Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 161 Kecelakaan Mobil

"Sarim, mengapa kamu ada waktu datang kesini?"

Di dalam restoran, Yeni sedang makan bersama dengan Sarim.

Sarim tersenyum dan berkata, "Aku datang untuk mengurus beberapa masalah di Divisi Penjualan Distrik Sriwijaya, sebentar lagi mau kembali."

Sebenarnya ia hanya ingin menggunakan kesempatan siang hari untuk bertemu dengan Yeni.

"Bagaimana? Pekerjaan di Divisi Personalia tidak susah kan?" tanya Sarim.

Yeni mengangguk dan berkata dengan malu.

"Sangat santai, sama sekali tidak susah."

"Aku tahu...kamu suruh orang lain untuk melakukan semua pekerjaan berat. Sebenarnya...kamu tidak melakukan itu."

Sarim tersenyum bodoh dan berkata.

"Aku tidak melakukan itu, semua ini karena kemampuanmu sangat hebat, jadi kamu tidak merasa lelah."

"Aku dengar dari Manajer Divisi Personalia, pekerjaan yang harus diselesaikan dalam dua jam dan kamu bisa menyelesaikannya dalam satu jam. Kamu tentu tidak lelah."

Saat ini, tempat yang tidak jauh dari restoran mereka berada, ada Susanti yang sedang menghubungi Bastian.

"Apakah kamu yakin? Dimanakah ia? Kamu berada dimana sekarang?"

Mendengar ucapan Susanti, Bastian sangat semangat, bahkan suaranya ikut gemetar.

Susanti agak panik dan sibuk berkata.

"Aku tidak pasti, tapi ia sungguh mirip, apalagi...perutnya cukup besar, sepertinya hamil."

Mendengar ini, seketika Bastian yang di seberang sana tertawa kencang.

"Itu dirinya, pasti dirinya! Ia tidak mengugurkan anaknya, ia tidak!"

"Aku akan segera datang. Kamu tunggu aku!"

Mendengar ini, entah mengapa Susanti merasa kecewa.

Ia melihat Sarim yang duduk bersama Yeni, juga melihat mereka berbincang ria. Susanti tidak tahu apakah ia harus memberitahu ini kepada Bastian.

Setelah ragu sesaat, ia tetap memberitahunya.

"Kak, aku beritahu sesuatu terlebih dahulu. Kamu jangan terlalu kesal."

"Aku melihat dirinya...bersama dengan seorang lelaki. Mereka berbincang dengan ria. Jangan-jangan...ia sudah memiliki kekasih?"

Kata-kata ini bagai petir dan hujan yang terjatuh di tubuh Bastian. Ia seketika kembali kesal.

"Apa!"

"Kamu nyalakan kameramu untuk kulihat!"

Susanti hanya bisa mematuhi perintahnya dan menyalakan panggilan via video, lalu mengarahkan kamera kearah Yeni.

Betul, itu adalah Yeni!

Bastian sangat semangat saat melihat Yeni melalui panggilan via video.

"Sungguh....itu sungguh dirinya..."

Mata Bastian memerah. Akhirnya ia menemukan Yeni.

Dan sangat tidak kebetulan, Sarim mengeluarkan sebungkus tisu untuk Yeni dari tasnya. Hubungan mereka berdua terlihat sangat dekat. Gerakannya seketika membuat Bastian mematung di tempat dan penuh dengan perasaan rumit.

"Kak..."

Melihat Bastian yang telah mematung dari layar teleponnya, Susanti tiba-tiba bingung cara untuk membujuknya.

"Susanti, kamu tetap disana, bantu aku mengawasi mereka berdua. Aku akan segera datang."

Bastian tidak marah besar, melainkan sangat tenang.

Ia bingung mengapa Yeni masih bisa bersama dengan orang lain di saat ia hamil. Jika Yeni ingin bersama dengan orang lain, ia boleh saja mengugurkan anaknya. Jika ia tidak ingin mengugurkan anaknya, mengapa ia juga harus begitu cepat bersama dengan orang lain?

Hati Bastian seketika seperti tersumbat oleh batu besar, bahkan pernafasannya menjadi agak sulit. Ia harus berhadapan dengan Yeni dan bertanya dengan jelas.

"Kak, kamu sungguh mau datang kesini?" Susanti juga tahu adegan seperti itu sangat canggung. Ia takut Bastian tidak dapat mengontrol emosinya.

"Aku harus datang. Kamu tunggu aku disana!"

Setelah itu, Bastian memutuskan panggilan.

Setelah ia keluar dari kantor, ia langsung menjalankan mobilnya menuju Divisi Penjualan Perusahaan Real Estat Star di Distrik Wijaya.

Dalam perjalanan, Bastian seperti kerasukan setan, otaknya terpenuhi adegan dimana Yeni bersama dengan pria lain.

Ia tidak bisa menerima kenyataan itu, tapi ia tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak memikirkan itu. Ia tidak percaya baru saja dua bulan, Yeni bisa bersama dengan pria lain. Tapi ia sendiri sudah melihat adegan tersebut.

"Mengapa! Sebenarnya mengapa?!"

Siang hari yang terik, Bastian terus menyetir mobilnya, tak lama kemudian ia sudah tiba di dekat Divisi Penjualan Perusahaan Real Estat Star.

Tapi jalan ini cukup macet, cukup jauh dari Divisi Penjualan.

"Sialan! Mengapa disini sangat macet!"

Bastian sangat panik, sama sekali tidak ada kesabaran untuk menunggu lagi. Perjalanan ini cukup macet, ia takut telat dan Yeni sudah pergi.

"Sial!"

Ia juga tidak peduli lagi jika mobilnya akan ditilang lagi. Ia langsung memberhentikan mobilnya di tepi jalan, lalu turun dari mobil dan berlari kencang.

Ia berlari sambil menghubungi Susanti.

"Susanti, apakah mereka sudah pergi? Aku sudah tiba, kalian berada di restoran apa?"

Susanti berkata, "Mereka masih belum pergi. Mereka berada di dalam restoran Half Island. Disana ada perempatan, setelah melalui perempatan, jalan lagi seratus meter ke depan."

Bastian kebetulan sedang menyebrang perempatan itu. Ia sibuk berkata.

"Baik. Aku sudah sampai di perempatan, kamu..."

Setelah ia berkata, tiba-tiba terdengar suara rem mobil di sisi kanan Bastian. Ini adalah mobil yang tiba-tiba rem, Bastian belum saja menyadari. Dirinya yang asal menyebrang seketika tertabrak oleh mobil kecil itu.

"Bam!", lalu telepon genggam terjatuh keras di tanah dan hancur.

Bastian pun juga ditabrak hingga beberapa meter, lalu terjatuh berat di tanah.

Susanti yang di seberang sana mendengar jelas suara rem mobil dan tabrakan itu, lalu panggilannya dan Bastian putus.

"Kak..."

Susanti mematung di tempat, bahkan sekujur tubuhnya ikut gemetar.

"Kak!"

Ia langsung menangis dan berlari keluar dari restoran, menuju perempatan sana.

Di tepi jalan juga ada banyak orang yang mendengar gerak-gerik perempatan sana, lalu pergi menontonnya. Adegan ini seperti terjadi sesuatu yang besar, sehingga Susanti menangis sedu dan pikirannya menjadi kosong.

Saat ini Bastian telah dikerumuni banyak orang. Ia merasa kepala sangat pening, lalu kaki kanannya mulai merasa kesakitan. Kalau tidak salah, kaki kanannya mungkin patah.

Maupun seperti itu, ia masih ingin bangun dari tanah dan pergi ke restoran menemui Yeni.

Tapi ia sudah seperti ini, bagaimana mungkin bisa berdiri lagi. Setelah beberapa kali perjuangan, akhirnya ia juga jatuh pingsan.

"Bukan aku yang menabraknya. Ia sendiri yang asal menyebrang saat lampu merah. Kalian semua melihatnya. Sungguh bukan aku yang menabraknya!"

Supir yang menabrak seketika sangat takut, hampir saja ingin menangis.

Di saat ini, Susanti keluar dari kerumunan. Saat ia melihat Bastian yang tidak sadar dan penuh darah di tanah, ia seketika berteriak takut.

"Kak! Ada apa yang terjadi padamu, Kak!"

Ia berlari dan tidak berani asal menyentuh Bastian. Ia sudah terkejut dan hanya bisa menangis meminta bantuan orang sekeliling.

"Ambulan! Tolong panggilkan ambulan! Kakakku kecelakaan!"

Di dalam restoran, Yeni dan Sarim keluar dari dalam.

"Sepertinya ada terjadi sesuatu disana. Mari kita pergi lihat." Yeni agak penasaran setelah melihat perempatan sana dikerumuni banyak orang.

Sarim sibuk berkata.

"Jangan pergi, orang begitu banyak, bagaimana jika mereka menabrakmu?"

"Kamu harus ingat, jangan berdempetan ke orang banyak. Kamu sekarang sedang hamil, kalau ditabrak orang juga kurang baik."

Yeni mengeluarkan lidahnya malu dan tersenyum bodoh berkata.

"Benar juga. Kalau begitu, aku pulang ke kantor dulu. Bagaimana denganmu?"

Sarim berkata.

"Aku antar kamu kembali, sekalian berkeliling di divisimu."

Setelah itu, Sarim dan Yeni berjalan meninggalkan tempat ini.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu