Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 164 Kekuasaan Keluarga Xiao

Susanti sendiri mendorong kursi roda dan membawa Bastian pulang rumah.

Ia membantu Bastian ke ranjang, memasak makanan untuknya, lalu juga mencuci bajunya, seperti menjadi pembantu untuk Bastian.

Setelah selesai melakukan semuanya, Susanti juga sangat lelah, lalu menarik kursi duduk di hadapan ranjang Bastian.

Melihat Susanti yang kelelahan, Bastian merasa terharu dan bersalah juga. Ia berkata.

"Kamu sudah bekerja keras, Susanti."

Susanti memandangnya dan menggelengkan kepalanya tersenyum berkata.

"Tidak lelah kok, sama sekali tidak."

"Biarkan aku merawatmu untuk sebulan ini. Aku akan minta cuti kerja kepada manajerku. Kakimu terluka, tidak ada yang rawat cukup menyedihkan."

"Tapi..." Mendengar ini, Bastian merasa kurang baik dan berkata. "Aku terlalu merepotkanmu. Aku lebih baik menyuruh Patrick untuk mencari perawat untukku."

Susanti sibuk berkata.

"Bagaimana boleh seperti itu? Perawat bekerja sesuai gaji, ia pasti tidak merawat Kakak dengan teliti."

"Kamu sekarang adalah pasien, harus dirawat dengan teliti, setiap hari juga harus ganti perban baru. Lebih baik aku saja yang merawatmu. Aku adalah adikmu, kamu tidak perlu sungkan."

Melihat Susanti yang begitu tulus dan perhatian kepadanya, seketika rasa sedih dalam hati Bastian hilang begitu saja.

"Sakit kah?" tanya ia.

Susanti terdiam sesaat, lalu kembali bereaksi. Ia menggunakan tangannya untuk menutup bagian wajah yang tertampar. Ia menggelengkan kepala dan berkata.

"Tidak sakit."

Bastian menghela nafas dan berkata.

"Bagaimana mungkin kamu tidak sakit? Kamu tidak sakit, tapi aku merasa kasihan."

Wajah Susanti seketika memerah dan tiba-tiba merasa baik mendapat tamparan ini.

"Sini biarkan aku lihat, bengkak atau tidak." ujar Bastian.

Tubuh Susanti gemetar pelan, lalu mendekatkah wajahnya. Meskipun wajah putihnya tidak bengkak, tapi jejak jarinya belum sepenuhnya menghilang. Ditampar seperti itu, bagaimana mungkin tidak sakit.

Melihat ini, Bastian seketika mengerutkan dahinya, lalu pelan-pelan mengangkat kepalanya dan meniup beberapa kali ke wajah Susanti.

"Waktu kecil aku jatuh, Kakakku selalu meniup seperti ini kepadaku." ujarnya.

Udara sejuk yang menerpa membuat hati Susanti hangat kembali dan wajahnya pun kembali memerah.

"Kamu tenang saja, aku pasti akan membalas dendam untukmu. Ia pukul kamu sekali, aku akan membalasnya sepuluh kali lipat." ucap Bastian lagi sambil menarik nafas.

Susanti memandangnya kesal dan berkata.

"Kamu masih ingin membalas dendam setelah dipukul seperti ini?! Untung saja petugas keamanan datang di saat yang tepat, kalau tidak apa yang terjadi pada dirimu?"

Mendengar ini, Bastian hanya tersenyum dan tidak banyak cakap.

"Tapi mengapa mereka ingin menghajarmu? Apakah ada masalah antara kalian berdua?" tanya Susanti lagi.

Bastian berkata.

"Seharusnya tidak ada masalah, tapi sekarang sudah ada."

"Orang yang kakinya patah itu adalah Raffy. Ia dulu pernah mengganggu Kakakku, lalu kakinya patah karena diriku, jadi ia sangat kesal saat melihat diriku hari ini. Dan yang satunya lagi, aku kurang kenal, mungkin mereka berteman."

Susanti agak terkejut mendengar ini. Baginya, Bastian adalah pria yang elegan dan ramah. Ia tak sangka bahwa Bastian ada sisi yang seperti itu.

"Kamu berani-beraninya mematahkan kaki orang, pantas ia begitu benci kepadamu."

Bastian tertawa dan berkata.

"Ia sendiri yang mengganggu Kakakku dulu. Orang ini memang kurang diberi pelajaran."

Susanti juga teringat ia pernah diganggu Raffy di ruamh sakit. Ia seketika mengerutkan dahi dan berkata.

"Orang itu terlihat tidak baik. Ia juga menggangguku di rumah sakit."

"Lalu ia juga mengikutiku ke ruang rawat inap. Kalau aku tahu, aku pasti sudah mengusirnya, maka masalah yang tadi tidak akan terjadi."

Kerut pada dahi Bastian semakin dalam setelah mendengar ini. Raffy begitu kesal kepadanya dan juga memiliki pikiran lain kepada Susanti. Apakah Raffy bisa mencari masalah dengan Susanti, jika tidak menemukan dirinya?

"Kalau begitu, kamu bersama denganku saja sebulan ini. Jangan pergi ke kantor dulu. Bagaimana kalau ia menemukan dirimu, siapa tahu apa yang akan dilakukan bajingan itu."

Ucap Bastian sambil mengerutkan dahinya.

Susanti sangat menginginkannya, tentu ia akan mengatakan iya.

......

Beberapa hari selanjutnya, Susanti terus berada di rumah Bastian untuk merawatnya. Demi mudah merawatnya, Susanti langsung pindah ke dalam rumah Bastian. Makanan untuk setiap hari, biasanya dimasak olehnya. Pakaian pun juga dicuci olehnya, bahkan mengelap tubuh pun, ia juga melakukannya.

Tentu ia hanya mengelap tubuh bagian atas. Bastian malu jika membiarkannya mengelap tubuh bagian bawah.

Susanti telah minta cuti kerja sebulan ke kantor. Saat ia minta cuti kerja sebulan, manajer seketika sangat kesal. Tapi saat ia bilang mau merawat Bastian, manajer seketika kembali tersenyum. Tidak hanya membiarkannya cuti, bahkan ia juga memberitahu Susanti, bahwa gajinya sebulan ini juga tetap diberikan seperti biasa.

Setelah beberapa hari berlalu, Patrick membawa keranjang buah untuk mengunjungi Bastian.

"Kak Bastian, kudengar kamu dipukul seperti ini. Kalau aku adalah kamu, aku pasti akan langsung menunjukkan identitasku yang sebenarnya, lihatlah apakah dua bajingan itu masih berani melakukannya?!"

Patrick mengupas apel sambil berceloteh dengan kesal.

"Orang lain ingin sekali menggunakan kemampuan yang mereka miliki, memberitahu identitas sendiri. Sedangkan kamu berbeda, tidak ingin mengatakannya, bahkan tidak ada yang tahu kalau kamu adalah anak Fendy, Tuan Muda besar Keluarga Yue."

Bastian berkata.

"Orang yang bergantung kepada keluarganya adalah pecundang. Lebih kasar lagi, berlagak keren dengan kemampuan keluarga."

"Aku kuat dan pintar, memiliki kemampuan sendiri. Untuk apa bergantung kepada keluarga?"

"Kalau bukan hari itu aku ditabrak, mungkin aku sudah mematahkan kepala orang itu."

Patrick menghela nafas dan berkata.

"Aku sudah memeriksa identitas orang itu. Ia adalah Nicholas Xiao, berasal dari Keluarga Xiao. Perusahaan Xiao Wat merupakan perusahaan besar dalam perusahaan peringkat sepuluh besar di Kota Tajo. Pemilik Perusahaan Xiao Wat alias Willy Xiao adalah Ayahnya Nicholas."

"Willy itu sangat hebat. Tahun ini ia sudah menduduki peringkat orang terkaya di Kota Tajo. Latar belakang keluarganya juga sangat kuat, pantas Nicholas itu juga begitu sombong."

Sambil berbicara, ia memberi apel yang sudah selesai dikupas kepada Bastian.

"Willy mungkin sudah mengetahui diriku adalah pemilik Perusahaan Ninetop dan mulai membalas dendam kepadaku?" Bastian makan apel sekali, lalu dengan tenang bertanya.

Patrick seketika terdiam dan agak terkejut berkata.

"Bahkan kamu sudah mengetahui itu juga. Betul, ia memang sedang membalas dendam kepada kita."

"Sial! Orang tua itu beberapa saat ini merebut banyak bisnis kita, bahkan ia juga menyuruh bawahannya untuk membuat onar di hotel dan restoran milik perusahaan kita."

Mendengar ini, Bastian berkata.

"Raffy pasti menjalin hubungan yang dalam dengan keluarga mereka, ditambah sebulan ini Perusahaan Ninetop juga membeli banyak bisnis dan sedang berjaya."

"Menembak burung yang baru terbang. Sebagai orang terkaya di Kota Tajo, Willy tentu harus mengalahkan kita."

Patrick mendengus pelan.

"Aku tidak peduli betapa kayanya ia. Aku dan Setiawan sedang membahas bagaimana untuk menyerangnya balik. Tidak memberi pelajaran kepada bajingan tua itu, ia terus mengira perusahaan kita mudah dihina."

Sedangkan Bastian melambaikan tangannya setelah mendengar ini. Ia berkata.

"Untuk sementara jangan menyerangnya kembali. Tunggu lukaku membaik dan balik ke kantor, kita baru membahasnya lagi."

Patrick agak semangat dan dengan kesal berkata.

"Bagaimana boleh seperti itu? Jangan-jangan harus membiarkan mereka terus menghina kita? Aku tidak bisa menahannya!"

Bastian dengan sabar berkata.

"Kekalahan sementara lebih baik dari kemenangan sementara. Sekarang kamu menyerang balik, mungkin terlihat jaya. Tapi mereka adalah perusahaan yang memiliki dasar kuat di Kota Tajo. Dasarnya pasti lebih kuat dari kita. Kalau ia menyerang balik lagi kepada kita, pasti kita yang rugi."

"Kekalahan sementara dan membiarkannya menghina kita, ia pasti tidak akan menganggap kita. Hal itu sangat untung bagi kita dan menyerang kembali dengan kuat kepadanya, sehingga ia tidak dapat melakukan apapun."

"Bukan ia sendiri yang melihat kita, bagaimana dengan yang lain? Kalau mereka yang lain juga melihat kondisi itu, mungkin saja kita tertendang keluar sebelum kita berdiri stabil di tempat ini."

Patrick seketika terdiam setelah mendengar ucapan Bastian. Ia seketika merasa takut atas kelakuan gegabahnya. Untung saja hari ini ia datang membahas masalah ini dengan Bastian.

"Sudah. Aku mengerti kok. Kalau begitu, aku akan menahannya!" ujar Patrick setelah menghela nafas.

"Oh iya, bagaimana dengan lukamu?" tanyanya.

"Cukup baik lukanya. Untung ada Susanti yang merawatku." ujar Bastian.

Mendengar ini, Patrick terkekeh dan berkata.

"Bagaimana cara perawatannya? Kalian berdua tidak tidur di satu ranjang yang sama kan?"

Bastian mengerutkan dahi dan langsung melempar apel di tangannya kearah Patrick.

"Sialan! Dasar mesum!"

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu