Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 282 Aku Sungguh Pintar

Para pengusaha yang dipimpin Ronaldo awalnya mengira Bastian akan menjadi bingung dan kacau atas pertanyaan Ronaldo, lalu kehilangan sebagian simpati orang-orang.

Kenyataannya saat Ronaldo mempertanyakan hal itu, sudah ada banyak orang yang mulai berpikir ulang lagi. Tapi mereka dan Ronaldo sendiri tak sangka kalau Bastian tidak menjadi bingung dan kacau, melainkan menggunakan mulutnya untuk menarik kembali simpati orang-orang.

Mengambil kekuasaan perekonomian Kota Cumarun dalam dua tahun, menjadi perusahaan yang stabil di Kota Tajo dalam beberapa bulan, bahkan juga membuat perusahaannya berada di dalam tiga puluh perusahaan besar. Semua hal yang ia lakukan sudah cukup untuk menunjukkan kemampuan Bastian sendiri.

"Tuan Muda ini hebat sekali dalam berbicara. Orang mati pun bisa kembali hidup dengan ucapannya. Sayangnya orang-orang ini terlalu mudah untuk dicuci otak olehnya dan langsung setuju karena pidatonya."

Ronaldo mereka saat ini duduk bersama dan satu-satu mengerutkan dahi, sambil berdiskusi bersama.

"Kalian kira Tuan Muda Keluarga Yue itu adalah anak keturunan orang kaya yang bisa kita temui?" Ronaldo menggelengkan kepalanya dan tersenyum sinis berkata. "Siapapun di Keluarga Yue, maupun anggota keluarga yang tidak sedarah, merupakan orang-orang yang hebat. Dimanapun mereka berada, juga merupakan orang hebat daerah sana."

"Apalagi Tuan Muda ini adalah anak kandung Kepala Keluarga Yue, adalah cucu kandung Dariuss. Ia pasti telah mewarisi kepintaran yang dimilik Ayahnya dan Kakeknya."

Mendengar ini, semua orang mulai menghela nafas. Mereka tidak ingin bergabung ke dalam Kamar Dagang Bastian, ataupun dikontrol oleh Bastian. Tapi mereka juga takut Bastian menarik begitu banyak simpati orang-orang. Hampir delapan puluh persen pengusaha terkenal di Kota Cangan sudah ikut bergabung dalam Kamar Dagang. Lain hari mereka pasti bisa diasingkan.

Meskipun mereka sekarang merasa agak tidak puas, tapi mereka juga tidak asal berani berdiri untuk menantang Bastian. Karena mereka mengakui mulut mereka sendiri tidak sebaik Bastian dan tidak bisa mengelak Basrian. Mereka takut mereka salah mengucapkan sesuatu dan terjatuh ke dalam jebakan bahasa Bastian.

Jadi saat ini mereka hanya bisa memandang kearah Ronaldo.

"Pak Ronaldo berdirilah untuk menantangnya. Kita sekarang sudah mau diasingkan." Para pengusaha yang duduk bersama dengan Ronaldo, sedang melemparkan tatapan bantuan kepadanya.

"Ah, kalian biarkan diriku berpikir dulu..." Ronaldo menghela nafas dan agak panik.

Saat ini para pengusaha yang sudah setuju untuk bergabung sedang berdiskusi dengan semangat. Bastian berdiri diatas panggung dan memasang wajah santai, serta berada dalam kondisi yang tenang.

Ia memandang tersenyum kearah Ronaldi mereka, seperti sedang menunggu mereka lanjut menantangnya.

Tatapan Ronaldo yang saling berkontak dengan Bastian, seketika menjadi agak takut. Tapi ia berdiri lagi dan tersenyum bertanya.

"Pak Bastian, apakah Kamar Dagang Anda hanya terdiri para pengusaha Kota Cangan?"

Melihat orang itu berbicara lagi, para pengusaha di sekitar kembali tenang.

Jandoko mengerutkan dahinya dan agak kesal, lalu berceloteh pelan.

"Ronaldo ini tidak ada habisnya. Sejak gagal mencari masalah dari latar belakang Kamar Dagang, sekarang lagi-lagi mencari masalah dengan skala Kamar Dagang."

Mendengar ini, Gunawan tersenyum tipis dan berkata.

"Tenang saja. Kamu lihatlah sikap Bastian yang begitu santai, ia pasti memiliki cara penyelesaian."

Berhadapan dengan pertanyaan Ronaldo lagi, Bastian tersenyum dan berkata.

"Seperti ini, Kamar Dagang Fores Sidon ini merupakan Kamar Dagang besar untuk satu negara. Tapi demi administrasi yang lebih mudah, aku akan memilih seorang ketua cabang untuk setiap kota. Setiap kota sebagai satu cabang. Untuk sekarang, Kota Cangan sudah menjadi cabang ketiga."

Ucapan ini sekali lagi membuat keramaian.

"Sial1 Cabang ketiga! Bukankah Kamar Dagang ini sudah terdapat para pengusaha dari dua kota lainnya?"

"Tuan Muda sungguh hebat! Tidak bergantung kepada keluarganya dan sudah bisa membuat Kamar Dagang ini berkembang pesat!"

Jandoko pun tercengang mendengar ini. Ia dengan bingung menoleh kearah Gunawan dan bertanya.

"Ayah, bukankah Bastian bilang ia baru mendirikan Kamar Dagangnya, bagaimana mungkin ia sudah bisa menarik simpati para pengusaha dari dua kota lainnya?"

Gunawan memasang wajah ingin tertawa. Ia menggelengkan kepalanya, tapi tidak mengatakan apapun.

Dengan kepintarannya, ia sudah dapat menebak maksud dari kata-kata Bastian.

Saat ini, para pengusaha yang dipimpin oleh Ronaldo juga agak terkejut. Mereka juga tidak sangka bahwa skala Kamar Dagang Bastian sudah sebesar ini.

Hanya Ronaldo sendiri memasang wajah sinis dan mulai berceloteh di dalam hati.

"Dasar orang licik! Sungguh licik sekali!"

Ia tahu Kamar Dagang Bastian saat ini pasti masih kosong, sama sekali tidak mungkin ada para pengusaha dari dua kota yang ikut bergabung. Jika itu sungguh ada, maka Bastian akan langsung mengatakannya dua kota mana saja, apalagi bisa menjelaskannya dengan rinci.

Tapi ia tidak memberitahu kedua kota mana saja, melainkan langsung memberitahu bahwa Kota Cangan adalah cabang ketiga. Orang yang tidak berpikir banyak mendengar ini, pasti langsung mengira bahwa Bastian telah menarik simpati para pengusaha dari dua kota lain dan Kota Cangan adalah kota ketiga, jadi merupakan cabang ketiga.

Tapi Ronaldo tahu bahwa Bastian ini sedang bermain dengan kata-kata. Lagipula Kamar Dagang ini adalah miliknya. Ia bebas memberikan nama untuk cabang Kota Cangan. Beri nama cabang ketiga cukup membuatnya terlihat keren dan sekali lagi mengembalikan pertanyaan yang dilemparkan oleh Ronaldo.

"Sial..."

Ronaldo tiba-tiba menjadi bingung.

Ia tentu tahu ia tidak boleh membocorkan Bastian sekarang. Pertama dikarenakan bahwa Kamar Dagang ini adalah milik Bastian. Sebenarnya tidak bisa dibuktikan bahwa Bastian pernah menarik simpati para pengusaha dua kota lainnya atau tidak. Kedua karena jika Ronaldo yang langsung membocorkan Bastian, ia sama sekali tidak bisa menunjukkan bukti apapun, itu merupakan tindakan rendahan dan bisa menjalin hubungan musuh dengan Bastian.

Bastian mungkin sudah memikirkan kedua poin ini, jadi 'cabang ketiga' nama ini begitu saja dikeluarkan dari mulutnya.

"Oh iya, Pak Ronaldo." Bastian memandang lagi kearahnya dan tersenyum berkata, "Kamar Dagangku masih ada seorang pengusaha besar. Ia berasal dari Kota Tajo, namanya Willy Xiao."

Setelah itu, Bastian melihat kearah para hadirin dan tertawa berkata.

"Seharusnya semuanya pernah mendengar nama Perusahaan Xiao Wat dari Kota Tajo. Perusahaan itu merupakan perusahaan yang berada di sepuluh besar Kota Tajo. Pak Willy itu juga merupakan salah satu anggota Kamar Dagangku. Pak Ronaldo, Pak Willy itu juga bekerja dalam bidang finansial. Kalian berdua berada di bidang yang sama."

"Saat perayaan Kamar Dagang kita, aku panggilkan Pak Willy datang dan memperkenalkannya kepadamu?"

Ucapan ini seketika membuat ruangan kembali ramai.

"Willy dari Kota Tajo itu merupakan tokoh terkenal di Kota Tajo!"

"Kota Tajo merupakan kota garis depan. Para pengusaha disana sudah sangat kaya, apalagi perusahaannya berada di peringkat sepuluh besar. Kupikir Pak Willy itu memiliki status sosial yang seharga puluhan triliun,,,"

"Sial! Tuan Muda hebat sekali, bahkan bisa menarik Pak Willy ke dalam Kamar Dagang!"

Semua orang itu memasang tatapan yang bersinar, sepertinya sangat tertarik kepada Willy.

Ronaldo seketika mematung di tempat. Ia ingin sekali menampar dirinya. Lagi-lagi ia terbohongi oleh Bastian. Andaikan mengetahui akan hal ini, ia pasti tidak akan berbicara lagi.

"Itu sungguh...merupakan hal baik. Terima kasih, Tuan Muda. Aku juga ingin berkenalan dengan Pak Willy itu." Ronaldo memasang senyuman yang terpaksa dan berkata dengan canggung.

Bastian juga berdiri disana dan memandangnya dengan senyuman.

Sebenarnya sebelum mengundang Willy ke dalam Kamar Dagang, Bastian telah menganggap Willy sebagai kartu terpentingnya. Pengusaha yang berada di peringkat sepuluh besar Kota Tajo. Tidak perlu bilang betapa kayanya dirinya, sekali ia keluar, pasti bisa menarik simpati orang-orang. Seperti sekarang, orang-orang ini mendengar pengusaha yang seperti Willy masuk ke dalam Kamar Dagang, mereka tentu tidak perlu khawatir lagi, melainkan sedang berdiskusi cara untuk bekerja sama dengan Willy.

"Ah, aku sungguh terlalu pintar. Sayangnya kepintaranku hanya diketahui oleh diriku sendiri. Sangat tidak enak..." Bastian pun ikut memuji dirinya sendiri.

Saat sedang berpikir, aula tiba-tiba menyambut sekelompok tamu baru.

Sekelompok tamu baru itu memakai setelan formal dan mereka semua adalah pria paruh baya yang telah berusia empat puluh tahun lebih. Aura mereka sangatlah kuat. Sekali mereka masuk ke dalam aula, langsung menarik seluruh perhatian orang-orang, termasuk keluarga besar yang berada di barisan terdepan.

Para hadirin melihat adanya tamu lain yang datang dan melihat formasi mereka, seketika raut wajah mereka berubah, termasuk Gunawan dan Julius mereka, langsung berdiri dari tempat duduk mereka.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu