirkan masalah ini, dia membujuknya:

“Kalau begitu jangan dipikirkan lagi, lagipula kamu tidak berencana mencari Yeni lagi, maka lupakan saja masalah ini.”

Setelah Bastian mendengarnya, dia menghela napas dan berkata:

“Baiklah, kalau begitu aku tidak akan memikirkannya lagi, biarkan saja.”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu