Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 210 Emosi Sarim Meledak Ledak

Setelah setengah tahun berlalu, Sarim mengunjungi rumah Yeni setiap hari, dia membantunya untuk menyuci pakaian dan memasak untuknya.

Meskipun Yeni sudah keluar dari rumah sakit, tetapi badannya masih terlalu lemah dan wajahnya pucat pasi, dia hanya bisa terbaring lemah di ranjangnya setiap hari.

Sarim sama seperti seorang suami yang memenuhi syarat dan penuh perhatian, dia menjaga makan keseharian Yeni.

Bahkan di waktu sore hari, dia akan menyetir mobil dari kantornya menuju ke rumah Yeni, memasakkan makanan yang enak untuknya, kemudian menyetir mobilnya lagi kembali ke kantornya.

Tetapi dia tidak mengeluh sedikit pun, dia juga tidak merasa repot dan lelah sama sekali, melainkan dia merasa sangat senang. Sekarang dia adalah pacar Yeni, setiap memikirkan akan bertemu dengan Yeni lagi di sore hari, dia menjadi tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja di pagi hari. Dan bahkan lebih mengharapkan jam pulang kerja dibanding para karyawan kantornya.

“Sarim, kinerja perusahaan cabang kamu telah menurun banyak akhir-akhir ini, apa saja yang sudah kamu lakukan?”

“Aku memintamu kembali untuk membantuku bekerja, bukan memintamu untuk bermain-main, apakah kamu sering berfoya-foya di luar?”

Ayah Sarim menegurnya melalui sambungan telepon.

Sarim yang merasa sedikit bersalah, dia dengan segera mengatakan:

“Ayah, aku tidak begitu.”

“Mungkin suasana hatiku kurang bagus, akhir-akhir ini harga rumah naik lagi, siapa yang mampu membeli rumahnya?”

Berkata demikian, terdengar suara teguran kian marah dari ujung telepon:

“Kamu semakin tidak masuk akal, belakangan aku mendengar sebuah gosip, katanya kamu sedang bersama dengan wanita hamil, bahkan kamu pergi ke rumahnya setiap hari, apakah itu benar?”

Raut wajah Sarim seketika berubah, dia tentu tidak berani mengakuinya dan dengan cepat dia mengatakan:

“Siapa yang bicara begitu?”

Ayahnya berkata: “Kamu jangan mempedulikan siapa yang bicara begitu, kamu dengarkan aku baik-baik, meskipun keluarga kita bukan keluarga kaya, tetapi tidak sembarang wanita bisa menjadi menantuku.”

“Bagaimana bisa kamu mau bersama dengan wanita yang mengandung anak haram dari orang lain. Sarim, apakah kamu sudah gila?”

Sarim yang dimarahi hingga tak berkutik, kemudian berkata dengan tidak sabar:

“Ayah, kamu jangan mendengarkan semua gosip itu, dia tidak mengandung anak haram orang lain, kalau tidak percaya nanti beberapa saat lagi aku akan membawanya pulang ke rumah untuk bertemu dengan kalian.”

“Dia adalah wanita baik-baik, aku sangat menyukainya!”

Ayahnya berkata: “Aku tidak peduli dia hamil anak orang lain atau tidak, pokoknya aku dan ibumu tidak merestui hubungan kalian! Mulai sekarang kamu harus konsentrasi untuk pekerjaanmu, kinerja perusahaan cabang yang lain baik-baik saja, masalahnya hanya di perusahaanmu.”

“Kamu dengarkan aku baik-baik, aku sudah memesankan tiket pesawat luar negeri untukmu, senin depan kamu harus menyerahkan posisi direkturmu untukku. Aku sudah menghubungi sebuah pelatihan di luar negeri, kamu pergilah belajar selama dua tahun, persiapkan dirimu, jangan memikirkan percintaan sepanjang hari.”

Ditegur selama setengah jam penuh, Ayah Sarim baru memutuskan sambungan telepon mereka.

Sarim membeku di tempatnya dan tampak nelangsa.

Dia akan dikirim ke luar negeri lagi, padahal dia baru saja berpacaran dengan Yeni. Selain itu, hari ini sudah hari jumat, dia akan pergi keluar negeri dalam waktu dua hari?

Dia tidak berani untuk melanggar perintah ayahnya, jika dia menolaknya, ayahnya pasti akan mengutus seseorang untuk memaksanya untuk mengirimnya keluar negeri.

“Brengsek!”

Sarim mendorong mejanya dengan kasar kemudian bangkit berdiri.

“Oh iya, aku bisa membawa Yeni keluar negeri bersama denganku, lagipula tempat ini membuatnya sakit hati. Jika aku membawanya keluar negeri, mungkin suasana hatinya akan semakin membaik......”

Sarim tiba-tiba berpikir.

Berpikir demikian, dia berencana bergegas ke rumah Yeni sekarang dan merundingkan masalah keluar negeri bersamanya.

......

Sesampainya di rumah Yeni, Sarim memasakkan makanan untuknya lagi.

Di atas meja makan, Sarim berkata sembari tersenyum kepadanya:

“Yeni, aku lihat badanmu sudah semakin pulih, bagaimana kalau kita keluar jalan-jalan nanti sore?”

Yeni memasang wajah tanpa ekspresi, dan menolaknya begitu saja:

“Aku tidak ingin keluar rumah.”

Sarim merasa agak canggung saat mendengar penolakannya, dia menganggukkan kepalanya dengan pelan:

“Baiklah kalau begitu, tidak apa-apa kalau kamu tidak mau.”

Suasana makan di atas meja makan berubah menjadi canggung, meskipun mereka sudah resmi berpacaran, selain itu, Yeni yang antusias mau bersama dengannya sewaktu di rumah sakit. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu mereka lewati bersama, pada dasarnya mereka berdua tidak banyak berkomunikasi.

Mereka berdua sama sekali tidak terlihat seperti pasangan, sebaliknya mereka tidak sedekat dulu.

Setelah beberapa saat, Sarim berkata lagi:

“Yeni, aku ingin merundingkan suatu masalah denganmu......”

Yeni masih tampat linglung dan hanya menganggukkan kepalanya, tidak mengatakan apa-apa.

“Senin depan aku akan keluar negeri untuk belajar selama dua tahun, kamu ikutlah denganku keluar negeri.” Sarim berkata dengan serius: “Kita ubah suasana lingkungan, kita pergi belajar bersama. Setelah dua tahun kembali dari luar negeri, ayahku akan mengatur posisi yang baik untuk kita berdua.”

“Masalah yang sudah berlalu biarlah berlalu, kamu harus bersemangat, oke?”

Yeni tiba-tiba tertegun saat mendengarkan perkataannya, dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan linglung:

“Aku.... aku tidak ingin keluar negeri, kamu pergi sendiri saja.”

Perkataan Yeni terdengar jelas menolak Sarim, selain itu, dia menolaknya mentah-mentah.

Senyuman di wajah Sarim tiba-tiba lenyap saat mendengarkan perkataannya.

Setelah terdiam untuk beberapa saat, dia masih membujuknya dengan penuh kesabaran:

“Apakah kamu memiliki masalah, kamu boleh mengatakannya kepadaku, tidak peduli apapun permintaanmu, aku akan memenuhi semuanya.”

Yeni meletakkan kembali mangkuk dan sumpit di atas meja, kemudian berkata dengan lirih:

“Aku tidak ada permintaan apapun, aku hanya tidak ingin pergi keluar negeri.”

Sarim tertegun untuk waktu yang lama setelah mendengarkan ucapannya.

Satu menit kemudian.

Dua menit kemudian.

Mereka berdua tidak mengucapkan sepatah kata pun, bahkan tidak menyentuh mangkuk dan sumpit.

“Apakah kamu masih memikirkan Bastian?”

Sarim tiba-tiba bertanya dengan nada dingin.

Yeni tersentak kaget saat mendengar nama Bastian disebut, nada bicaranya pun menjadi serak:

“Tidak ada......”

Sarim menarik nafasnya dalam-dalam, seolah sedang berusaha menutupi sesuatu, dia mengernyitkan keningnya dan berkata:

“Benar-benar tidak ada ya?”

“Setelah kembali dari rumah sakit waktu itu, kamu mengusirku pergi, dan aku menunggu lama di luar pintu rumahmu, aku mendengarmu menangis.”

“Aku tahu, kamu tidak serius dengan perkataanmu di rumah sakit saat itu. Kamu sama sekali tidak menyalahkan Bastian, kamu hanya sedang menyalahkan dirimu sendiri, karena kamulah yang ingin meninggalkannya dari awal, kamulah yang ingin menyembunyikan dirimu darinya sehingga terjadilah kecelakaan itu. Kamu merasa tidak memiliki keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih lagi kamu merasa tidak pantas untuknya, makanya kamu sengaja mengatakan hal-hal yang keterlaluan untuk menyakitinya, membuatnya menghapus pikirannya tentangmu, benarkan?”

Sekujur tubuh Yeni gemetar tanpa henti saat mendengarkan ucapannya, dia berkata sembari menangis:

“Aku tidak ada!”

Hanya terdengar suara “Brak”, Sarim memukul meja dengan keras dan bangkit berdiri dari posisinya, dia benar-benar marah:

“Kamu masih mau membohongiku!”

“Apakah kamu ada perasaan terhadapku, kamu tidak memiliki sedikitpun perasaan terhadapku, aku bukan orang bodoh! Kamu membiarkanku pergi keluar negeri selama dua tahun, apa maksudnya! Bukankah kamu berjanji akan bersama denganku, aku adalah pacarmu, lihatlah aku, Yeni!”

Sarim menggeram hingga suaranya menjadi serak, menakuti Yeni hingga sekujur tubuhnya gemetar, Yeni yang tidak dapat lagi menahan tangisannya akhirnya dia pun menangis.

Jika di waktu biasa, Sarim akan melunakkan hatinya dan dengan cepat pergi untuk menghiburnya.

Tetapi dia terdiam untuk saat ini, setelah terdiam selama dua menit dia meraih sebuah mangkuk nasi di atas meja dan membantingnya ke lantai.

Nasi dan sayuran berserakan di lantai, mangkuknya pecah berkeping-keping.

“Sialan!”

Sepasang matanya memerah, air mata mengalir keluar dari matanya.

“Aku juga memiliki perasaan, aku adalah orang yang hidup dengan baik-baik, mengapa kamu memperlakukanku seperti ini!”

Sarim saat ini seolah seperti binatang buas yang sedang marah, dia melampiaskan semua keluhannya dan memekik kepada Yeni:

“Aku mengorbankan banyak hal hanya untukmu, kamu anggap aku ini apa! Menjadikanku sebagai senjata untuk menyakiti Bastian, kamu menggunakan perasaanku terhadapmu untuk menjadi pria lain, apakah aku begitu goblok di matamu!”

“Yeni, beri tahu aku, sebenarnya kamu anggap apa diriku!”

Yeni menangis sejadi-jadinya, dia mendongak dan berkata dengan perasaan bersalah:

“Aku tidak ada, maaf, Sarim.”

Sarim tertawa pahit saat mendengar ucapannya.

Tawanya penuh dengan ketidakberdayaan dan tertekan.

Dia tidak berdebat lebih lama lagi dengan Yeni, melainkan dia berjalan terhuyung-huyung keluar dari rumahnya.

Dia menuruni tangga dan masuk ke dalam mobilnya, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan mencari sebuah kontak telepon serta membuat panggilan.

“Hallo?”

Setelah sambungan teleponnya terhubung, dia terdiam beberapa detik kemudian terdengar suara ragu-ragu dari Patrick di seberang telepon.

Sarim menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menggertakan giginya dan bertanya:

“Patrick, aku adalah Sarim.”

“Aku ingin tahu di mana rumah Bastian?”

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu