Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 162 Bertemu lagi dengan Raffy

Bastian yang langsung dibawakan ke rumah sakit, tersadar kembali dengan cepat. Ia baik-baik saja, kakinya juga tidak patah, tapi kaki kanannya terluka.

Untung tubuhnya cukup kuat dan sering melatih diri, serta memiliki tulang yang kuat. Tapi masih saja karena tabrakan yang kuat, sehingga tulang betis kaki kanannya terluka, jadi ia setidaknya harus berbaring di ranjang selama sebulan. Setelah sebulan ini, ia juga tidak boleh melakukan aktivitas olahraga berat.

"Dok, kakakku baik-baik saja kan?"

Di dalam ruang rawat inap ada Susanti yang bertanya dengan khawatir.

Ia tadi sudah dibuat takut dan menangis sejalan. Untung saja Bastian baik-baik saja.

"Tak apa-apa, tapi ia pasti harus berbaring di ranjang selama sebulan. Sebulan ini ia hanya bisa menggunakan kursi roda."

"Rumah sakit kita kebetulan ada seorang dokter spesialis tulang yang cukup terkenal dalam negeri. Nanti aku akan membiarkan dokter itu datang memeriksanya."

Ujar dokter yang memakai jas putihnya.

Mendengar ini, Susanti baru bisa menghela nafasnya.

"Terima kasih, dok."

Setelah dokter pergi, Susanti baru berjalan sambil memandang Bastian yang memasang wajah pucat dan mata kosong, lalu ia tidak tahan untuk menangis lagi.

"Kamu sungguh menakutkan. Semua salahku. Kalau aku tahu, aku pasti tidak akan menghubungimu."

Susanti masuk ke dalam pelukan Bastian, sambil menyalahkan dirinya dengan tangisannya dan perasaan bersalah.

Kedua mata kosong Bastian menatap kearah atap dan berceloteh.

"Bukan salahmu. Untung ada kecelakaan kali ini..."

Ucapan Bastian seketika membuat Susanti tercengang. Ia mengangkat kepalanya dan bertanya kepada Bastian.

"Mengapa kamu merasa untung setelah ditabrak? Untung saja kamu tidak ada apa-apa, kalau tidak aku..."

Setelah itu, wajah Susanti memerah. Jika Bastian terjadi sesuatu, ia pasti akan sangat sedih.

"Sepertinya sudah ditakdirkan, bahkan Tuhan pun mencegahku untuk bertemu dengannya." Bastian berkata tanpa memasang ekspresi. "Mungkin aku memang tidak perlu menganggunya. Kita berdua bersama juga salah. Kalau salah, mengapa aku harus terus mencari dirinya?"

"Ia sudah memiliki kekasih baru. Untuk apa aku harus bertemu lagi dengannya? Mwmbuatnya malu dan membuatku sedih."

"Aku hanya bingung, jika ia sudah memiliki kekasih baru, mengapa ia tidak menggugurkan anaknya saja?"

Mendengar ucapan Bastian, Susanti bisa melihat bahwa Bastian sangat sedih. Melihat Bastian yang murung, ia pun ikutan murung. Ia menghiburnya.

"Kalau begitu, jangan cari ia lagi. Ia tidak menggugurkan anaknya, mungkin karena baik hati, tidak rela membiarkan nyawa kecil pergi begitu saja."

"Kalau ia sudah memiliki kekasih baru, kamu seharusnya melupakan masa lalu kamu dengannya, lalu mulai menjalani kehidupanmu."

Mendengar ini, mata Bastian meneteskan dua air mata dan bertanya.

"Lalu bagaimana dengan anaknya? Anak itu milikku, aku boleh tidak peduli kepadanya, tapi apakah aku tidak boleh tidak peduli kepada anakku?

Susanti berkata.

"Anak itu tidak bersalah, kalian boleh membesarkannya bersama. Tapi kalau sekarang ia tidak ingin menemuimu, kamu jangan memikirkannya lagi. Tunggu ia sudah tidak kesal, kamu baru pergi cari ia lagi. Saat itu kalian boleh duduk bersama dan membahas masalah anak kalian."

Bastian mengangguk, lalu tiba-tiba memeluk Susanti dan berkata.

"Terima kasih!"

Hati Susanti bergetar pelan, berada di dalam pelukan Bastian, merasakan suhu tubuhnya dan detak jantungnya. Ia sangat suka rasa dipeluk oleh Bastian, sangat hangat dan aman.

"Tidak perlu berterima kasih, kita adalah kakak adik. Entah apapun yang kamu pilih, aku akan terus menemanimu." Tatapan Susanti menjadi lembut dan berkata.

Saat ini, ada seorang polisi dengan setelan polisi lalu lintas masuk ke dalam. Ia mengetuk pelan pintu kamar.

Susanti langsung berdiri dan bertanya wajahnya yang memerah.

"Halo, Pak. Apakah ada sesuatu?"

Polisi lalu lintas itu memberi selembar kertas pembagian penanggung masalah, lalu berkata kepada Bastian.

"Kamu berani juga! Bahkan langsung menyebrang di perempatan saat lampu merah, sehingga supirnya takut dan menangis."

Bastian memandang kearahnya dan berkata.

"Maaf telah merepotkan kalian. Ini adalah salahku, mohon bapak beritahu supir itu bahwa aku sendiri yang akan membayar biaya rumah sakit. Jika mobilnya ada kerusakan, aku akan membayarnya untuk biaya reparasi."

Polisi lalu lintas itu mengangguk.

"Baik, sebenarnya di kertas ini juga tertera namamu untuk tanggung jawab atas kasus ini. Kamu cukup tahu diri. Baiklah kalau begitu."

"Oh iya, kamu masih ada kertas tilang, boleh membayarnya setelah keluar dari rumah sakit."

"Rawatlah baik-baik lukamu."

Selanjutnya, setelah Susanti membantu Bastian tanda tangan di kertas itu, polisi lalu lintas pergi.

"Istirahat dulu, Kak. Aku pergi lihat kapan dokter spesialis itu datang." ujar Susanti.

"Baik, terima kasih." Bastian tersenyum paksa.

......

"Raffy, kakimu dipukul seperti ini, sebenarnya siapa yang melakukan ini?"

Saat ini di luar pintu departemen ortopedi, ada dua orang lelaki yang sedang duduk. Salah satunya menggunakan tongkat, kebetulan adalah Raffy yang kakinya dipatahkan oleh Bastian di Kota Juragan.

"Jangan diungkit lagi. Ia itu sudah gila. Tunggu kakiku pulih, aku akan membalas dendam kepada orang itu."

Raffy berkata dengan wajah kesal.

"Untung saja Ayahku membawaku ke luar negeri untuk pengobatan sebulan dan kakiku tertolong kembali. Ayahku bilang negara kita ada seorang dokter spesialis tulang yang terkenal akan menetap di Kota Tajo selama sebulan, jadi ia menyuruhku untuk diperiksa olehnya dan aku datang."

"Nicholas, mungkin aku harus tinggal di rumahmu dan merepotkanmu untuk beberapa hari."

Pria muda yang duduk disampingnya kebetulan adalah Nicholas, Tuan Muda Besar Keluarga Xiao. Keluarga Xiao merupakan keluarga besar di Kota Tajo. Perusahaan milik Keluarga Xiao berada di peringkat ke sepuluh dari seluruh perusahaan Kota Tajo, merupakan perusahaan besar yang sesungguhnya.

Ayah Nicholas alias Willy Xiao, tahun ini juga menduduki posisi orang terkaya di Kota Tajo.

Kota Tajo juga tidak kecil. Meskipun tidak sebanding dengan Kota Juragan maupun Kota Jilista, tapi bisa menduduki orang terkaya Kota Tajo, juga bukanlah hal mudah.

"Tidak repot kok, kamu terlalu sungkan. Tidak hanya hubungan antar dua keluarga, Ayahmu dan Ayahku adalah sahabat, kita berdua juga bermain bersama sejak kecil. Mau kamu tinggal beberapa hari, ataupun setiap hari datang, Ayah Ibu pasti sangat senang." ujar Nicholas sambil merangkul bahunya, terlihat jelas hubungan mereka sangat dekat.

Raffy tertawa dan bertanya.

"Paman Willy tahun ini masuk dalam peringkat orang kaya Kota Tajo kan? Bisnisnya semakin besar, mungkin Kota Tajo lama-lama akan menjadi miliknya."

Mendengar ini, Nicholas tersenyum berkata.

"Kamu terlalu bangga kepada Ayahku. Ia sudah menggunakan selama hidupnya untuk mencapai posisi ini. Ayahmu baru hebat, bisa membesarkan bisnis di Kota Juragan, itu baru namanya keren. Aku dengar Keluarga Ye dari empat keluarga besar bangkrut. Keluarga Cui kalian pasti bisa menjadi salah satu dari empat keluarga besar."

Mereka berdua sedang berbincang ria dan Susanti berjalan kesana, sambil memandang ke dalam pintu, lalu melihat dokter spesialis tulang itu sedang menerima pasien lain dan hanya bisa menunggu di lorong.

Ia berjalan dan duduk di samping Raffy. Raffy dan Nicholas seketika terdiam melihat ada wanita lucu duduk di dekat mereka.

Susanti tidak seksi seperti Siska, juga tidak dewasa seperti karyawan umum dalam kantor. Ia termasuk wanita yang tipe lucu dan juga cantik.

"Hai cantik, kamu juga datang periksa disini? Dimana kamu terluka?" Raffy tertawa dan mulai berbicara kepada Susanti.

Susanti mematung dan membalasnya sopan.

"Aku tidak terluka, Kakakku yang kecelakaan. Aku datang kesini untuk membawa dokter spesialis tulang, melihat luka Kakakku."

Raffy mengangguk pelan mendengar ini. Pandangannya tak pernah teralihkan dari Susanti. Ia tertawa dan berkata.

"Aku Raffy Cui, berasal dari Kota Juragan sana. Mari kita berteman, bagaimana kalau saling menambah teman di aplikasi obrolan?"

Mau sebodoh apa, Susanti pun tahu bahwa Raffy sedang mendekatinya, tapi ia sama sekali tidak tertarik dan hanya bisa menolak halus.

"Maaf, aku tidak membawa telepon dan aku juga lupa nomor pengguna aplikasiku."

Melihat ini, Raffy menatap Susanti dan semakin tertarik kepadanya.

Nicholas melihat Raffy tertarik kepada Susanti dan berkata.

"Hai cantik, dimana kamu bekerja? Temanku ini adalah Tuan Muda Besar Keluarga Cui dari Kota Juragan, apakah kamu tahu itu? Entah berapa banyak Nona Muda yang ingin berteman dengannya pun tidak ada kesempatan."

"Kalau kamu ingin berteman dengan temanku, kamu tidak perlu bekerja lagi, apakah kamu mengetahui itu?"

Mendengar ini, hati Susanti muncul rasa tolak yang kuat, bahkan rasa jijik.

"Maaf, aku tidka tertarik. Mohon kalian jaga sikap!" ujarnya tidak senang.

Ucapan ini membuat Nicholas marah, lalu ia mengerutkan dahi dan berkata.

"Hei, kamu ini sungguh..."

Baru saja ia berkata, tiba-tiba pasien di dalam ruangan dokter spesialis itu keluar dan perawat bertanya.

"Pasien selanjutnya sudah boleh masuk. Siapa dulu?"

Nicholas baru saja ingin membawa Raffy masuk, lalu Raffy tersenyum berkata.

"Biarkan Nona ini masuk dulu. Kakaknya kecelakaan dan lukanya lebih berat dariku."

Susanti terdiam dan berkata.

"Tidak perlu, kalian dulu saja. Aku masih boleh menunggu sesaat."

Ia sama sekali tidak ingin menerima kebaikan mereka, agar Raffy mereka boleh terus menganggunya.

Perawat agak kesusahan dan dengan canggung bertanya.

"Lebih baik kalian membahasnya dulu, siapa yang mau masuk dulu?"

Raffy masih menetap pada pikirannya dan membiarkan Susanti terlebih dahulu. Akhirnya Susanti tidak bisa mengelak lagi dan masuk terlebih dahulu. Setelah menjelaskan kondisinya, ia membawa dokter itu ke ruang rawat inap milik Bastian.

Raffy dan Nicholas mengikutinya dari belakang. Nicholas tidak tahan dan berkata.

"Raffy, ada apa baiknya dari wanita itu? Kamu menyukainya? Di Kota Tajo ini ada banyak wanita cantik, mengapa harus menghabiskan banyak waktu pada dirinya?"

Mendengar ini, Raffy terkekeh pelan dan berkata.

"Aku terlalu bosan. Kamu tahu aku sudah tidak pernah menyentuh wanita sejak kakiku patah. Aku sudah menahannya dua bulan."

"Aku tidak percaya kalau aku tidak bisa mendapatkan wanita biasa sepertinya. Hari ini aku harus mendapatkannya."

Ia dan Nicholas mengikuti langkah Susanti, hingga di depan pintu ruang milik Bastian. Saat melihat Bastian yang terbaring di ranjang, ia seketika terdiam.

Bastian juga melihat dirinya. Mata mereka saling berkontak dan saling menatap tak percaya.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu