Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 168 Telepon Genggam Kedua

"Menyetir lebih cepat lagi, Pak Setiawan! Kak Bastian sedang dalam situasi yang berbahaya!"

Patrick duduk di dalam mobil dengan panik dan perasaannya yang tidak tenang.

Setelah mendapat panggilan dari Bastian, ia dan Setiawan langsung membawa seluruh petugas keamanan Perusahaan Ninetop menuju ke rumah Bastian.

Tapi saat Bastian menghubunginya, Raffy mereka telah berada di luar pintu rumahnya. Ia takut bahwa Bastian telah dibawa pergi saat ia tiba disana.

"Aku sudah menyetir dengan cepat, Pak Patrick. Bajingan mana yang begitu sombong, berani-beraninya mencari masalah dengan Tuan Muda? Apakah ia tidak tahu betapa hebatnya Keluarga Yue?"

Setiawan juga sangat panik, hingga keringat dinginnya terus bercucuran.

Patrick mengerutkan dahinya dan berkata.

"Kak Bastian selalu menyembunyikan identitasnya, bagaimana mungkin bajingan itu mengetahui identitasnya. Kalau ia tahu Kak Bastian adalah Tuan Muda Keluarga Yue, ia pasti sama sekali tidak berani menyentuh Kak Bastian!"

Ia sibuk membuka telepon genggamnya dan membuka aplikasi, lalu mulai mencari posisi dimana telepon Bastian berada.

Sekarang aplikasi itu menunjukkan bahwa telepon Bastian sedang bergerak.

"Sial! Kak Bastian sudah dibawa pergi oleh mereka!"

Saat ini mereka sudah tiba di luar pintu rumah besar milik Bastian.

Setiawan sekarang sangat panik dan sibuk turun mobil menyuruh orang-orang masuk.

"Susanti pasti masih ada di dalam. Kamu segera bawa ia datang kesini. Aku ada sesuatu yang harus tanya kepadanya!" Patrick juga turun dari mobil dan sibuk berkata kepada Setiawan.

Setiawan juga tidak banyak bertanya, lalu langsung masuk ke dalam rumah bersama yang lain.

Patrick berdiri di depan pintu dan mencari salah satu nomor telepon untuk dihubungi.

"Halo, apakah kamu sudah tiba di Kota Tajo? Ada masalah, masalah besar!"

"Bastian dibawa pergi oleh seseorang dan sekarang situasinya sangatlah berbahaya."

"Aku sekarang sudah mendapat lokasi teleponnya. Aku akan segera mengirimnya kepadamu, mohon kamu menerimanya!"

Setelah panggilan diputuskan, Patrick mengusap wajahnya kasar. Ia merentakkan kakinya kesal.

"Raffy sialan! Kamu berani menyentuh Tuan Muda Keluarga Yue, kamu tunggulah satu keluargamu mati semua!"

......

Saat ini, Bastian telah dibawa pergi dengan mobil multi-fungsi. Di belakang mobil ini juga diiikuti beberapa mobil multi-fungsi lainnya.

Raffy tiba-tiba berbalik badan dan berkata kepada dua orang yang menjaga Bastian.

"Buang telepon genggamnya, agar ia tidak banyak bertingkah."

"Baik, Pak Raffy!" Kedua orang itu sibuk merebut telepon Bastian, lalu melempat telepon itu keluar,

Raffy lagi-lagi berbalik badan memandang Bastian dan berkata.

"Kali ini tidak akan ada orang yang bisa menolongmu. Aku lihat belakang juga tidak ada yang mengikuti. Apakah kamu takut, Bastion?"

Bastian menatapnya cuek. Maupun kondisi sudah seperti ini, ia juga tidka memberitahu identitasnya yang sesungguhnya.

Sebenarnya kalaupun ia memberitahu dirinya bermarga 'Yue', bilang dirinya adalah Tuan Muda Besar Keluarga Yue, mungkin Raffy dan Nicholas tidak akan percaya, bahkan merasa dirinya sedang mencari alasan untuk sendiri.

"Takut?" Tidak hanya tidak takut, bahkan Bastian tertawa sinis. "Aku sama sekali tidak tahu apa itu 'takut'. Melainkan dirimu, Raffy. Kamu bisa membuat seluruh keluargamu menemanimu mati karena kelakuan bodohmu."

Mendengar ini, Raffy tidak marah, melainkan tertawa.

"Menarik! Membuat seluruh keluargaku menemaniku mati? Dengan Perusahaan Ninetop-mu?"

"Aku tidak sangka bahwa kamu itu adalah pengusaha Kota Tajo. Dulu aku menyalahkan dirimu dan mengiramu sebagai pria yang menipu uang Anna. Sekarang kamu memang terlihat hebat, tapi kamu kira dengan memiliki Perusahaan Ninetop sudah bisa mengalahkanku? Mengalahkan keluargaku?"

"Kamu sungguh terlalu banyak bermimpi. Sebaiknya pikirkan dirimu terlebih dahulu."

Setelah itu, Raffy berbalik badan dan tidak banyak cakap dengan Bastian.

Sisi lain, Patrick telah menjemput Susanti. Ia dan Setiawan sedang membawa orang, mengikuti aplikasi untuk mencari posisi Bastian.

"Nona Susanti, apakah Kak Bastian ada mengatakan sesuatu padamu? Apakah ia mengingatkan sesuatu padamu?"

Di dalam mobil, Patrick sedang bertanya.

Susanti duduk di dalam mobil dengan tubuhnya yang bergetar. Ia menangis dan berkata.

"Kakak...mengambil teleponku, lalu menyuruhku untuk bersembunyi."

"Saat aku keluar, ia telah dibawa pergi. Semua salahku karena kurang berani. Seharusnya aku tetap menemaninya. Ia sekarang pasti merasa tidak berdaya."

Patrick menghela nafas dan berkata.

"Kak Bastian tidak ingin kamu terluka. Ia menyuruh bersembunyi itu merupakan hal yang benar. Kalaupun kamu menemaninya, juga tidak bisa menghalangi mereka tidak membawa Kak Bastian pergi."

Setelah itu, Patrick mulai merasa agak bingung.

"Tapi mengapa Kak Bastian harus merebut teleponmu...."

Ia masih agak bingung dan di saat ini tiba-tiba teleponnya berdering. Patrick menyalakan layarnya dan tiba-tiba menyadari bahwa sinyal telepon Bastian telah menghilang.

"Gawat! Telepon Kak Bastian pasti telah dibuang oleh mereka!"

Hati Patrick mulai merasa murung lagi dan merentakkan kakinya berkata.

Setiawan menoleh ke belakang dan bertanya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan sekarang? Arah mereka menuju ke pinggiran kota. Pinggiran kota begitu luas, bagaimana kita bisa menemukannya?"

Patrick berpikir sesaat dan tiba-tiba tersadar kembali. Ia dengan semangat bertanya.

"Nona Susanti, berapa nomor teleponmu?"

Susanti tidak mengerti maksud Patrick, tapi ia tetap memberitahu nomor teleponnya.

Patrick mengotak-atik teleponnya selama dua menit, lalu memasukkan nomor telepon milik Susanti.

Dua detik kemudian, aplikasi lokasi itu menunjukkan sinyal telepon Susanti berada. Telepon Susanti sekarang sedang berpindah dengan cepat, menuju kearah pinggiran kota.

"Haha! Sudah ada!"

"Kak Bastian memang pintar! Ia menyembunyikan teleponmu di tubuhnya dan Raffy mereka tidak menemukan teleponmu dari Kak Bastian."

Patrick seketika berteriak dengan semangat.

Mendengar ini, Susanti sibuk bertanya.

"Tapi teleponku berada di Kak Bastian juga! Mengapa mereka hanya menemukan telepon Kakak dan tidak menemukan teleponku?"

Patrick menjelaskan.

"Mereka tak sangka Kak Bastian akan menaruh dua telepon untuk dirinya. Apalagi Kak Bastian pasti menyembunyikan teleponmu dengan dalam. Kalaupun mereka bisa kepikiran, mereka juga tidak mungkin menelanjaginya!"

Setelah itu, ia sibuk berkata kepada Setiawan.

"Pak Setiawan, mereka sekarang sedang membawanya kearah Kota Nanjo."

Patrick segera membagikan lokasi terbaru dan mengirimnya kepada pemilik nomor telepon yang ia hubungi di depan rumah milik Bastian. Setelah mengirimnya, ia mengirim lagi pesan singkat kepadanya.

"Bastian sekarang sangat berbahaya. Kamu harus segera tiba disana, kalau tidak kamu tidak sangka dengan akibatnya."

Kira-kira lima enam detik berlalu, orang itu langsung membalasnya.

"Aku sudah berada di perjalanan, berada di depan kalian. Tenang saja, aku jamin aku pasti akan menolongnya."

Setelah pesan singkatnya terbalas, Patrick baru bisa menghela nafas. Tapi ia masih panik dan merasa khawatir untuk Bastian.

"Kak Bastian, semoga kamu tidak terjadi sesuatu. Kalau tidak, Paman Fendy akan membunuhku..."

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu