Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 211 Konfrontasi Antara Sarim dan Bastian

Patrick tidak paham saat menerima panggilan telepon dari sarim, dia berpikir bahwa Sarim telah merebut Yeni dari Bastian, mengapa dia menghubungi mereka lagi? Selain itu, orang yang menghubunginya adalah dia, bukan Bastian.

“Patrick, di mana rumah Bastian?”

Sarim kembali bertanya saat tidak mendapat jawaban dari Patrick.

“Bukan, untuk apa kamu mencari Bastian?” nada bicara Patrick terdengar tidak senang, kemudian dia berkata: “Bukankah kamu sudah merebut Yeni, apa maksudmu untuk mencari Bastian lagi?”

“Aku justru mencarinya karena Yeni!” Sarim berusaha menahan emosinya kemudian berkata: “Beri tahu aku di mana dia tinggal, aku sekarang pergi mencarinya.”

Patrick ragu-ragu untuk sesaat hingga sebelum akhirnya dia memberi tahu alamat tempat tinggal Bastian.

Bastian merasa terpuruk akhir-akhir ini, dia tidak ingin bertemu dengan siapa pun. Thomas yang tinggal satu atap dengannya saja tidak pernah bertemu dengannya tiap dia pulang ke rumah, Patrick merasa bahwa hubungan antara Bastian, Sarim dan Yeni masih belum berakhir, jadi pada akhirnya dia memberitahu alamatnya kepada Sarim.

“Terima kasih!”

Sarim segera memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan terima kasih.

Patrick merasa semakin tidak beres setelah dia memutuskan sambungan teleponnya, dia bergumam:

“Mengapa dia mau pergi mencari Bastian, jangan-jangan dia mau pergi untuk berkelahi dengannya......”

Patrick menelan ludahnya dan segera menghubungi telepon Thomas Qi untuk bergegas kembali ke rumah.

Dia juga meninggalkan kantornya setelah meneleponnya, dengan cepat dia menyetir mobilnya bergegas menuju rumah Bastian.

......

Dan saat ini mobil Sarim telah tiba di depan pintu masuk rumah Bastian, dia turun dari mobil dan langsung berlari menuju pintu rumah Bastian dan membunyikan bel pintu tanpa henti.

Setelah menekan bel pintu sekitar lima menit, akhirnya dia mendengar suara kursi roda mendekat.

Tidak lama kemudian, Bastian membukakan pintu rumahnya. Bastian tiba-tiba tertegun saat melihat tampang wajah suram Sarim yang sedang berdiri di luar pintu rumahnya.

“Kamu lagi, mau apa lagi kamu ke rumahku?”

Bastian mengernyitkan keningnya, memasang wajah tidak ramah.

Dia baru saja selesai berkata, kemudian Sarim menerjangnya dengan tatapan mengerikan, dia melayangkan tinjunya dengan keras ke wajah Bastian.

Bastian tidak ada persiapan sama sekali, tinju yang dilayangkan membuatnya sedikit lengah hingga kursi rodanya meluncur jauh ke belakang.

“Untuk apa? Aku datang untuk memberimu pelajaran!”

Sarim mengernyit dan memarahinya, kemudian dia menerjang ke arah Bastian.

Dia meninju wajahnya lebih keras lagi. Namun, Bastian berhasil menangkap tangannya saat dia melayangkan tinjunya.

Dia menangkap tinju Sarim, menatapnya dengan tatapan marah.

Raut wajah Sarim berubah, tinjunya seperti ditangkap oleh tang besi, tidak bisa dilepaskan sedikitpun. Untuk sesaat, dia sedikit terkejut dengan kekuatan Bastian, dia bahkan telah ditundukkan oleh orang yang sedang duduk di kursi roda.

Setelah Sarim berusaha melepaskan dirinya dari tangan Bastian untuk waktu yang lama, namun dia tetap gagal, hingga dirinya berkeringat dingin.

“Kamu sakit ya!” Bastian tidak bisa menahan diri untuk memarahinya: “Aku sudah membiarkanmu merebut Yeni, apa lagi yang kamu inginkan? Apakah kamu mau kursi rodaku?”

Sarim memasang tampang mengerikan, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melepaskan dirinya dari Bastian namun gagal.

Wajahnya memerah, dia menggertakkan giginya kemudian menggeram dengan sedih:

“Kamu benar, aku memang sakit, jelas-jelas aku tahu bahwa dia tidak mungkin bisa melupakanmu dan masih bersedia untuk bersamanya!”

Bastian tiba-tiba tertegun saat mendengarkan perkataannya, dia mengernyit dan bertanya:

“Apa maksudmu?”

Sarim kemudian tertawa pahit sembari menangis serta merasa bersalah dan tidak rela. Dia berkata:

“Dia sangat bodoh, aku tanya padamu, mengapa kamu tidak pergi mencarinya?”

Bastian berkata dengan dingin saat mendengarkan perkataannya:

“Mengapa aku harus pergi untuk mencarinya, apakah perkataannya di rumah sakit belum cukup jelas.”

“Dia pergi bersamamu dari hadapanku, apakah aku harus duduk di kursi rodaku dan menuju ke rumahnya dan berlutut di hadapannya untuk memohonnya kembali?”

Meskipun Bastian merasakan sakit hati dan sedih, tapi dia juga memiliki martabat. Perkataan Yeni saat berada di rumah sakit, meskipun tidak enak di dengar dan sangat kejam, bahkan dia sudah berinisiatif untuk menyatakan perasaannya kepada Sarim, lalu apa lagi yang bisa dilakukannya?

“Jadi kamu langsung percaya begitu saja?” Sarim berkata penuh impulsif: “Dia sengaja menyakitimu, bodoh, pada awalnya dia memilih untuk meninggalkanmu dan menyembunyikan dirinya darimu, semua itu memang pilihannya. Tapi sekarang anak yang dikandungnya telah gugur, dia merasa sangat bersalah terhadap dirimu, dia tidak mempunyai keberanian untuk menemuimu.”

“Dia hanyalah seorang wanita, dia hanya ingin menyelamatkan martabatnya untuk yang terakhir, makanya dia berinisiatif untuk meninggalkanmu! Dia tidak ingin membuatmu merasa bersalah dengan membuatmu tidak memikirkan tentang dia lagi. Jadi dia sengaja menyakitimu supaya kamu membencinya.”

“Kamu pikir dia benar-benar menyukaiku, dari awal hingga akhir di dalam hatinya hanya ada kamu!”

Perkataan Sarim seolah seperti palu yang berat yang mengetuk pintu hati Bastian. Dia tertegun dan dengan tatapan tidak terbayangkan menatap Sarim, hingga pada akhirnya dia melepaskan tangannya, namun dia meraih kerah baju Sarim dan bertanya dengan suara gemetar.

“Apa katamu, apakah kamu serius dengan ucapanmu?”

Sarim memasang wajah lelah dan dirinya tersenyum pahit:

“Aku juga menipu diriku sendiri, dengan bodohnya aku mengira bahwa dia benar-benar bisa melupakanmu, dan akan bersamaku untuk pergi keluar negeri.”

Dalam hatinya hanya ada dirimu, bagaimana dia bisa melihatku dengan mudah.

Bastian melepaskan kerahnya dan mencucurkan air mata, perasaannya berkecamuk. Ternyata semua perkataan Yeni di dalam rumah sakit saat itu bukanlah niat aslinya, Yeni masih mencintainya, dari awal hingga akhir dia masih mencintainya.

“Kamu...... mengapa kamu mau memberitahu semua ini kepadaku?” tanya Bastian.

Sarim tampak seperti orang yang mengalami kekalahan yang berdiri di hadapannya, dia tersenyum pahit dan berkata:

“Anggap saja aku membalas kebaikanmu, kamu pernah membantuku di pelelangan terakhir kali, dan sekarang aku juga akan membantumu sekali.”

“Aku jelas bukan demi dirimu, tapi demi Yeni, karena aku mencintainya, dan dia adalah cinta pertamaku. Tetapi dia tidak mencintaiku, aku tidak punya cara lain lagi, aku benar-benar tidak bisa membiarkannya menderita semua rasa sakit sendirian.”

“Kamu pergi carilah dia, jika kamu benar-benar mencintainya, maka jangan mudah untuk melepaskannya. Dia adalah wanita yang baik. jika kamu tidak menginginkannya, dia tidak bisa melahirkan lagi, bisa kamu bayangkan seperti apa kehidupannya di masa depan?”

Setelah mendengar ucapan Sarim, terutama pada kalimat yang terakhir, Bastian merasa sangat sedih.

“Terima kasih! Beri tahu aku di mana keberadaan dia sekarang, aku akan pergi untuk mencarinya!” kata Bastian.

Sarim memberitahu alamat tempat tinggal Yeni kepada Bastian, dan segera disimpan oleh Bastian, tanpa berkata apa-apa lagi dia langsung mendorong kursi rodanya keluar dari rumah dan bahkan tidak menutup pintu rumahnya.

Dia langsung pergi mencari Yeni, tidak peduli Yeni akan mengatakan apapun, dan melakukan tindakan apapun. Bahkan jika hari ini Dewa telah datang, dia tetap akan pergi menjemput Yeni untuk kembali serta tidak akan pernah berpisah darinya untuk selama-lamanya.

Setelah Bastian meninggalkan Sarim, dia pun keluar dari rumah Bastian, dia duduk di depan pintu rumahnya dengan lemas, memandang langit dan mencucurkan air mata membasahi pipinya:

“Yeni, ini adalah hal terakhir yang bisa kulakukan untukmu.”

“Aku akan pergi, mungkin aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi untuk selamanya, aku harap kamu bahagia......”

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu