Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 158 Bastian Yang Mengerikan

Setelah Genta menelepon yeni, Bastian bergegas memapah Genta menuju lantai bawah dan bersiap-siap untuk pergi menjemput Yeni.

Bastian membukakan bagasi belakang mobilnya kemudian melemparkan Genta ke dalamnya.

Saat dia hendak menaiki mobilnya, tampak selusin bajingan dengan penampilan berantakan menghalangi di depan mobilnya. Bastian hampir melupakan bahwa tempat itu adalah desa Majauleng, desa yang amburadul. Tempat yang kotor dan berantakan, menyembunyikan banyak orang yang sama seperti Genta.

“Apa yang ingin kalian lakukan?”

Bastian membalikkan tubuhnya sembari menatap mereka dan bertanya.

“Teman-teman, mobilnya bagus, dia mengendarai mobil Bentley.”

“Bos besar ya, karena kamu adalah bos besar, pinjamkan sedikit uangmu untuk kami pakai?”

Para bajingan itu berkata sembari mendekati Bastian, memasang penampilan yang tidak akan pergi jika tidak diberi uang.

Bastian kini bertemu dengan perampok yang memblokir jalannya.

Setelah dia pikir-pikir, dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil setumpuk uang kertas dari dalam dan menggoyang-goyang tumpukan uang itu.

“Apakah cukup?”

Orang-orang yang menyaksikan Bastian sangat murah hati, bertindak sangat dermawan, mata mereka tiba-tiba menyala.

“Brengsek, uangmu tidak cukup untuk kami semua. kamu pasti punya kartu debit, aku akan membawamu pergi mengambil uang!”

Sembari berkata, seseorang dengan penampilan seperti ketua berjalan keluar dari kerumunan, dia berjalan kemari sembari mengulurkan tangannya hendak merebut dompet Bastian.

Bastian menyimpan kembali dompetnya ke dalam saku, segenggam tangan menariknya kemari. Gerakan gesit Bastian serta tenaganya yang kuat, membuat pria itu tidak sempat untuk bereaksi namun sepasang tangannya sudah ditangkap oleh Bastian.

“Sialan, apa yang kamu lakukan......”

Raut wajahnya seketika berubah, tetapi sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Bastian melayangkan sebuah tinju bak hujan dan menghantam wajah pria itu.

Tinjunya langsung mengenai wajah sehingga membuat wajah pria itu berkedut. Tiba-tiba mata orang lain melebar saat menyaksikan adegan itu, mereka tidak menyangka bahwa Bastian ternyata sangat kuat.

“Sialan! Cepat lepaskan ketua kami!”

“Bajingan, percaya atau tidak kami akan membunuhmu!”

Satu persatu kerumunan mengeluarkan sebilah pisau memberi tanda kepada Bastian.

Bastian melemparkan tatapan dingin kepada mereka, dia langsung menancapkan jari tangannya ke celah mata pria itu kemudian mencongkel bola matanya keluar.

“Aarggh!!!”

Pria itu tiba-tiba menjerit histeris, jeritan itu jeritan tragis.

Orang-orang yang hendak menyerang Bastian mendadak menjadi kaku di posisi mereka berada, mereka menyaksikan adegan mengerikan.

Bajingan ini..... terlalu brutal!

Bastian membuang bola mata pria itu ke lantai dan menginjaknya menggunakan satu kaki, dan kemudian dia langsung membanting pria itu ke lantai hingga tidak sadarkan diri.

“Jangan menghalangi jalanku, atau aku akan menabrak kalian sampai mati.”

Bastian menyelesaikan perkataannya dengan nada dingin, dia masuk ke mobilnya dan menginjak pedal gas lalu pergi meninggalkan desa Majauleng.

Di dalam mobil, sofyan ketakutan hingga sekujur badannya gemetar, dia baru saja menyaksikan sisi brutal dari Bastian di dalam mobil.

“Ka...Kakak, kamu sudah bisa melepaskanku pergi. Seperti janjimu, kamu akan menyerahkan uangmu padaku setelah menangkap kakak sepupuku.” sofyan menahan ketakutannya dan memberanikan diri untuk mengatakannya.

Bastian tanpa berkata-kata langsung mengangkat tangannya dan melayangkan sebuah tinju di wajahnya hingga tidak sadarkan diri.

Seolah-olah tidak terjadi apa-apa, Bastian melanjutkan menyetir mobilnya sembari membayangkan penampilan Yeni sekarang dan membayangkan adegan bertemu dengannya lagi.

......

Tempat pertemuan yang ditetapkan oleh Bastian berada di kota Nanjo, kota Nanjo merupakan sepotong tanah kosong dengan jarak paling dekat dari tempat dia berada sekarang.

Dia sampai di sana pertama kali, dia menyeret sofyan yang pingsan keluar dari mobilnya, kemudian juga menyeret Genta keluar dari bagasi belakang mobilnya.

“Kakak, Ampun kakak! Aku sudah menjelaskan semuanya, apa lagi yang ingin kamu lakukan, apakah kamu ingin membunuhku?”

Genta dengan putus asa memohon belas kasihan, bau pesing dari semburan urin membasahi selangkangannya, menunjukkan ketakutannya terhadap Bastian sampai-sampai dirinya mengompol.

“Mengapa aku tidak melihatmu ketakutan seperti ini saat menipu uang orang lain?” Bastian melemparkan tatapan dingin kepadanya dan berkata: “Aku tidak akan membunuhmu, seluruh dunia bawah tanah di kota Tajo sudah tahu bahwa aku akan memberi hadiah uang 20 miliar rupiah hanya untuk menemukanmu. Jika kamu mati, polisi tidak membutuhkan bukti apapun dan akan menangkapku.”

“Kamu tenang saja, nanti setelah aku membiarkan istriku melampiaskan semua amarahnya padamu, aku akan mengirimmu ke polisi. Dan bukan urusanku berapa tahun kamu akan dihukum.”

Genta menangis tersedu-sedu saat mendengarkan perkataannya, dia sudah lama bersembunyi di desa Majauleng sehingga polisi tidak berhasil menemukannya, tetapi malah berhasil ditemukan olehnya di pertengahan jalan, pada akhirnya dia juga harus dikirim ke penjara.

Pada saat ini, kedua pria yang diutus oleh Sarim akhirnya sampai ditempat tujuan.

Mereka menghentikan mobilnya di suatu tempat, tetapi tidak berani untuk turun. Tempat ini terlalu jauh, nyali mereka semula kecil, tentu saja tidak berani turun dari mobil untuk menemui ajal.

“Manajer Wawan, lihat apa itu di sana?” Manajer Felix yang duduk di samping pengemudi menunjuk ke arah berhentinya sebuah mobil Bentley, dia berkata dengan nada suara gemetar.

Tatapan kedua orang tertuju ke arah Bastian yang sedang bersandar di depan mobil. mereka juga melihat sofyan yang tidak sadarkan diri tergeletak di atas tanah, terlebih lagi mereka melihat Genta dengan wajah penuh darah dan luka-luka di sekujur tubuhnya. Saat itu Genta masih dalam keadaan menangis tersedu-sedu.

“Ini......”

Raut wajah kedua manajer berubah drastis saking takutnya, Sekujur badan mereka gemetar.

“Pembunuhan, ini adalah pembunuhan!”

Manajer Wawan melihat situasi sehingga mengira bahwa sofyan sudah tewas, dia tiba-tiba menjerit bahkan hendak menyalakan mesin mobil dengan tergesa-gesa dan membanting setir untuk meninggalkan tempat tersebut.

“Cepat! Cepat kabur!” desak manajer Felix yang ketakutan.

Bastian yang mendapati mobilnya tiba-tiba berbalik arah, dia dengan tergesa-gesa menarik kakinya dan mengejar mobil itu sembari berteriak:

“Yeni!! Jangan pergi Yeni!!”

“Yeni!!!”

Tetapi dia tidak bisa mengejar mobil hanya dengan menggunakan kedua kakinya, dia bahkan sudah mengejarnya hingga ke tepi jalan raya namun tetap tidak berhasil dikejar, ditatapnya mobil yang pergi meninggalkan dirinya.

Bastian menghantamkan kakinya dengan kesal dan berlari kembali dengan cepat, dia melemparkan kembali sofyan dan Genta ke dalam mobil lalu menyetir mobilnya untuk mengejar mobil tadi.

......

“Pak Sarim! Pak Sarim! Di sana ada pembunuhan, ada orang tewas!”

“Cepat kabur!”

Sarim yang sedang memarkirkan mobilnya di tepi jalan tiba-tiba menerima sambungan telepon dari Manajer Felix.

Terdengar suara ketakutan manajer Felix yang hampir menangis di balik telepon.

Sarim dan Yeni tiba-tiba ketakutan hingga raut wajah mereka berubah menjadi pucat pasi setelah mendengar panggilan bebas genggam yang dihubungkan Sarim, dengan cepat dia menyetir mobilnya dan kabur.

“Untunglah, untung kita tidak mengikutinya!”

Sarim menginjak pedal gas dengan keras, badannya gemetar karena tidak bisa menahan rasa takutnya.

Yeni ketakutan juga, dia sempat berpikir kemungkinan ini adalah penipuan yang lain, tetapi dia tidak menyangka bahwa mereka ternyata akan sampai membunuh orang. Untung saja dia menelepon Sarim dan membahas masalah ini. Seandainya dia datang sendiri, dia tidak bisa membayangkan konsekuensi yang akan didapatkannya.

Yeni menangis lagi setelah memikirkan bahwa dirinya tidak bisa mendapatkan uangnya kembali.

Sarim membujuknya:

“Jangan menangis lagi Yeni, jelas-jelas ini adalah jebakan.”

“Uang bisa didapatkan kembali secara perlahan, tetapi ketika nyawa hilang, maka semuanya selesai.”

Yeni menangis dengan suara tertahan, dia menyeka air matanya dan menganggukkan kepalanya.

Kedua manajer dan Sarim nyaris menginjak pedal gas sampai habis, takut akan disusul oleh seseorang,

Bastian memang tidak berhasil mengejar mereka, karena waktunya yang tertunda lama, sehingga menyebabkan dirinya kehilangan jejak manajer Wawan beserta yang lainnya.

Dia sudah memasuki area perkotaan, Bastian memarkir mobilnya di tepi jalan, sekujur badannya sudah kelelahan.

Sedikit lagi, sedikit lagi dia bisa bertemu dengan Yeni!

Jika dia menyadarinya dari awal, seharusnya dia tidak membiarkan Yeni melihat dirinya dan bersembunyi di dalam mobil. Yeni pasti telah melihatnya sehingga meminta sang pengemudi untuk pergi meninggalkannya.

“Sial!”

Bastian memukul keras kemudi mobilnya, kemudian berbalik menoleh ke arah sofyan yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya, dia melampiaskan kekesalannya dengan melayangkan sebuah pukulan di tubuhnya.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu