Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 217 Perpisahan dengan Sarim

Dua hari kedepan, hampir setiap saat Bastian menemani Yeni. Menemaninya jalan-jalan ‘shopping, dan juga kuliner.

Dua hari ini, termasuk hari-hari yang membuat Bastian merasa sangat bahagia.

Bahkan hampir setiap hari, dia rela mengendarai mobilnya kesana kemari yang berisikan penuh barang milik Yeni.

Tepat hari minggu malam, Sarim mengajak Bastian untuk bertemu.

Dalam percakapannya melalui ponsel seluler itu, Sarim berulang kali meminta dan mengingatkan Bastian untuk tidak memberitahukan Yeni.

Setelah makan malam, Bastian mencari alasan untuk pergi ke kantor menyelesaikan sedikit urusan, kemudian dia pergi seorang diri, dan di sekitar kantor lah Bastian bertemu dengan Sarim.

“Dengar-dengan kamu sudah akan pergi, apa benar akan pergi ke luar negeri?”

Bastian menatap Sarim yang tampak sedikit gelisah, memang, beberapa har ini dirinya merasa sangat senang selalu bersama dengan Yeni, sebaliknya, Sarim tentu merasa sedikit tertekan.

“Iya, benar. Sebenarnya tempo hari aku mencarimu, berencana ingin mengajak Yeni pergi keluar negeri bersamaku, tapi ternyata dia menolaknya.”

Sarim menimpalinya dengan sedikit tersenyum :

“Tapi sekarang, sudah tidak perlu. Dia sudah ada kamu disampingnya, dan juga sudah tidak membutuhkanku. Aku dan ayahku sudah menunggunya agak lama, dan berhasil mengulur waktu hingga beberapa hari ini, menunggu hingga Yeni keluar dari rumah sakit. Begitu dia keluar dari rumah sakit, maka aku tak lagi mengkhawatirkannya, jadi, aku putuskan untuk pergi besok pagi meninggalkan Kota Tajo.”

Bastian yang mendengar penjelasan itu, memandangnya dengan perasaan gundah.

Sebenarnya Sarim beranggapan, bahwa Bastian seharusnya sangat berterima kasih pada dirinya. Berterimakasih karena sudah menjaga Yeni dalam waktu yang tidak singkat, juga harus berterimakasih padanya karena saat itu dirinya ke rumah dia, meskipun Sarim melayangkan dua pukulan padanya, tapi dia sudah melupakannya.

Kalau bukan karena Sarim, mungkin saja dirinya dan Yeni tidak akan kembali berbaikan.

“Maaf, permohonan maaf itu aku mewakilkan Yeni.” Bastian mengucapkannya dengan sangat santun : “Selain itu, aku juga mau mengucapkan terimakasih padamu, terimakasih karena sudah pernah menjaga Yeni.”

Sarim justru tertawa mendengarnya, kemudian berkata :

“Aku tidak terima keduanya, Yeni tidak pernah berbuat salah padaku, karena itulah perasaan, kalau bukan kedua belah pihak yang rela melakukannya, maka salah satu diantaranya yang akan berkorban. Dia tidak pernah menyukaiku, jadi, ini adalah pengorbananku, walaupun aku terluka, aku juga tidak boleh menyalahkan siapapun.”

“Aku justru belajar banyak darinya, kesetiaan, aku pikir ini hal yang sulit didapat. Dia adalah seorang wanita, sekalipun menjalani kehidupan dengan susah payah, dia tetap melahirkan buah hati kalian, dan aku sangat menyanjung keberaniannya itu.”

Mendengar penjelasannya, Bastian pun sedikit merasa bersalah.

“Dan ucapan terimakasih mu itu, tidak perlu kamu utarakan padaku.” Sarim tersenyum : “Aku menyukainya tulus, jadi menjaganya sudah menjadi bagian dari hidupku, akupun bahagia.”

“Tapi nantinya, kehidupan itu tidak lagi menjadi bagian dariku, melainkan milikmu. Aku hanya berharap kamu benar-benar bisa menjaganya, jangan membuatnya terluka. Kalau suatu saat nanti terjadi apa-apa diantara kalian, jangan pernah kamu meninggalkannya, karena jika tidak, tidak akan ada lagi yang bisa menjaganya, dan kamu pasti tahu itu.”

Yeni tak lagi dapat melahirkan seorang anak, jadi, pria mana yang masih mau bersamanya?

“Kamu tenang saja, apapun yang akan terjadi nanti, aku tidak akan meninggalkannya, begitu juga sebaliknya.” Janji Bastian di hadapan Sarim.

“Bagus kalau begitu.” Sarim menganggukkan kepalanya, dengan penasaran bertanya sesuatu pada Bastian : “Tapi, apa kamu benar-benar bisa menerima Yeni apa adanya dengan kondisinya yang kurang sempurna seperti sekarang? Dia tidak bisa hamil, tandanya kamu tidak akan bisa punya keturunan.”

“Meskipun kamu bisa menerimanya, bagaimana dengan keluargamu? Aku memang tidak terlalu mengenal sosok keluargamu, tapi keluargamu pasti keluarga berada, biasanya keluarga seperti itu susah untuk bisa menerima menantu seperti itu.”

Mendengar pernyataan itu, Bastian merasa gelisah.

Dia tidak pernah mau memikirkan hal itu, karena sedikit banyak dia sudah bisa menebak akibatnya. Biasanya, sulit untuk keluarga terpandang yang dapat menerima kondisi seperti ini, apalagi Keluarga Yue.

“Kamu benar, keluargaku mungkin saja tidak akan menyetujuinya.” Bastian menghembuskan nafas panjangnya, diikuti dengan penegasan Bastian : “Tapi, aku tidak akan meninggalkan Yeni sekalipun keluargaku tidak menyetujui.”

“Aku, Bastian berjanji tidak akan pernah meninggalkan Yeni. Dan aku tidak pernah mengingkari janjiku sampai aku mati nanti.”

Sarim yang mendengar janji itu, tersenyum datar :

“Aku percaya padamu, dulu aku selalu bergumam, pria seperti apa sih yang Yeni cintai sampai tidak pernah sedikitpun dilupakannya, tapi akhirnya aku merasa, mungkin saja aku tidak bisa menggantikan posisi pria itu di hatinya.”

“Sekarang aku tahu, ternyata kamu begitu sempurna dalam segala bidang.”

“Termasuk dalam berwirausasha, bahkan aku pun tidak selevel berbanding denganmu.”

Bastian yang mendenga pujian itu, menepuk ringan pundak Sarim :

“Jangan bicara begitu, kamu juga hebat.”

“Aku akan selalu mengingat teman sepertimu. Nantinya jika ada keperluan apapun di dalam negeri, kamu harus hubungi aku. Aku, Bastian akan membantumu sebisa mungkin.”

“Ini kamu yang menjanjikan ya!” Sarim tertawa puas : “dan aku tidak akan pernah sungkan denganmu, tapi sebenarnya masih ada yang menggangjal di hatiku. Aku penasaran, karena di Kota Tajo ini sepertinya tidak ada Keluarga Yue, kamu ...... bisa beritahu aku identitasmu yang sebenarnya ?”

Mendengar rasa penasaran Sarim, Bastian terkejut.

Sarim yang melihat Bastian seperti tidak ingin mengatakan sesuatu, kemudian tersenyum : “Tidak apa-apa, kalau memang tidak bisa menceritakannya. Aku hanya penasaran saja.”

Bastian menganggukkan kepalanya :

“Kalau orang lain yang menanyakannya, mungkin aku tidak akan memberitahukan apapun. Tapi, karena kamu yang bertanya, aku akan memberitahukannya.”

“Aku adalah bagian keluarga dari Keluarga Yue di Kota Juragan.”

Sarim yang mendengar pengakuannya, terdiam sejenak, terkejut dan menarik nafas :

“Keluarga Yue di Kota Juragan ......”

“Salah satu empat bersaudara Keluarga Yue di Kota Juragan?”

Bastian mengangguk : “Iya!”

Seperti yang sudah semua orang ketahui, hanya dengan mendengar ‘Keluarga Yue di Kota Juragan’ sudah mewakilkan semuanya, tidak perlu penjelasan berlebih, meskipun keluarga biasa, semua akan tahu ‘Keluarga Yue di Kota Juragan’ itu berarti apa.

“Ternyata kamu bagian dari Keluarga Yue di Kota Juragan, kalau begitu kamu ......” Sarim terkejut menebak identitas Bastian, suaranya sedikit terputus.

Raut muka Bastian seperti tersangka hanya bisa menganggukkan kepala :

“Fendy Yue adalah ayahku dan aku adalah tuan muda Keluarga Yue.”

Sarim tidak dapat berkata apapun, dia sangat terkejut. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa pacar Yeni ternyata tuan muda Keluarga Yue.

Bahkan setelah apa yang sudah ia lakukan, memukulnya di rumah sakit, menamparnya ke rumahnya, mengingat itu semua, Sarim bercucuran keringat dingin.

Ternyata dirinya sudah mencari masalah dengan tuan muda Keluarga Yue!

“Tidak usah gugup dan kaget berlebih.” Bastian tersenyum tipis menenangkan suasana hati Sarim : “Tuan muda Keluarga Yue bukanlah apa-apa. Aku dan kalian semua sama, sama-sama orang biasa. Bahkan saat aku duduk di kursi rodapun, sama saja tidak bisa berbuat apapun.”

Selang beberapa menit, Sarim kembali tersadar dan menghela nafas :

“Bagaimana bisa tuan muda Keluarga Yue adalah orang biasa, keberadaan Keluarga Yue diharapkan banyak orang.”

“Tapi bagus juga, dengan adanya tuan muda Keluarga Yue, aku tidak perlu mengkhawatirkan Yeni lagi.”

Bastian menganggukkan kepalanya :

“Aku pastikan, tidak ada yang bisa menghina istriku.”

“Tapi besok kamu sudah akan pergi dari sini, kamu yakin tidak mau menemui Yeni lagi? Yeni pasti juga ingin menemuimu, meminta maaf padamu, bagaimanapun juga, kamu adalah teman baiknya.”

Sarim tersenyum menjawab :

“Sudahlah, aku akan canggung jika menemuinya. Kalau memang nanti berkesempatan, pasti akan bertemu, mungkin saja dua tahun ke depan.”

“Bisa jadi nanti aku sudah memiliki pasangan, atau mungkin menikah. Jadi pertemuan nantinya adalah reuni teman lama, tidak ada lagi yang bersikap canggung.”

“Tuan muda, aku pergi ya, aku doakan kamu bahagia dengan Yeni, selamanya!”

Setelah semua terucap, dia menjabat tangan Bastian, kemudian berbalik badan dan pergi.

Melihat sosok Sarim dari belakang yang semakin jalan menjauh, Bastian mendoakan dalam hati :

“Hati-hati di jalan, teman. Aku juga doakan kamu segera mendapatkan kebahagianmu ...”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu