Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 212 Pulanglah Bersamaku

Saat Patrick dan Thomas Qi bergegas kembali ke rumah, mereka hanya melihat Sarim yang sedang duduk melamun sendirian di depan rumah dengan pintu terbuka.

Patrick melihat situasi tiba-tiba raut wajahnya berubah, dengan cepat dia berkata kepada Thomas:

“Thomas, cepat pergi masuk ke dalam dan periksa keadaan Bastian.”

Thomas juga melihat situasi yang buruk dan bergegas menyeruak masuk ke dalam vila dengan cepat, tak henti-hentinya mencari tanda-tanda keberadaan Bastian.

Tetapi setelah mencarinya di sekeliling, dia tidak dapat menemukan Bastian di manapun, dia berlari keluar dengan panik dan mengernyit sembari memekik:

“Ya ampun! Bastian menghilang!”

Sembari berkata, dia menunjuk ke arah Sarim dan bertanya:

“Sarim, katakan dengan jujur, di mana Bastian!”

Patrick juga bertanya dengan nada emosi:

“Aku peringatkan dirimu, jika terjadi apa-apa dengan Bastian, seratus kepalamu tidak akan cukup untuk membayar nyawanya!”

Menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari mereka berdua, Sarim mendongak dengan perlahan dan berkata dengan wajah tanpa ekspresi:

“Dia pergi mencari Yeni.”

Patrick dan Thomas membeku di tempat saat mendengarkan perkataannya sembari memelototinya.

......

Bastian saat ini sedang mendorong kursi rodanya menerobos jalan dalam gang kecil dan menerobos kerumunan.

Banyak orang yang sedang memandang ke arahnya, seorang lelaki muda dengan mata sembab akibat menangis sembari tertawa, seolah seperti orang gila yang tengah mendorong kursi rodanya menerobos kerumunan yang ada di jalan.

Tidak mudah bagi Bastian mendorong kursi rodanya sendirian menuju ke rumah Yeni. Situasi sekarang agak menyulitkannya, dia yang sedang duduk di kursi roda, dan Yeni yang tinggal di bangunan ini tidak memiliki lift, dia tidak dapat berjalan kaki untuk naik.

Namun dari sikapnya sekarang, jangankan menaiki tangga, berdiri pun tidak stabil. Selain itu, Sarim memberitahu dia bahwa Yeni tinggal di lantai enam, bukankah itu sama saja dengan membunuhnya?

“Tidak peduli lagi......”

Bastian menggertakkan giginya kemudian memaksa dirinya untuk bangkit berdiri dari kursi rodanya. Tetapi beberapa detik kemudian dia “Brukk” jatuh ke lantai, menahan sakit sembari menarik nafas dalam-dalam.

Dia sudah sampai di lantai bawah, tidak peduli sesulit apapun, tetap tidak bisa menghentikan tekadnya untuk pergi bertemu dengan Yeni!

Waktu berbulan-bulan yang dilewatinya seperti bertahun-tahun, dia tidak berhenti untuk mencari Yeni, bahkan memimpikan Yeni tiap malam. Karena pada awalnya dia mengerahkan segala upaya untuk menemukan Yeni, sekarang tidak ada alasan baginya untuk tidak mempertahankan upaya sebelumnya.

Meskipun dia tidak dapat berjalan, namun dia masih bisa merangkak, sekarang pun dia akan merangkak sampai ke lantai enam.

Bastian menggertakkan giginya sembari menahan rasa sakitnya dan merangkak satu persatu lantai yang ada di gedung itu. Dia menggosok seluruh tubuhnya di permukaan tanah sehingga ditutupi debu, kakinya mengetuk lantai yang dilewatinya, rasa sakit tak tertahankan sampai-sampai berkeringat dingin.

Namun setiap tangga demi tangga yang dia lewati membawanya semakin dekat kepada Yeni, Bastian mementingkan keyakinannya dan terus merangkak.

Masih ada luka di kakinya, sebenarnya sangat sulit untuk merangkak naik ke atas, tetapi dia telah merangkak sampai di lantai lima. Sekujur tubuhnya penuh dengan debu hitam, di wajahnya juga terkena debu dan bercampur dengan keringatnya, penampilan yang memalukan. Pakaian yang dikenakannya menjadi usang seperti pengemis.

Dia merangkak hingga kehabisan nafas dan debu di permukaan lantai dihisap masuk ke dalam mulutnya, membuatnya batuk-batuk.

“Masih ada satu lantai!”

Bastian mulai tersenyum lagi dan semakin bersemangat, dia mengerahkan seluruh tenaganya dan lanjut merangkak ke lantai enam.

Akhirnya, dia telah merangkak sampai ke lantai enam, celana yang dikenakannya menjadi sobek berlumuran darah, dan nampak jejak noda darah panjang yang diseret di atas tangga.

......

Semenjak Sarim pergi meninggalkan rumahnya, Yeni hanya duduk dikursinya dan terus menangis.

Alih-alih menangisi kesalahannya, dia justru menyalahkan dirinya sendiri. Dia tahu bahwa tidak seharusnya dia melibatkan Sarim untuk menyakiti Bastian, terlebih tidak seharusnya dia menyakiti Sarim. Tapi dia kehilangan akal, jika dia tidak berbuat demikian saat berada di rumah sakit waktu itu, jika dia tidak mengatakan hal sedemikian, maka Bastian pasti tidak akan melepaskannya pergi.

Pada awalnya dia sendiri yang memilih untuk pergi, dia yang mau menyembunyikan dirinya, dan menyebabkan dirinya keguguran. Semua ini adalah pilihannya sendiri, dia hanya bisa menyalahkan dirinya terus menerus, dia membebaskan Bastian dan menerima penderitaannya sendirian.

Demi Bastian, dia memilih untuk melepaskan Sarim, dia juga tahu bahwa tindakannya tidak benar. Tetapi pada akhirnya dia hanyalah seorang wanita, dia bukan dewa. Saat berada di situasi seperti itu, bagaimana dia bisa membuat setiap keputusan dengan benar dan sempurna hingga 100%.

Dia menangis sambil membersihkan kepingan mangkuk yang berserakan di lantai. Setelah membersihkan semuanya, dia mengambil sebuah pisau buah dari dapur, dengan wajah murung berjalan keluar dan berbaring di sofa, tetesan air matanya berlabuh pipinya:

“Bastian, aku minta maaf, aku tidak menjaga anak kita dengan baik.”

“Sarim, maafkan aku, aku tidak seharusnya menyakitimu, kamu adalah orang yang baik.”

“Anakku, maafkan mama, mama akan menemanimu sekarang......”

Yeni menangis hingga matanya sembab, tidak ada lagi cinta di dalam hatinya.

Dia tidak bisa menebus kesalahannya, hanya dengan mati hatinya akan merasa lebih baik. jika dia meninggal, dia tidak perlu terlalu menderita.

Tepat di saat dia sedang menggenggam pisau dan bersiap untuk memotong pergelangan tangannya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengetuk pintunya dari luar.

Yeni semula tidak memperdulikan suara ketukan pintu, tetapi suara ketukan itu terus-menerus diketuk tanpa henti.

Dia ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya dia meletakkan kembali pisaunya dan bersiap untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang sedang mengetuk pintunya.

Wajahnya pucat pasi, dia bangkit berdiri dari sofa dan berjalan terhuyung-huyung menuju ke arah pintu dan membukakan pintunya.

Di luar pintu, nampak seorang pria dengan sekujur tubuh yang kotor, seperti seorang pengemis yang sedang berbaring di tanah, dia mendongak dan menatap ke arah Yeni dengan wajah kegirangan.

Yeni membeku di tempatnya, tidak membayangkan bahwa dia akan menatap Bastian saat ini, dan....... bentuk tubuh Bastian saat ini.

“Yeni! Maaf!”

Bastian yang sedang berjuang untuk duduk, kemudian mengucapkan sepatah kata demi kata:

“Maaf, aku benar-benar sudah tahu kesalahanku, pada awalnya saat aku bersamamu, aku tidak seharusnya masih memikirkan Adelia Liu, tidak seharusnya aku menjemput dia pulang ke rumah. Seharusnya aku menyelesaikan hubungan di antara kita bertiga dengan memberimu sebuah kepastian, dan memintamu untuk menjadi pacarku seutuhnya.”

“Tidak seharusnya aku membiarkanmu merasa bersalah, tidak seharusnya aku membiarkanmu pergi sendirian.”

Raut wajah Bastian yang penuh dengan ketulusan dan penyesalan, dia takut kalau Yeni akan mengeluarkan kata-kata untuk menyakitinya lagi, dengan cepat dia berkata:

“Tapi aku benar-benar mencarimu, sudah lama aku mencarimu, bahkan aku sampai bermimpi untuk mencarimu!”

“Yeni, aku tahu perkataanmu waktu di rumah sakit adalah untuk menyakitiku, aku juga sedih karena kehilangan anak kita, tapi ini bukan salahmu, benar-benar bukan salahmu! Kalau mau bertanggung jawab, maka aku sebagai Ayahlah yang harus bertanggung jawab, aku tidak menjaga ibu dari anakku dengan baik.”

“Yeni, demi anak kita, kamu jangan pergi lagi, kembalilah bersamaku, aku akan menjagamu seumur hidupku! Tidak peduli apapun yang terjadi di masa depan, aku tidak akan meninggalkanmu! Yeni, pulanglah bersamaku!”

Yeni mulai menangis dengan suara tertahan saat mendengarkan ucapan Bastian. Dia telah melihat jejak noda darah panjang yang diseret di atas tangga, dan penampilan Bastian yang memalukan, jantungnya pun berdegup kencang.

Dia mencintai Bastian, kalau tidak, dia bisa saja menggugurkan anaknya, dan memulai ulang kehidupannya dari awal, juga tidak akan membuatnya seperti sekarang ini.

“Yeni, aku tidak sanggup untuk berdiri, jadi aku tidak bisa memelukmu.” Bastian selesai berkata, wajahnya basah dipenuhi airmata dan menatap ke arahnya, dia mengulurkan tangannya keluar: “Pulanglah bersamaku, kita bersama-sama lagi, memulai semuanya dari awal, bagaimana?”

Di waktu ini, meskipun Yeni masih ingin terus berpura-pura, tetapi tubuh dan pikirannya tidak mampu dikendalikan olehnya lagi. Dia melemparkan dirinya ke arah Bastian dan mendekapkan dirinya ke dalam pelukan Bastian.

“Bastian! Aku sangat merindukanmu!”

Kedua orang itu berpelukan dengan erat, Yeni tidak mampu menahan kesedihan di dalam hatinya lagi dan akhirnya menangis.

“Aku juga merindukanmu!”

Bastian memeluk erat tubuh Yeni, seolah sedang bermimpi, dia menangis bahagia.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu