Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 383 Mengantar Adelia Pergi

"Ini adalah pilihanku sendiri. Setiap keluarga memiliki peraturan sendiri. Aku sudah melarang peraturan keluargaku. Diusir dari rumah juga merupakan akibat yang harus diterima diriku."

Ucap Bastian dengan santai.

Adelia memandangnya dengan tatapan rumit. Ia mengigit bibirnya pelan dan bertanya.

"Apakah yang kamu lakukan itu pantas?"

"Kamu adalah anak tunggal Ayahmu. Lain kali kamu harus meneruskan warisannya."

Bastian menggelengkan kepalanya berkata.

"Aku tidak peduli dengan bisnis keluarga. Sebagai seorang pria, jika tidak bisa melindungi wanita sendiri, apa lagi yang bisa ia lakukan?"

"Aku tidak menyesal!"

"Tapi...ia tidak bisa mengandung lagi." Adelia mengerutkan alisnya dan bingung dengan tindakan Bastian. "Apakah kamu tahu apa maksudnya? Kamu tidak akan ada keturunan lain kali!"

"Untuk masalah lain kali, lain kali saja baru bahas." Bastian tersenyum, seperti tidak ingin menjawab pertanyaan ini.

"Kamu terlalu bodoh. Dulu kamu tidak membiarkan aku bertemu dengan orang tuamu, juga karena...mereka merendahkan aku kan? Lagipula aku memang tidak cocok dengan keluargamu." tanya Adelia sambil menunduk.

"Itu adalah masa lalu, tidak perlu diungkit lagi." ucap Bastian.

Adelia tersenyum paksa dan berkata.

"Aku tahu kehidupanmu dengan Yeni cukup bahagia."

"Kata-kata yang kukatakan di Kota Tajo jangan dimasukkan ke dalam hati. Sebenarnya aku mengatakan itu karena emosi. Sekarang...aku cukup iri dengan kalian berdua. Selain selamat, aku tidak memiliki pikiran lain."

Saat mengatakan ini, hati Adelia terasa sangat pahit.

Seharusnya ia lah yang dilindungi Bastian sekarang.

Bastian tersenyum canggung dan tidak membalasnya.

"Adelia, besok aku akan mengantarmu pergi dari Kota Juanda."

Ucap Bastian setelah lama kemudian.

"Keamanan Kota Juanda ini kurang baik. Kamu akan terjadi sesuatu jika menetap disini."

"Kamu juga tidak mungkin kembali lagi ke Kota Tajo. Reynard pasti tidak akan melepaskanmu. Kamu sekarang juga terluka, lebih baik pulang ke Kota Cumarun terlebih dahulu. Aku juga pernah pulang kesana sebelumnya, lalu bertemu dengan Paman Farzan. Ia bilang kamu sudah lama meninggalkan Kota Cumarun. Kupikir Paman juga merindukanmu."

Mendengar ini, Adelia menunduk lagi, tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, ia baru mengangguk dan berkata.

"Baik, aku mengerti."

Bastian baru saja bersiap mau pergi dan berkata.

"Kamu istirahat lah. Besok siang aku akan mengantarmu ke stasiun."

"Tunggu!"

Tiba-tiba Adelia memanggilnya dan mengangkat kepalanya. Wajahnya yang pucat telah dipenuhi dengan air mata.

"Bolehkah...kamu memelukku?" tanyanya.

Bastian seketika mematung dan merasa panik. Yeni berada di kamar sebelah, bagaimana mungkin ia berani memeluk Adelia.

"Maaf, a-aku... Yeni masih menungguku di sebelah. Kamu istirahatlah, semuanya akan membaik."

Setelah selesai mengatakan itu, Bastian berbalik badan meninggalkan kamar.

Adelia mematung di tempat, lalu terisak pelan.

.....

Pagi hari kedua, setelah makan sarapan, Bastian dan Yeni langsung mengantar Adelia menuju stasiun.

Kota Juadna ini hanyalah kota kecil. Tidak hanya bandara, bahkan stasiun kereta api pun tidak ada dan hanya bisa naik bis pulang ke Kota Cumarun.

"Adelia, tunggu kita stabil disini, kita akan mengundangmu untuk bermain. Kamu harus merawat baik lukamu pulang nanti."

Wajah Yeni yang penuh ketulusan juga memberi perhatian kepada luka Adelia.

"Terima kasih, Yeni. Kamu dan Bastian harus hidup bahagia juga."

Adelia memberi sebuah pelukan untuk Yeni.

Awalnya ia masih menyimpan dendam kepada Yeni. Lagipula dulu Yeni lah yang merebut Bastian. Tapi sejak kemarin malam mendengar kejadian yang menimpa Yeni, rasa bencinya pun menghilang, bahkan ia juga merasa kasihan sekarang.

Seorang wanita kehilangan hak untuk menjadi seorang ibu, betapa beratnya pukulan itu.

"Bastian, jagalah Yeni dengan baik. Aku pergi dulu." ucap Adelia sambil memandang Bastian.

"Cepat masuklah. Ini adalah bis terpagi, bentar lagi bis akan jalan." Bastian mengangguk. "Aku akan merawat Yeni dengan baik."

Adelia tidak membawa apapun, juga tidak membawa koper. Ia melambaikan tangan kearah Bastian dan Yeni, lalu masuk ke dalam stasiun.

"Sebenarnya...Adelia cukup kasihan."

Ucap Yeni yang tiba-tiba menundukkan kepalanya setelah melihat Adelia berjalan ke dalam stasiun.

"Jika aku tidak merebut dirimu darinya, mungkin orang yang kamu rawat adalah ia."

"Aku...cukup merepotkanmu."

Mendengar ini, Bastian langsung menarik Yeni ke dalam pelukannya dan berkata.

"Lain kali jangan mengatakan hal-hal seperti itu. Tidak ada yang repot kok."

"Aku sama sekali tidak pernah merasa bahwa kamu merepotkan diriku. Kamu hanya membawakan kehangatan dan kebahagiaan untukku. Kamu adalah istriku, mau sekarang, lain kali, ataupun selamanya."

Yeni bersandar di pelukan Bastian, wajahnya yang terpasang senyuman telah dipenuhi air mata.

"Aku mencintaimu, Bastian!"

Adelia telah memasuki stasiun,

Saat periksa tiket, ia sedang mengeluarkan kartu identitasnya, tiba-tiba ada sebuah surat yang muncul dari kantong atasannya.

"Ini..."

Saat melihat surat ini, ia merasa bingung. Ia membukanya dan menyadari bahwa Yeni yang menulis ini untuknya.

Adelia seketika mengerutkan dahinya. Kapan surat ini berada di dalam kantongnya? Ia sama sekali tidak menyadarinya.

Ia mengambil surat dan pelan-pelan membacanya.

Setelah melihat surat yang diberikan Yeni, mata Adelia seketika membelalak. Ia hampir terdiam di tempat selama sepuluh menit, baru tersadar kembali.

Petugas periksa tiket melihat ia berdiri begitu lama disana dan sibuk bertanya.

"Nona, bis pagi sudah mau berangkat. Apakah Anda tidak ingin periksa tiket dulu?"

Adelia ragu selama dua detik, lalu berkata.

"Maaf, aku tidak jadi naik."

Setelah itu, ia pun keluar dari stasiun. Saat ini Bastian dan Yeni sudah pergi terlebih dahulu.

Benar, Adelia tidak jadi pergi.

Ia mengeluarkan teleponnya dan menghubungi asistennya Cecilia. Setelah panggilan terhubung, langsung terdengar suara Cecilia yang khawatir.

"Kak Adelia, dimanakah kamu? Aku sudah banyak kali menghubungi nomormu, tapi tidak diangkat satu kali pun."

"Aku kira ada sesuatu yang terjadi padamu. Aku hampir saja mau lapor polisi. Dimanakah Kak Adelia sekarang?"

Adelia menarik nafas dan berkata.

"Cecilia, aku sekarang berada di Kota Juanda. Aku tidak apa-apa."

"Kamu ambil koperku dan datang ke Kota Juanda. Mungkin kita harus menetap disini untuk sementara."

Cecilia agak kebingungan. Ia bahkan tidak tahu dimana Kota Juanda berada.

"Kota Juanda? Apakah Kak Adelia tidak kembali ke Kota Tajo lagi? Bukankah Tuan Reynard ingin membantumu buka cabang perusahaan di Kota Tajo? Dimanakah Tuan Reynard?"

Sepertinya Cecilia masih tidak mengetahui apa yang terjadi pada restoran hari itu. Ia lebih tidak tahu bahwa Zayn telah meninggal.

Adelia berkata.

"Aku dan Zayn telah putus. Aku tidak akan kembali ke Kota Tajo lagi."

"Kalian...putus? Mengapa seperti itu?" Cecilia terkejut hingga teriak.

"Jangan bertanya begitu banyak untuk sekarang. Kamu segera datang ke Kota Juanda, aku akan menunggumu di stasiun."

Setelah itu, Adelia pun memutuskan panggilan.

Saat ini, salah satu tangannya masih memegang erat surat yang diberikan Yeni. Beberapa waktu kemudian, ia sepertinya sudah memutuskan sesuatu. Ia berceloteh.

"Meskipun aku tidak tahu keputusan ini benar atau salah, tapi...aku akan terus mengikutimu selamanya, Bastian."

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu