Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 387 Mengapa Kamu juga Bisa kungfu Hung Ga?

Saat melihat Jansen berlutut, Bastian masih saja tidak merasa puas.

"Bagus, tapi aku lihat kamu sepertinya tidak begitu senang. Kamu pergi dan beri sebuah tamparan kepada wanita itu."

"Aku paling benci dengan wanita yang tidak setia."

Bastian menatap Jansen dalam, sambil melirik kearah istri Juvenal yang berada di atas ranjang.

"J-jangan..."

Istri Juvenal menggelengkan kepalanya dengan panik setelah melihat Jansen meringis pelan saat mengangkat kepalanya.

Tanpa banyak cakap, Jansen langsung berjalan ke hadapan istri Juvenal dan memberi tamparan keras kepadanya.

"Prak!!"

Suara tamparan ini sangatlah nyaring. Jansen menoleh kearah Bastian.

"Apakah kamu sudah puas?"

Bastian menggelengkan kepalanya. "Ini sikapmu saat berbicara denganku? Aku tidak terlalu puas."

Jansen menarik nafas, kedua bola matanya telah memerah. Tapi ia masih menahan amarahnya, lalu menundukkan kepalanya lagi dan menggunakan nada bicara yang lebih tulus berkata.

"Apakah... Anda sudah puas?"

"Sangat baik, aku sangat puas. Tunggu perintahku yang selanjutnya. Jangan bermain denganku. Kalau tidak, aku akan tidak senang."

Setelah itu, Bastian berbalik badan lagi dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu! Aku sudah mematuhi semua keinginanmu, bagaimana dengan rekaman? Apakah kamu tidak menghapuskan rekamannya?" Jansen memanggil lagi Bastian.

Bastian menoleh lagi dan menatap cuek kearah Jansen.

"Kamu sekarang hanyalah seekor anjing yang harus mematuhi perintahku. Apakah aku butuh kamu untuk memberitahu apa yang harus kulakukan selanjutnya?"

"Sebagai seekor anjing, seharusnya memiliki kesadaran sebagai anjing, Tapi kamu tenang saja. Aku tidak pernah memelihara anjing yang tidak berguna, jadi untuk sementara, Juvenal tidak akan menonton rekaman ini. Tapi jika suatu hari kamu melakukan sesuatu yang membuatku tidak puas, belum tentu aku tidak melakukannya."

Bastian tersenyum sinis, lalu meninggalkan rumah ini bersama Thomas dengan cepat.

"Bajingan! Bajingan!"

Setelah kepergian Bastian, Jansen berteriak kesal. Ia membuang semua apa yang ia temukan. Setelah melampiaskan semua amarahnya, ia menarik nafas dengan cepat dan berkata.

"Aku tidak peduli siapa dirimu, aku mau kamu mati dengan tersiksa!"

"Jansen, bagaimana dengan kita sekarang?"

Istri Juvenal menatap kearah Jansen dengan khawatir dan bertanya.

"Ia sudah merekam video kita berdua. Jika Ayahmu menonton rekaman itu, maka kita berdua akan mati!"

"Kamu tidak bilang, aku juga tahu!" Jansen menepuk meja kasar, lalu berkata dengan tatapan yang penuh kekesalan. "Kamu tenang saja. Orang itu tidak akan hidup hingga malam hari ini! Aku akan membuatnya tidak bisa pergi dari Kota Depok!"

Setelah itu, ia berjalan ke setumpuk pakaian dan mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang.

"Sky, nanti ada dua orang yang keluar dari distrik perumahan ini. Kedua orang itu..."

"Aku mau kamu mencari tempat yang sepi dan terpencil, lalu patahkan kaki tangan mereka dan bawakan mereka ke hadapanku."

Setelah memutuskan panggilan, Jansen langsung menghubungi seseorang lagi.

Setelah memberi tahu perintahnya, Jansen baru bisa menghela nafas.

Bagi ia, malam ini adalah malam yang penuh penghinaan, merupakan malam yang tertekan.

Sejak kecil di Geng Cahaya, ia adalah anak kesayangan Juvenal, merupakan Tuan Muda Besar yang dihormati orang-orang. Sejak kapan ia pernah dihina seperti itu?

"Jansen, kamu hanya menyuruh dua orang untuk melawan mereka? Pengawasan disini saja begitu ketat dan mereka berdua bisa masuk begitu mudah. Apakah kedua orang itu bisa melawan mereka?"

Mendengar Jansen hanya menyuruh dua orang untuk melawan Bastian, istri Juvenal memang agak khawatir.

"Tenang saja! Sky dan Dicky adalah orang terjago di dalam Geng Cahaya kita, bahkan Petua Gu dan Petua Xi tidak bisa mengalahkan mereka."

"Dengar Ayahku bilang, mereka berdua merupakan tentara terbaik di dalam pasukan khusus. Melawan dua anak muda tadi itu merupakan hal mudah bagi mereka."

Ujar Jansen dengan yakin.

"Baiklah kalau begitu."

Mendengar penjelasan Jansen, istri Juvenal seketika kembali tenang.

Setelah itu, ia langsung turun dari ranjang dengan tubuhnya yang telanjang. Ia berjalan ke hadapan Jansen, lalu langsung berlutut.

"Jangan marah lagi. Tunggu kedua bajingan itu tertangkap, kita harus menyiksa dan membunuh mereka. Sekarang aku bantu kamu melampiaskan amarahmu dulu."

"Oh!"

Rasa hangat yang tiba-tiba menerjang tubuhnya. Jansen mengejap matanya dan mengangkat kepalanya, lalu mengeluarkan desahan yang puas. Ia berceloteh.

"Maaf, aku tadi juga terpaksa untuk menamparmu."

......

Hari sudah menggelap.

Bastian dan Thomas sedang berjalan di dekat taman setelah keluar dari rumah itu, lalu mereka menemukan dua orang yang berpostur tubuh kuat yang berdiri di depan jalan sana dalam malam yang gelap dan hening ini.

Dalam kegelapan, Bastian dan Thomas bisa merasakan kedua orang itu yang tidak bersahabat dan kejam, sehingga mereka juga menghentikan langkahnya.

"Jangan berpura-pura di malam hari gini. Orang baik jangan menghalangi jalan orang. Pergilah jika kamu tidak ingin mati!"

Thomas sangat gagah dan berani. Ia sama sekali tidak menganggap kedua orang itu. Ia berkata sambil menaruh kedua tangannya di dalam kantong celana.

"Tuan Muda memberi perintah kepada kita, agar kita untuk mematahkan tangan kaki kalian dan membawa kalian kepadanya."

Dalam kegelapan, salah satu bayangan orang itu berbicara.

Baru saja selesai berbicara, tiba-tiba kedua orang di sana mendekat. Gerakan yang lincah, bagaikan dua lintas cahaya langsung menyinari Bastian dan Thomas.

Mereka berdua langsung bangun dan menghindari kedua pisau itu.

Bastian menunjukkan tatapan kesal dan ingin berlari mendekati dengan pisau yang disimpan di lengan pakaiannya. Sedangkan Thomas menjulur tangan untuk menahannya dan berkata.

"Jangan pergi, sial! Kamu anggap kata-kataku itu sebagai candaan ya!"

Setelah itu, Thomas langsung maju dan berkelahi dengan kedua orang tanpa senjata.

Bastian menonton dalam diam di tempatnya. Ia tidak akan pernah khawatir apakah Thomas bisa melawan musuhnya. Ia hanya khawatir apakah Thomas bisa menghajar terlalu kuat sehingga musuhnya mati.

Thomas tidak membuatnya kecewa. Setiap gerakan yang ia keluarkan memberikan kekuatan yang menakjubkan. Kedua orang ini juga terlihat seperti orang jago yang tak terlawan, bahkan tidak pernah menyentuh pakaian Thomas, apalagi melukainya.

Tapi Bastian cukup terkejut. Biasanya tak perlu semenit, bahkan setengah menit saja, gerakan Thomas sudah bisa membuat musuh tidak tahan. Sedangkan kedua orang itu dihajar Thomas hingga mundur beberapa langkah, tapi masih belum jatuh lelah dan terus berkelahi dengan Thomas.

"Orang jago nih..." celoteh Bastian.

"Itu adalah Kungfu Hung Ga!"

Tiba-tiba kedua orang itu meracau tidak jelas dan memasang wajah penuh kejutan.

"Siapakah kamu? Mengapa kamu bisa Kungfu Hung Ga?"

Setelah salah satu orang mundur karena dihajar, ia memegang dadanya dan bertanya dengan ekspresi kesakitan.

"Aku Ayahmu!"

Ucapan Thomas mengejutkan orang-orang, lalu mengeluarkan kepalannya, seketika orang yang satu lagi mundur beberapa langkah. Kakinya yang lincah langsung menendang orang yang bertanya hingga terjatuh ke lantai. Setelah itu, kakinya pun terinjak di lehernya.

"Kretak!"

Tak hanya leher, bahkan kaki Thomas bisa menginjak patah lutut seseorang. Orang itu langsung tewas di tempat.

Orang yang satu lagi memandang takut kearah Thomas, lalu tubuhnya yang lemas terus berusaha mundur ke belakang.

"Thomas, jangan bunuh ia dulu!"

Bastian langsung membuka mulut untuk memberhentikan Thomas, sambil berjalan mendekatinya.

"Mengapa kalian berdua juga bisa Hung Ga? Siapa yang mengajari kalian?"

Tanya Thomas sambil memasang wajah mengerikan.

Orang itu kira-kira berusia empat puluh tahun, merupakan seorang pria paruh baya.

"Thomas, dilihat dari keterampilan mereka, sepertinya mereka berasal dari pasukan militer. Apalagi mereka bisa Hung Ga, apakah mereka adalah murid yang pernah diajar Guru?" Bastian juga menyadarinya, lalu berkata.

"Benar! Benar, aku memang berasal dari dalam pasukan militer. Mohon jangan bunuh aku! Aku hanya sedang menjalankan perintah!"

Ujar pria paruh baya itu dengan cepat.

"Kamu berasal dari pasukan militer mana?" tanya Thomas sambil mengerutkan dahi.

"Pasukan militer kelima!" Orang itu tidak berani ragu dan langsung mengatakannya.

Mendengar ini, mata Thomas dan Bastian membelalak.

Pasukan militer kelima merupakan pasukan inti. Anggota pasukan itu merupakan pasukan khusus. Sedangkan Instruktor mereka bukanlah orang lain, melainkan Raphael.

"Siapakah nama Instruktor kalian?" Thomas tanya lagi kepadanya,

"Raphael, namanya Raphael!" Orang itu sibuk berkata, "Kamu tadi juga menggunakan Hung Ga. Kita berasal dari aliran yang sama. Mohon lepaskan aku! Aku masih ada istri dan anak."

Thomas seketika tersenyum sinis.

"Kamu tahu siapakah Raphael itu? Ia adalah Kakek Kandungku."

"Dasar bodoh! Setelah keluar dari pasukan, berani-beraninya melakukan hal ilegal. Negara mendidikmu, apakah membiarkanmu untuk melakukan kejahatan di bawah kuasa Juvenal?"

Setelah mengatakan itu, orang itu seketika tercengang dan berkata dengan suaranya yang gemetar.

"Kamu...adalah cucu kandung Instruktor?"

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu