Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 429 Kematian Hidayat

"Malam itu...aku dan Kakekmu Dariuss sudah memesan perjamuan di restoran kecil dan mengundang semua anggota dari institusi penelitian untuk merayakannya."

"Terhadap hasil penelitian T2, kita telah bekerja keras dengan menggunakan waktu selama tiga tahun. Kita benar-benar telah menghabiskan semua waktu untuk melakukan penelitian pada T2. Bagi negara ini, seharusnya ini adalah hasil penelitian terbesar dari seluruh dunia. Obat penangkal virus T2 ini akan sangat berguna dalam menghambat virus lain. Vaksin antibodi T2 ini akan lebih berguna dalam mencegah manusia tertular virus lain."

Berkata sampai sini, Pak Ander pun terlihat sedikit kesal.

"Tetapi semua barang itu telah dicuri oleh orang lain!"

"Saat itu aku bersama Kakekmu dan anggota peneliti lain telah sampai di restoran tersebut. Sementara itu Bobby, Dustin dan Hidayat mereka belum tiba di tempat."

"Di jaman itu tidak ada ponsel. Kita hanya bisa mengirim orang balik ke institusi penelitian memanggil mereka bertiga untuk cepat datang."

"Tetapi orang yang kita kirim tidak melihat mereka bertiga di institusi penelitian. Mereka hanya menemukan...lantai yang penuh dengan mayat."

Setelah mendengar ini, Bastian pun menelan ludah.

"Bukankah semua peneliti dari institusi penelitian telah tiba di restoran? Lalu siapakah mayat-mayat yang berada di institusi penelitian?"

Pak Ander menggelengkan kepala.

"Keamanan di institusi penelitian ini sangatlah ketat. Di dalam terdapat banyak penjaga yang bertugas untuk menjaga keamanan. Dan yang meninggal, semuanya adalah penjaga, orang-orang Bobby. Semuanya meninggal di dalam institusi penelitian karena pertarungan senjata api."

Mendengar ini, Bastian pun tercengang.

"Semuanya mati? Berapa banyak penjaga di institusi penelitian?"

"Dua baris pasukan, sekitar enam puluh orang lebih." Pak Ander sambil menghela nafas berkata.

"Enam puluh orang lebih...berarti pasukan yang dimiliki musuh juga ada begitu banyak..." Bastian bertanya.

Pak Ander menggelengkan kepala.

"Aku kurang jelas mengetahuinya. Saat kita semua tiba di institusi penelitian tidak terlihat ada satu pun orang. Polisi setempat juga datang kemari dan menutup tempat kejadian perkara. Di saat itu hanya aku dan Kakekmu saja yang bisa masuk ke dalam institusi penelitian. Karena terjadi masalah yang begitu besar. Pertama yang harus diperiksa adalah apakah sampel virus yang hilang di dalam institusi penelitian."

"Pada akhirnya...beberapa barang itu benar-benar dicuri orang."

"Terus bagaimana dengan ketiga orang itu, Bobby dan Hidayat?" Bastian bertanya sambil mengerutkan dahi.

Bapak tua berkata.

"Saat itu institusi penelitian muncul masalah yang begitu besar. Kita pun segera melapornya kepada atasan. Atasan pun memberi perintah untuk memblokade seluruh kota dan melakukan penangkapan atas Hidayat mereka bertiga. Setelah itu pasukan mengirim orang dan menemukan sebuah rumah tua bekas di dalam pegunungan. Di dalam rumah, mereka menemukan mayat Hidayat."

"Lalu pemimpin dari pasukan memanggil aku dan Kakekmu untuk memberi tahu identitas jenazah. Kita pun pergi dan jenazah itu memang adalah jenazah Hidayat. Hidayat tertembak dari depan dan mengenai alis mata, lalu mati dalam satu kali tembakan."

Bastian semakin dengar semakin bingung. Jika ketiga orang ini bekerja sama untuk mencuri sampel virus, lalu mengapa Hidayat meninggal? Bagaimana dengan dua orang yang lain?

Setelah itu, ia pun lanjut mendengar Pak Ander berkata.

"Dalam rumah tua bekas yang berada di pegunungan itu, mereka hanya menemukan mayat Hidayat. Bobby dan Dustin pun menghilang sejak saat itu. Hidup tidak terlihat orangnya, mati pun tidak terlihat mayatnya."

"Selain itu, mereka juga menemukan banyak peralatan penelitian di dalam rumah bekas tersebut, serta setumpuk dokumen yang terbakar. Setelah beberapa dokumen yang terbakar dikumpul bersama, setidaknya kita mengetahui adanya orang yang mencuri virus T2 dan membawa virus kesini, serta diam-diam melakukan penelitian."

"Termasuk beberapa peralatan itu juga dapat membuktikan hal tersebut. Perihal Bobby, Dustin dan Hidayat ketiga orang ini, apakah mereka bekerja sama atau tidak, hingga sekarang belum ada penjelasan yang jelas."

"Karena Hidayat telah meninggal, sedangkan Dustin dan Bobby tidak pernah muncul lagi saat itu. Aku dan Kakekmu bahkan tidak tahu mereka hidup atau tidak. Kita berdua juga tidak tahu apakah salah satu dari mereka atau mereka bertiga yang mencuri sampel virusnya."

"Jadi masalahnya seperti itu."

Hingga sini, Ander hampir telah menceritakan semua masalah yang terjadi pada tahun itu.

"Kalau begitu,...bukankah ini adalah kasus misterius...." Bastian menunduk sambil bergumam.

"Kasus itu memang misterius. Tidak menemukan Dustin dan Bobby, siapapun tidak tahu apa yang terjadi pada tahun itu, juga tidak ada satupun yang tahun bagaimana perperangan senjaya itu terjadi, serta siapa yang membunuh seluruh penjaga di institusi penelitian itu."

Pak Ander berkata sambil menghela nafas.

"Banyak tahun yang berlalu, aku bahkan masih mencari tahu masalah tahun itu. Hanya saja berlalu begitu lama, aku tidak tahu harus mulai mencari tahu darimana."

Bastian pun bertanya lagi.

"Kalau begitu, apakah kematian para penduduk Desa Wang itu ada hubungan dengan pencurian sampel virus T2? Aku dengar saat itu penduduk Desa Wang mati dengan raut wajah yang ganas dan seluruh otot tubuh mereka menyusut, sehingga tubuh mereka sangat kaku, seperti mayat hidup. Gejala-gejala yang mereka tunjukkan sangat persis dengan saraf yang terserang racun. Apakah ada kemungkinan mereka bukan tertular wabah, melainkan diserang oleh virus T2?"

Mendengar analisa Bastian, Ander tiba-tiba tertawa dan berkata.

"Masalah ini tidak ada hasilnya."

"Aku dan Kakekmu adalah anggota peneliti utama virus T2. Atasan juga tidak membiarkan kita ikut serta dalam masalah Desa Wang. Sejak kejadian institusi penelitian, aku dan Kakekmu langsung diusir dari pasukan, serta menandatangani surat perjanjian untuk menjaga rahasia kejadian tersebut."

"Sebenarnya jika saat itu atasan membiarkan aku dan Kakekmu ikut serta dalam aksi pertolongan Desa Wang, mungkin kita masih bisa menolong beberapa orang. Saat itu, kita juga curiga adanya masalah serangan virus. Apalagi virus yang mereka kena cukup mirip dengan gejala yang mendapat virus T2. Untuk yang sebenarnya, tidak ada orang yang berani membocorkannya."

"Tapi untung saja anak Hidayat sudah dibawa pergi Kakekmu terlebih dahulu. Ia cukup beruntung dan kabur dari bencana kali itu. Tapi penduduk Desa Wang sangat kasihan, semua keluarga meninggal begitu saja."

Setelah mendengar cerita dari Ander, keraguan Bastian tidak terselesaikan, melainkan semakin bingung.

Jika Aaron adalah pelaku yang sebenarnya di Keluarga Yue, maka kelakuan Aaron itu sedang membalas dendam. Tapi mengapa ia membalas dendam? Membalas dendam demi Ayahnya? Atau demi ribuan penduduk Desa Wang?

alaupun begitu, ia juga tidak seharusnya menunjukkan kebenciannya kepada Keluarga Yue yang merawatnya.

Mau Hidayat ataupun penduduk Desa Wang, hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Dariuss, lebih mungkin dilakukan oleh Bobby dan Dustin. Sedangkan kedua orang itu sudah kehilangan kabar dalam puluhan tahun.

Jika ingin membalas dendam, seharusnya juga mencari keturunan mereka.

"Aku telah mengatakan apa yang seharusnya kukatakan. Tapi aku agak bingung, mengapa kamu tiba-tiba ingin mencari tahu masalah puluh tahun yangg lalu. Jangan-jangan Aaron yang menyuruhmu untuk mencari tahu masalah ini?"

Pak Ander melihat Bastian dan bertanya.

Bastian pun tercengang dan tidak tahu apa yang harus ia balas. Ia mencari tahu karena adanya masalah dalam internal Keluarga Yue. Ini adalah masalah keluarga, apalagi ia masih kurang pasti dengan pelaku yang sebenarnya. Bagaimana mungkin ia asal memberi tahu orang luar.

"Benar. Paman Aaron ingin tahu bagaimana cara Ayahnya meninggal, jadi ia meminta bantuanku untuk mencari tahu masalah tersebut." Bastian berbohong.

Mendengar ini, Pak Ander pun terdiam dalam beberapa detik.

Tiba-tiba, ia pun menyengir dan melihat kearah Bastian.

"Aku lihat sepertinya bukan begitu, kamu sedang berbohong."

Bastian pun tercengang dan merasa sedikit canggung.

"Pak Ander, aku tidak berbohong. Aku juga tidak perlu berbohong padamu."

Pak Ander menggelengkan kepala dan berkata.

"Kamu sedang berbohong. Karena...T2 muncul lagi."

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu