Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 435 Hati-hati, Aku Akan penggal Kepalanya

Aldo menyelinap keluar dari bar dan pergi ke rumah Omar sendirian.

Saat ini hatinya cemas, seperti jatuh ke dalam gudang es, seluruh punggungnya berkeringat dingin.

leonaro yang satu kapal dengannya, ternyata sudah dibunuh oleh Bastian. Dia bahkan tidak tahu kapan Bastian meragukan mereka berdua, yang paling penting adalah ciri khas Bastian yang membunuh tanpa ampun.

Untungnya, dia mendapat telepon dari Jaesin tepat waktu, dan mengambil kesempatan pergi dari sini sebelum Bastian dan yang lainnya datang ke sini. Kalau tidak, ketika Bastian datang, dia bahkan tidak bisa berlari jika dia mau.

“dik, kamu istirahatlah dengan tenang...”

Aldo menghela nafas dan hatinya merasa sedih.

Dia adalah satu-satunya orang yang tersisa dari beberapa anak buah mereka.

Dan yang lainnya, semuanya telah sepenuhnya sudah menyerah kepada Bastian.

Dari sini ke rumah Omar, kira-kira mengabiskan waktu empat puluh menit dengan menaiki mobil, dan saat di tengah masih harus melewati pinggiran kota.

Tetapi pada saat ini, Aldo juga tidak terburu-buru, mobil melaju dengan stabil.

Bagaimanapun, Bastian dan mereka pasti tidak bisa membayangkan bahwa dia sedang dalam perjalanan ke rumah Omar sekarang, bahkan jika Bastian memiliki keberanian, Aldo juga tidak percaya bahwa Bastian berani bergegas ke rumah Omar dan langsung membunuhnya.

Setelah mengemudi selama sekitar dua puluh menit, Aldo secara bertahap lega dan ingin merokok untuk menghilangkan kekhawatirannya.

Tetapi tepat ketika dia parkir di bahu jalan dan hendak menyalakan rokok, tiba-tiba dia mendengar suara aneh.

Itu seperti suara bom waktu yang akan segera meledak.

Seketika, Aldo terdiam di kursinya, dan keringat sebesar kacang, turun dari dahinya. Dia bisa mendengarnya dengan jelas, suara itu berasal dari bawah mobilnya.

“Sisss!”

Aldo menghirup udara dingin dan dengan segera membuka pintu untuk melompat.

Tetapi pada saat dia membuka pintu, sebelum dia bisa melompat turun, dia mendengar suara yang keras dan tak tertandingi.

Ini adalah suara terakhir yang didengar Aldo dalam hidupnya.

Mobil yang dia kendarai tiba-tiba berubah menjadi potongan-potongan yang tak terhitung jumlahnya, dan bagian depan mobil itu melayang.

“Boomm!”

Mobil itu terus meledak dengan keras, menghancurkan jendela beberapa mobil beberapa meter dari mobil itu, dan gelombang angin menghembus beberapa meter jauhnya.

Pada saat ini di kejauhan, sebuah mobil Buick yang jendelanya pecah, ada dua pria terkejut dan mata mereka hampir terkeluar.

Mereka dikirim oleh Omar untuk menjemput Aldo, tetapi sebelum menjemputnya, Aldo sudah mati terbakar oleh mobil yang dikendarainya.

“Ka... kami…”

Pria yang duduk di kursi penumpang depan tidak bisa menahan menelan air liurnya dan badannya bergetar:

“Mari kita kembali untuk memberi laporan, atau… apakah mau menelpon Tuan Omar dulu?”

Mendengar ini, orang yang duduk di kursi pengemudi mengeluarkan ponselnya dengan gemetar.

Tetapi sebelum memencet nomornya, ponselnya tiba-tiba dirampok.

Dia segera menoleh dan menatap Bastian yang berdiri di luar jendela dengan wajah tersenyum.

“Teman, mau datang untuk menjemput Aldo ya?”

Bastian menatapnya dan bertanya sambil tersenyum.

Di sisi lain, Jasper dan yang lainnya muncul, dan segera mengendalikan orang-orang di kursi pengemudi.

“Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku sedang bersiap menelpon polisi, ada orang yang terbunuh di sini.” Pria di kursi pengemudi tampaknya berpengalama, karena dia masih bisa berbohong pada saat ini.

“Benarkah, kalau begitu Tuan Omar yang berkomentar di ponselmu ini siapa?”

Bastian melemparkan kembali ponselnya kepadanya dan menunjuk ke arah layar.

Seketika pria itu berhenti berbicara dan terlihat sangat malu.

“Jangan khawatir, aku tidak akan melukaimu.”

Bastian berkata sambil tersenyum:

“Aku mengebom mobil itu, Aldo sudah mati terbakar dan Leonardo sudah dieksekusi.”

“Kembalilah dan beri tahu Omar, namaku Bastian, aku orang dibalik geng cahaya. Aku tidak main-main, siapa pun yang mengkhianatiku akan mati. Tentu saja, aku tidak memiliki pertengkaran dengan Tuan Omar, dan aku tidak ingin bermusuhan dengannya.”

“Jaesin harus mati, aku tidak perlu mencari Tuan Omar untuk membalaskan dendamnya. Semuanya jangan sampai ada yang saling menyinggung kedepannya, jika Tuan Omar berkeras ingin bertarung melawan ku , tentu saja, aku tidak akan takut untuk bertarung, tetapi kamu harus menyuruh dia memikirkannya dengan baik. Jika menjadi musuhku, hati-hati aku memotong kepalanya.”

Bastian sangat sombong untuk melemparkan kata-kata ini, lalu menyuruh Jasper dan yang lainnya untuk mundur dan membiarkannya pergi.

Setelah melihat mobil itu melarikan diri dari sini seperti buronan, Jasper menghampiri dan berkata:

“Tuan Bastian, tindakan Jaesin dan yang lainnya pasti terinspirasi oleh Omar.”

“Jika kita tidak membalas dendam padanya, apakah itu tidak akan seperti pengakuan. Dan aku pikir Omar pasti sangat arogan. Bahkan jika kita mau mengakuinya, aku berpikir dia pasti tidak akan membiarkan kita pergi. Terutama ketika kita menyingkirkan Jesin, bukankah itu sudah memukul wajahnya?”

Selesai berbicara, Krosdi dan Neo menganggukkan kepala dan menggemakan kata-kata Jasper.

Sekarang mereka memiliki lebih dari dua ratus tentara yang dilatih oleh Thomas, tampaknya mereka memiliki banyak keberanian, bahkan Omar tidak takut. Tampaknya ada beberapa keraguan dengan keputusan Bastian.

“Omar tidak mudah dihadapi, dia bahkan lebih sulit daripada Juvenal. Setelah kita berurusan dengan orang-orang Jaesin, kita sudah sedikit lelah.”

Bastian berkata dengan membalikkan tangan:

“Jika kita tidak membalas dendam pada Omar, bahkan jika kita bisa menang, kita mungkin akan menang dalam bahaya, dan kerugiannya akan sangat besar, yang tidak layak. Tentu saja, berharap dia bisa menerima pengakuanku. Jika dia tidak menerimanya, maka kita hanya bisa melawannya.”

“Pada saat itu, aku tidak peduli dengan konsekuensinya, bahkan jika dia adalah naga, aku akan memotong kepalanya!”

……

Rumah Omar.

Kedua pria itu bergegas kembali dengan panik, dan menyampaikan apa yang terjadi dan pesan Bastian kepada Omar.

Setelah mendengar ini, Omar tertegun sejenak, lalu ia menghancurkan cangkir di atas meja batu ke bawah, menghancurkannya menjadi berkeping-keping.

Dan tampaknya semakin marah, dia langsung menghancurkan cangkir.

“Berani sekali!”

Omar sangat jarang marah, dan dia berkata dengan mencibir:

“Dia pikir bahwa jika dia membunuh Juvenal, dia akan bisa membunuh diriko Omar, dia masih berani mengancamku dan mau memotong kepalaku!”

“Hahaha! Apakah aku takut!”

Kedua pria itu gemetar ketakutan, mereka tidak berani mengatakan sepatah kata pun, tetapi mereka terus mendengar perkataan Omar.

“Jika kamu tidak memiliki sikap, aku akan menyatakan perang.”

“Bagus! Aku sudah lama tidak pernah bertemu pemuda seperti itu, kalau begitu aku akan bertarung secara resmi dengannya! Sampai dia memohon belas kasihan padaku!”

Omar mendengus dingin dan berkata kepada dua pria itu:

“Kalian segera memberi tahu yang lainnya untuk bergegas pergi ke perusahaan Jaesin dan jaga dia.”

“Kalian harus menjaga Jaesin untukku, Bastian ini benar-benar cari mati!”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu