Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 202 Menjauh

Bastian kembali ke rumah sakit, menunggu di depan ruangan dimana Yeni dirawat.

Selain dirinya, Sarim juga menunggu di depan ruang rawat bersamanya. Kekhawatiran Sarim kepada Yeni tidak jauh berbeda dengan Bastian, dia juga terluka, bahkan belum sempat makan, dia benar benar terlihat hancur, tapi masih memaksakan diri menunggu di depan ruang rawat, menunggu Yeni sadarkan diri.

“Kak, makanlah sesuatu sedikit.”

Susanti datang mengantar makanan untuk Bastian, dan menyerahkannya kepada Bastian.

Tapi Bastian sama sekali tidak memiliki selera untuk makan, bahkan dia tidak meminum setetes air pun.

“Berikan saja kepadanya.”

Bastian berkata sambil melirik Salim sekilas.

Susanti yang melihat keadaan ini hanya bisa mendesah pelan, kemudian berjalan mendekati Sarim, dan menyodorkan makanan kepadanya:

“Makanlah sedikit, kamu sudah terluka, tubuhmu lemah, tidak boleh jika tidak memakan sesuatu.”

Sarim menggelengkan kepalanya tanpa ekspresi apapun di wajahnya, bahkan dia tidak mengatakan sepatah katapun.

Yeni mendapat pukulan keras dalam hidupnya seperti ini, bagaimana mungkin dia masih memiliki selera untuk makan. Sedangkan sekarang Yeni sudah bertemu dengan Bastian, pasti dia sudah tidak memiliki kesempatan sedikitpun.

Meskipun dia pernah mengungkapkan perasaannya kepada Yeni, tapi Yeni sudah menolaknya, meskipun begitu dia masih tidak menyerah. Dia selalu serius dengan suatu hubungan, begitupun dengan Yeni. Dia tidak keberatan jika Yeni sudah tidak bisa memiliki anak lagi, rasa cintanya kepada Yeni sudah tidak perlu dijelaskan dan diragukan lagi.

Meskipun dia akan mendapatkan penolakan nantinya, tapi dia masih mengharapkan kesempatan, kesempatan jika suatu saat nanti dia bisa menyentuh hati Yeni. Sedangkan sekarang, pemilik hati Yeni yang sebenarnya sudah hadir kembali, harapan satu satunya yang dia miliki saat ini adalah agar Yeni cepat sadarkan diri. Jika ada Bastian yang menemani Yeni, dia akan mundur dengan tenang, membiarkan semua berjalan semestinya.

Melihat Sarim yang tidak mengatakan apapun, Susanti juga tidak bisa melakukan apa apa, sekarang dalam keadaan seperti ini dia dan Bastian pasti tidak akan bersedia untuk makan sesuatu.

Bastian menyadari akan hal ini, kemudian mendorong kursi rodanya dan berkata kepada Sarim:

“Kamu sudah terluka, jika tidak makan sesuatu, maka tubuhmu tidak akan bisa bertahan.”

“Kamu adalah penyelamat Yeni, terimakasih karena selama ini sudah menjaganya. Jika dia sadar nanti dan melihatmu ambruk karena sakit, dia pasti akan merasa sedih.”

Susanti menatap Bastian penuh keheranan, dia awalnya berpikir jika mereka berdua bermusuhan, tapi tidak disangka jika Bastian juga bisa membujuk Sarim.

Sebenarnya Bastian merasa tidak nyaman dalam hatinya. Tapi saat dia dan Yeni dipertemukan kembali, dari tatapan kedua matanya, Bastian tau jelas jika dalam hati Yeni hanya ada dirinya.

Dan juga, jika selama ini bukan karena Sarim yang menjaganya, maka tidak tau akan jadi seperti apa Yeni sekarang ini. Dia sudah seharusnya berterimakasih, dan tidak mengangap Sarim sebagai musuh.

Yang membuat Susanti tidak habis pikir adalah, Sarim benar benar mendengarkan apa yang dikatakan Bastian, dia menerima makanan yang dia sodorkan kepadanya, dan mulai memakannya dengan lahap.

Setelah melihat Sarim sudah mulai memakan makanannya, Bastian mendorong kursi rodanya ke posisinya sebelumnya. Tiba tiba telepon miliknya berdering, itu panggilan dari Patrick.

“Kak, Willy Xiao dan Nicholas Xiao datang.” Patrik Sidon menjelaskan apa yang terjadi, “kedua ayah dan anak itu sekarang sedang berlutut di depan gedung, mungkin mereka sudah mengetahui akan identitas mu yang sebenarnya.”

Setelah mendengar itu, Bastian berkata dengan wajah masih tanpa ekspresi:

“Biarkan saja mereka berlutut.”

Setelah mengatakan itu sambungan telepon terputus.

……

Kira kira pagi hari sekitar pukul 6, Yeni sudah sadarkan diri walaupun masih terbaring lemas diatas ranjangnya.

“Dokter, dia tidak apa apa kan?” Bastian menyelonong.

“Tidak apa apa, hanya saja tubuhnya masih lemas, kalian sudah boleh masuk dan bertemu dengannya.” Dokter menjelaskan.

Setelah mengatakan itu Bastian langsung melajukan kursi rodanya, bahkan Sarimpun tidak sabar menunggu dan langsung masuk kedalam beriringan dengan Bastian.

“Yeni, Yeni, ini aku! Tidak apa apa, aku akan menemanimu.”

Bastian begitu antusias hingga meraih tangan Yeni, berkata dengan nada gemetaran.

Sarim pada awalnya sudah sangat antusias, tapi suasana saat ini malah terasa sangat canggung.

Kedua mata Yeni masih menatap atap ruangannya tidak berdaya, wajahnya sangat pucat bahkan terihat seperti tidak ada darah yang mengalir disana. Air matanya terjatuh menyusuri wajah pucatnya, saat melihat dirinya yang seperti ini, Bastian dan Sarim merasa seakan hatinya tertusuk tusuk ribuan jarum.

“Anakku.... Tidak selamat....”

Itu kata pertama yang keluar dari mulut Yeni, suaranya benar benar terdengar tidak berdaya.

Mendengar hal itu Bastian dan Sarim langsung membeku, iya memang anaknya tidak berhasil diselamatkan....

“Yeni maaf!” Bastian berkata sedikit tersedak, “Ini semua salahku, aku tidak bisa menemukanmu lebih awal, tidak menjagamu, anak kita dengan baik. Anak kita.... Tidak berhasil diselamatkan....”

Saat mendengar hal itu air matanya semakin tidak terbendung, isakannya memenuhi seluruh ruangan.

Dia mengalami penderitaan semacam ini, datang ke kota Tajo sendirian, semua itu dia lakukan demi anaknya. Usia kandungannya baru beberapa bulan saja, tapi karena suatu kejadian tidak terduga, dia sampai kehilangan buah hatinya bahkan kehilangan kesempatan untuk bisa menjadi seorang ibu.

Pukulan seperti ini baginya benar benar seperti hujan badai di siang bolong.

“Anakku.... Tidak terselamatkan...” Dia bergumam kepada dirinya sendiri, rasanya seperti jiwanya sudah meninggalkan tubuhnya saja.

Bastian yang melihat keadaan seperti ini juga hatinya terasa sakit hingga air matanya tidak bisa dia bendung, kemudian mencoba menenangkannya:

“Yeni, kita bisa memiliki anak lagi nanti, yang penting sekarang kamu bisa bertahan hidup.”

“Ini adalah kecelakaan, siapapun tidak akan menduga jika hal ini akan terjadi, kamu harus tabah.”

Bastian tidak memberitahu Yeni masalah dia yang tidak bisa hamil lagi, saat ini, dia hanya harus mengihiburnya dan menenangkannya bagaimanapun juga.

“Iya benar, Yeni, ini adalah kecelakaan, jangan terlalu bersedih.”

Sarim juga mendekat, mencoba menghibur Yeni.

Tapi bagi seorang ibu, anak adalah segalanya, ditambah lagi anak yang dalam kandungannya itu sudah dia pertahankan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan. Sekarang malah tidak bisa diselamatkan, jangan kan dia, ibu manapun pasti tidak akan bisa menerima pukulan seberat ini.

“Aku ingin sendirian.”

Yeni menahan air matanya agar tidak mengalir lagi, tiba tiba dia menjadi tenang.

Dia yang seperti ini malah semakin membuat Bastian khawatir. Dan juga, seharusnya pertemuan mereka ini Yeni akan memiliki begitu banyak hal yang ingin dia bicarakan dengannya. Meskipun tidak mengatakan apapun, jika mereka bersama maka pasti dia bisa merasa tenang kan.

Setidaknya hal itu bisa dirasakan oleh Bastian, setelah melihat keadaan Yeni, dia benar benar merasa sedikit jauh lebih tenang.

Bastian merasa takut, takut jika Yeni akan menjauhinya.

Sarim yang mendengar hal ini juga merasa sangat khawatir, kemudian berkata dengan canggung:

“Yeni, sekarang tubuhmu sangat lemah, kamu membutuhkan seseorang untuk menjagamu.”

“Jika tidak biarkan Bastian tinggal di sisimu....”

Yeni masih menatap atap ruangan dengan termenung, kemudian mengatakan:

“Aku ingin menenangkan diri sendirian.”

Setelah mendengar hal itu, Bastian dan Sarim saling bersitatap, kemudian Sarim mendorong kursi roda Bastian menuju ke luar ruang rawat.

“Jangan berpikir yang tidak tidak, anak dalam kandungannya adalah segalanya untuk dirinya. Sekarang anaknya sudah tidak ada lagi, dia sebagai seorang ibu, reaksi ini sudah terbilang reaksi yang wajar.”

Saat ini Sarim lah yang berusaha menghibur Bastian.

Bastian menunduk dengan kedua mata yang sudah memerah, bertanya:

“Aku benar benar tidak bertanggung jawab, entah itu sebagai pacar Yeni, ataupun sebagai seorang ayah.”

Sarim mengatakan:

“Nona Susanti sudah mengatakan semuanya kepadaku, dia mengatakan jika kamu selalu mencari keberadaan Yeni. Sebenarnya kamu tidak bisa disalahkan dalam hal ini, aku pikir ini semua sudah ditakdirkan. Sama seperti kejadian kali ini, jika aku menghentikan mobilku lebih awal, atau lebih lama beberapa menit, maka hal ini tidak akan terjadi.”

“Tapi di dunia ini tidak ada kata jika, tidak ada yang menjual obat penyesalan, mungkin Yeni dan anaknya memang tidak berjodoh. Jika semua ini sudah terjadi, maka sekarang hanya bisa memikirkan bagaimana cara untuk mengatasinya, rasa bersalah dan menyalahkan diri tidak ada gunanya.”

Bastian memutar kursi rodanya menghadap Sarim:

“Apa kamu mencintainya?”

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu