Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 310 Bukan Utusan Keluarga Yue

“Kak, aku bersalah kepadamu, aku tidak ingin membunuhmu!”

“Aku mencintaimu, aku akan mati menemanimu.”

Wajah Susanti sudah penuh dengan air mata, kedua tangannya sudah tergores pisau. Tangannya yang putih mulus, sudah tidak terlihat mulus lagi, sekarang sudah penuh dengan merah darah.

Tapi dia masih belum menyerah, dia tidak membiarkan pisau tertusuk masuk kedalam jantung Bastian.

Bastian tersenyum, bibirnya masih menggerutu, dibarengi dengan darah yang keluar dari mulutnya menyembur ke wajah pembunuh di depannya.

Dia berteriak dengan menghentakkan satu kakinya, mencoba menarik pisau yang menancap dalam tubuhnya.

“Lepaskan!”

Wajahnya sudah merah penuh darah, sebuah pisau menggores leher salah satu pembunuh, kemudian Susanti berteriak histeris.

Susanti melepaskan kedua tangannya, Bastian langsung merebut pisau yang menancap di tubuhnya barusan. Kedua tangannya menahan pisau itu dengan erat, menggunakan kekuatan terakhir yang dia miliki untuk memberikan serangan kepada dua atau tiga pembunuh yang tersisa.

Di pinggir sungai, seharusnya suasananya sejuk karena angin berhembus sepoi sepoi, tapi kali ini malah penuh dengan aroma darah dan pertempuran.

Belasan pembunuh ternyata dihabisi semua olehnya.

Ini adalah aib terbesar untuk mereka yang bekerja sebagai pembunuh, yang mengandalkan hidup diantara hidup dan mati. Saat ini mereka terbunuh karena serangan baik, sedangkan orang yang membunuh mereka berdiri disana, seperti dewa perang yang merangkak keluar dari kolam darah, tubuhnya sudah penuh luka tusukan, tapi masih tidak terkalahkan.

“Aku sudah mengatakan jika akulah yang menentukan takdirku sendiri, jangan harap kalian bisa membunuhku!”

Bastian memegang erat kedua pisau di tangannya, tertawa menakutkan menatap laki laki berpakaian jas itu.

Laki laki hanya berjarak beberapa meter saja darinya, bahkan saat ini dia sampai mundur beberapa langkah kebelakang, memandangnya gemetaran:

“Bastian, kamu benar benar membuat orang takjub!”

Ketakjuban ini membuat hatinya bergetar, bahkan ketakutan mulai menyeruak dalam dirinya.

“Hengky Tang, tidak usah menyembunyikan wajahmu itu, bukalah penutup wajahmu!”

Bastian mencibir saat menatapnya, meskipun mulutnya sudah penuh dengan darah, tapi dia mengatakannya dengan sangat jelas.

Laki laki yang memakai jas tercengang, pada akhirnya dia melepaskan penutup yang menghalangi wajahnya. Dia mencoba bersikap tenang, kemudian turut menyeringai:

“Tidak disangka jika direktur Bastian bisa mengenaliku hanya dengan mendengar suaraku, entah apakah aku harus merasa bangga akan hal ini atau tidak.”

Wajah itu persis seperti seseorang yang pernah mengejar Susanti. Bahkan saat di hari valentine saat itu dia mereka sudah menjadi sepasang kekasih.

“Kamu mendekati Susanti pasti karena ingin memanfaatkannya suatu hari untuk membunuhku kan. Siapa kamu, kenapa ingin membunuhku, siapa yang mengirimmu?” Bastian menatapnya dingin, rasanya ingin sekali menusukkan pisau ke tubuh orang di depannya itu.

“Tapi sekarang dia sudah tidak berdaya, jika Hengky Tang menyerangnya, mungkin dia sudah tidak bisa melakukan pemberontakan lagi.

“Orang mati tidak perlu mengetahui terlalu banyak hal, kamu hanya perlu tau jika hari ini adalah hari kematianmu.” Hengky Tang mengatakannya dengan nada tidak kalah dingin dibandingkan Bastian.

“Aku adalah orang yang akan mati, apa kamu tidak ingin membiarkanku mati dengan mengetahui kebenarannya?” Bastian kembali muntah darah, dia berkata dengan menggigit giginya kuat, “siapa tuanmu, Ferly Yue? Apa Teguh Yue? Atau mungkin keluarga Yue yang lainnya?”

Hengky Yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya, dia sedikit kebingungan:

“Siapa Ferly Yue? Apa yang sedang kamu katakan?”

Bastian yang melihat itu langsung terkejut, bukankah Hengky Tang adalah pembunuh yang dikirim untuk membunuh Handika dan juga Edo Yue waktu itu? Kenapa dia malah menunjukkan reaksi seperti itu, rasanya dia seperti tidak mengetahui jika Ferly Yue itu siapa?

Ferly Yue adalah tuan kedua keluarga Yue, meskipun dia tidak mengakuinya, wajahnya juga tidak akan sebingung itu kan saat mengakui jika dia tidak mengenal Ferly Yue dan Teguh Yue? Dan juga Bastian sudah berada dalam ambang kematian pada saat ini, Hengky Tang tidak seharusnya berpura pura di depannya seperti ini.

“Kamu bukan utusan dari keluarga Yue?” Bastian bertanya terkejut.

Hengky Tang menyeringai, “aku tidak akan memberitahumu siapa aku sebenarnya, tapi aku bukanlah dari keluarga Yue atau apalah itu, aku juga tidak mengenal kedua orang yang kamu sebutkan itu.”

“Sudah, aku tidak ingin mengatakan omong kosong kepadamu, Bastian, kamu sudah harus menemui jalanmu.”

Setelah mengatakan itu, tiba tiba muncul mobil dari segala arah. Setelah mobil itu terhenti, muncullah segerombolan orang berpakaian hitam yang berjalan mendekat ke arahnya.

Jumlah pembunuh kali ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang sebelumya, jumlahnya bahkan lebih dari 20 orang.

Melihat 20 orang pembunuh datang, Bastian juga sudah putus asa.

Susanti lebih terlihat putus asa dibandingkan Bastian, dia merangkul Bastian, tangisannya tidak kunjung terhenti.

Melihat mayat yang tergeletak di atas tanah, mereka yang baru saja datang langsung terkejut.

Mereka adalah pembunuh terlatih, bukan hanya preman yang berkeliaran di jalanan saja.

Bastian hanya sendirian saja ternyata bisa menghabisi rekan rekannya?

“Bastian, kamu benar benar luar biasa. Tapi sekarang aku tidak percaya jika kamu bisa memberikan perlawanan seperti apa yang kamu lakukan barusan.”

Hengky Tang menyeringai, dia mengayunkan tangannya mengisyaratkan mereka untuk membunuh Bastian.

Pada saat ini tangan Bastian tiba tiba meraba tubuhnya sendiri, mengeluarkan sebuah pistol yang dia bawa sebelumnya.

“Apa!”

Melihat Bastian yang memiliki pistol, wajah Hengky Tang bahkan pembunuh yang lainnya langsung pias. Mereka tidak membawa pistol karena kahwatir jika polisi akan menangkap mereka. Dan juga, mereka hanya ingin membunuh satu orang saja, dan mereka sudah terlatih, jadi tidak begitu menganggap Bastian.

Tidak disangka jika mereka tidak memiliki pistol, sedangkan Bastian memilikinya.

“Hengky Tang, matilah kau!”

Bastian mengeluarkan pistolnya, tatapannya penuh dengan aura membunuh. Pistol dia arahkan tepat kepada Hengky Tang.

Reaksi yang ditunjukkan Hengky Tang juga lumayan cepat, dia bisa menghindar dari tembakan yang diarahkan kepadanya, berguling kesana kemari mencoba menyelamatkan diri.

“Cepat! Cepat selamatkan aku!”

“Aaaaahhh......”

Bastian mengarahkan tembakannya berkali kali berurutan, karena luka yang dia derita terlalu serius, kesadarannya juga sudah mulai berkurang, jadi tembakan yang dia arahkan meleset.

Tapi ada satu tembakan yang tepat mengenai kaki kanan Hengky Tang.

Pembunuh yang tersisa kemudian berhambur kedepan Hengky Tang, menghalau tembakan untuknya. Bastian mengarahkan delapan tembakan dan berhasil mengenai tiga orang.

“Cepat! Cepat lindungi tuan! Bawa tuan masuk kedalam mobil!”

Segerombolan pembunuh itu berhamburan mencoba membawa Hengky Tang masuk kedalam mobil.

“Habisi dia!”

Pimpinan memberikan perintah, semua pembunuh yang bersembunyi langsung keluar dari tempat persembunyiannya untuk menyerang Bastian.

Menghadapi keadaan seperti ini Bastian juga tidak memberontak lagi. Tapi wajahnya masih tidak menunjukkan rona ketakutan, mengarahkan pistolnya ke kepalanya sendiri.

“Di dunia ini tidak ada yang bisa membunuhku, hanya aku lah....”

Saat Bastian sudah akan mengarahkan tembakan ke kepalanya, Susanti juga mengarahkan pisau yang sebelumnya dia tusukkan ke tubuh bastian ke lehernya sendiri.

Hanya terdengar.....

“Sssttttt” menggema di urdara, belati berwarna putih tertembak terarah kepada para pembunuh.

Belati belati itu tertancap tepat mengenai jantung para pembunuh. Ketajaman dan ketepatannya bisa diketahui jika seseorang yang melayangkan belati itu adalah seorang yang sangat profesional.

Bastian dan Susanti mematung ditempatnya, mereka memalingkan kepalanya dan mendapati sosok Thomas Qi dengan menggendong tas box di punggungnya. Dia terjun dari atas mobil, senjata di tangannya terarahkan dan memecahkan semua pembunuh di depannya.

Dalam sekali gerakan dia berhasil melumpuhan satu pembunuh dengan tas box yang dia layangkan, dua orang terkapar, setelah menangkap tas itu kembali, dia kembali menggendongnya di punggungnya. Setelah itu melemparkan belati di tangannya di tengah kerumunan semua orang.

“Brengsek! Kalian matilah, aku akan dibunuh oleh kakekku!”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu