Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 309 Serangan

“Kamu... Kenapa kamu melakukan ini kepadaku?”

Sebuah pisau tertancap di Unggung Bastian, mungkin kekuatan yang dimiliki oleh seseorang yang menusuknya tidak cukup kuat, jika itu adalah seorang laki laki, mungkin Bastian saat ini sudah tidak bisa memiliki kesempatan untuk berkata kata lagi.

Dia memalingkan tubuhnya, bahkan menatap Susanti dengan gemetaran, dia adalah perempuan yang selalu dianggap sebagai adik nya sendiri.

Dia tidak mengerti kenapa Susanti malah menusukan pisau di punggungnya.

Tatapan kedua mata Bastian penuh kekecewaan dan kemarahan.

“Kak....” Bahkan Susanti sangat terkejut hingga tubuhnya gemetaran, ketakutannya jauh lebih meningkat dibandingkan sebelumnya, dia semakin terisak, berlutut di depan Bastian kemudian mengatakan:

“Maaf, maafkan aku, orang tua aku dan adikku diculik. Dia ingin aku membunuhmu agar bisa melepaskan mereka. Jika aku tidak melakukan ini maka mereka semua akan mati.”

“Maaf, maafkan aku!”

Di tangannya masih menggenggam pisau yang berlumuran darah Bastian, “klaang!” terjatuh di tanah begitu saja. Dalam hatinya penuh rasa sakit dan juga kebencian. Laki laki yang berada di depannya ini adalah laki laki yang paling dicintai oleh nya, laki laki yang paling dirindukan oleh nya, jika bukan karena keluarganya yang berada di tangan mereka, maka dia tidak akan menusuk Bastian seperti ini.

“Kamu.... benar benar....”

Bastian yang mendengar itu langsung mundur beberapa langkah ke belakang, dia mencoba untuk menahan tubuhnya.

Pisau itu sudah menusuk ke dalam tubuhnya, bahkan kemarahan yang Bastian ingin luapkan malah darah lah yang keluar dari mulutnya, dia mulai terbatuk. Mulutnya sudah penuh dengan darah, bahkan kesadarannya sudah mulai menghilang.

“Kak!”

Susanti yang melihat keadaan ini langsung mendekat ke arah Bastian, dia mencoba untuk memapahnya.

Pada saat ini, Bastian sudah bisa merasakan jika di sekelilingnya sudah penuh dengan aura pembunuhan.

Aura itu muncul dari sekitarnya yang berjarak sekitar 8 meter, mencoba mengincar Bastian.

“Cepat naik ke mobil!”

Bastian berteriak sambil menarik Susanti.

Belum sempat dia mendekati mobil, kemudian ada sebilah pisau yang terarah kepada nya. Bastian mengernyit, mendorong Santi masuk ke dalam mobil, dia berusaha sendirian mencoba menghindari senjata yang diarahkan kepadanya.

Pergerakan yang berlebihan membuat darahnya tidak berhenti keluar, bahkan darah yang keluar dari mulutnya tidak kunjung berhenti.

Susanti didorong oleh Bastianke dekat mobil, dia bersandar pada mobil dengan tubuh gemetaran, dia sudah dikejutkan oleh pemandangan yang baru saja dia lihat.

Entah segerombolan orang berpakaian hitam yang muncul dari mana, di tangan mereka memegang sebilah pisau yang diarahkan kepada Bastian.

Bastian masih berguling di tanah ke sana kemari untuk menghindar, tiba tiba dia memiliki kesempatan menggunakan kakinya untuk menghadang pergerakan laki laki berbaju hitam itu, membuatnya tersungkur di atas tanah.

Ekspresi di wajah orang itu langsung berubah, belum sempat dia memberikan reaksi, pisau yang ada di tangannya sudah direbut oleh Bastian.

Bastian tidak mengatakan apapun, beberapa kali dia menusukan pisau itu ke pinggang laki laki berbaju hitam, dia melakukannya dengan ganas, tidak lama kemudian dia memberikan tikaman terakhir kepada tubuh laki laki itu.

Dia tidak memiliki waktu untuk bertanya mengenai siapa yang mengirim mereka, karena pada saat ini dari segala arah muncul belasan laki laki berbaju hitam.

“Habisi dia!”

Yang berada di barisan paling depan mengenakan setelan jas, terlihat jelas dari perawakannya jika dia adalah laki laki, mungkin dia adalah pemimpin dari mereka semua. Setelah dia keluar, tatapan matanya tertuju kepada Bastian, begitu laki laki itu melambaikan tangannya, pembunuh yang lainnya langsung muncul, bahkan belasan orang sudah mengerumuni Bastian.

Susanti terdiam tidak berdaya, dia menatap semua ini dengan penuh keputusasaan.

Dia tahu jika Bastian tidak akan selamat kali ini, begitu banyak pembunuh, Bastian pasti tidak bisa bertahan. Dia tidak ingin Bastian mati, tetapi jika Bastian tidak mati, maka keluarganya lah yang akan mati.

“Maaf, tunggu hingga orang tua aku dan adikku terselamatkan, aku akan menemanimu.”

Susanti meringkuk di samping mobil, air matanya tidak berhenti mengalir.

Tapi dia tidak menyangka, bahkan pemimpin yang menggunakan setelan jas itu juga tidak menyangka jika Bastian tidaklah seperti seorang pimpinan dari sebuah perusahaan yang lemah, di bawah serangan dari belasan orang, ternyata dia berhasil membunuh dua anak buahnya, pisau yang dia dapatkan, dia berhasil menggoreskannya dileher kedua bawahannya, begitu pisau itu ditarik, darah langsung tercecer keluar.

“Aku sendiri lah yang menentukan takdir untuk hidupku, jangan harap kalian bisa membunuhku!”

Bastian berdiri ditengah kerumunan banyak orang, dia terlihat seperti monster yang berlumuran darah, bahkan terlihat seperti seorang pembunuh dibanding pembunuh yang sebenarnya. Ternyata dia berani melakukan serangan, tidak mempedulikan apapun, bahkan mengabaikan nyawanya untuk menyerang mereka semua.

Pada saat ini kekuatan para pembunuh itu sudah melemah. Meskipun Bastian sudah terluka, tetapi dia begitu kekeh, memaksa semua orang ini untuk mundur.

Bastian menangkap satu pembunuh bayaran itu, tangan yang memegang pisau dia goreskan ke lehernya, terlihat orang itu masih bernapas, kemudian dia kembali menusukan nya lebih dalam di jantungnya. Bahkan jika ada dokter terhebat di dunia pun, dia tidak akan bisa menyelamatkan nyawa orang itu dengan jantung yang sudah remuk.

Setelah itu, Bastian mengandalkan pisau satu-satunya yang menjadi senjata nya, mengangkat tubuh salah satu pembunuh yang sudah berhasil dia bunuh untuk menjadi tameng dari serangan yang diarahkan kepadanya. Pisau dari pembunuh itu sudah tergores di tubuh rekan mereka sendiri, hingga membuatnya menjadi hancur.

“Matilah kalian semua.”

Bastian berteriak sambil mengeluarkan pisau dari jantung orang itu, kemudian menyerang leher dua orang di depannya. Serangannya masih belum cukup, dia bahkan melayangkan tendangannya kepada orang ketiga yang berdiri di depannya.

Bastian seperti seekor harimau yang sedang mengamuk menghadapi musuhnya, meskipun tubuhnya sudah memar dan terluka karena banyaknya tusukan yang dia terima , tapi dia masih saja bergelut tidak kenal menyerah.

Pembunuh yang sudah tergores pisau di lehernya langsung menjatuhkan senjata di tangannya, kedua tangannya sibuk menahan darah yang mengalir di lehernya, tubuhnya mulai tidak berdaya. Tidak lama kemudian mereka terjatuh diatas tanah, terbaring tidak berdaya.

Laki laki berpakaian jas yang melihat pertempuran ini dari kejauhan langsung tercengang, tatapan kedua matanya menunjukkan kegelisahan.

“Ternyata dia.... sangat hebat....”

Laki laki berpakaian jas menelan ludahnya dengan susah payah, dia pikir belasan pembunuh ini bisa menghentikan Bastian, tapi tidak disangka jika Bastian yang sudah tertusuk pisau Susanti sebelumnya masih bisa melakukan perlawanan, bahkan dia sudah berhasil membunuh 7 hingga 8 orang.

Dia berkata kepada HT miliknya, memberikan perintah dengan cemas:

“Tim 2 ! Tim 2 segera bersiap! Bersiap melakukan penyerangan!”

Pembunuh yang tersisa saat ini benar benar dikejutkan oleh kekuatan Bastian, melihat banyaknya rekan mereka yang sudah terbunuh membuat mereka tidak berani menyerang lagi.Mereka harus memainkan strategi mereka dan mulai mencecar Susanti yang sedang berada di samping mobil.

Mereka semua benar benar pintar, mereka menangkap Susanti terlebih dahulu agar Bastian berbuat kesalahan.Saat ini semua pembunuh yang tersisa sudah berkumpul mengerumuni Susanti.

“Berhenti!”

Bastian langsung membelalakkan kedua matanya karena marah, melemparkan pisau di tangannya begitu saja, kemudian mendekat ke arah Susanti.

Pisau itu tertusuk tepat mengenai leher pembunuh, bahkan membuatnya terjatuh di atas mobil.

Bastian langsung mendekat ke depan Susanti berusaha untuk melindungi nya, saat dia akan menarik kembali pisau di leher orang itu, tiba tiba para pembunuh yang lain sudah berada di depannya, langsung saja menusukan pisau ke bagian tubuh Bastian.

“Uhuukk!”

Dari mulutnya keluar semburan darah, kali ini Bastian sudah tidak bisa menahannya lagi.

Dia mencoba menahan pisau yang sudah menusuk dadanya, menahannya agar tidak masuk lebih dalam ke dalam tubuhnya, melukai jantungnya. Bahkan tangan kirinya yang dia gunakan untuk menahan pisau itu sudah berlumuran darah.

Saat ini, dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk melakukan perlawanan.

Tiba tiba sebuah pisau tertusuk tepat di jantung Bastian.

Tapi jarak pisau dari jantungnya mungkin masih sekitar satu sentimeter, belum tepat mengenai jantungnya.

Bastian memalingkan kepalanya menatap Susanti.

Ternyata pisau ini ditahan oleh Susanti. Kedua tangan putihnya berlumuran darah, ketakutan terlihat jelas di wajahnya, saat ini dia juga menunjukkan ekspresi penuh dengan rasa sakit.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu