Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 385 Rumah Besar Juvenal

Sore hari itu, Bastian mereka sekali lagi pergi ke Kota Depok.

Malam pukul sembilan, Bastian dan Thomas berdua muncul di dekat sebuah rumah. Mereka duduk di mobil, sama sekali tidak keluar.

Anak terbesar Keluarga Wu si Jansen sepertinya sulit dilawan. Mau Jasper ataupun Aldo, mereka sama sekali tidak percaya diri dalam melawan Kakaknya sendiri.

Bastian pernah bilang kalau ia sendiri yang akan mengurus Jansen.

Saat ini duduk di dalam mobil sambil memandang kearah rumah yang cukup besar di dekat sana, Bastian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Kimmy.

"Bagaimana? Apakah Jansen ada di rumah?" tanya Bastian.

"Tidak ada!" jawab Kimmy singkat, padat dan jelas.

"Kamu yakin?" tanya Bastian lagi.

"Yakin. Rumah mereka sangatlah gelap, terlihat jelas tidak ada orang di rumah. Aku sudah menjaga disini sejak pukul enam, ia tidak mungkin begitu cepat tidur." ujar Kimmy.

"Baik. Kamu sudah bekerja keras. Kamu boleh pergi." Bastian memutuskan panggilannya.

Sedangkan rumah yang dimana mereka berada saat ini sangatlah terang.

"Jansen tidak berada di rumahnya, ia pasti berada di rumah Juvenal." ujar Bastian,

Rumah yang diawasi Kimmy itu adalah rumah Jansen. Sedangkan rumah yang berada di dekat Bastian mereka adalah rumah Juvenal.

Berdasarkan informasi yang diberikan Aldo, Jansen sangat disayangi oleh Juvenal, apalagi Ibu Jansen adalah istri pertamanya Juvenal. Istri pertama Juvenal bukan ditinggali, melainkan meninggal saat melahirkan Jansen.

Dari Aldo mereka, meskipun Juvenal ini cukup cabul, tapi ia terus merindukan istri pertamanya, bahkan ia tetap memasang foto istrinya di kamarnya hingga sekarang. Jadi ia juga sayang kepada anaknya. Ia sangat baik kepada Jansen, melebihi anaknya yang lain.

Hari biasanya, Juvenal akan menyuruh Jansen untuk menetap di rumah dan berbincang dengannya, lalu juga mengajarnya untuk mengurus Geng Cahaya.

"Kalau begitu, bukankah Juvenal juga berada di dalam rumah? Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan-jangan kamu ingin langsung masuk?" Thomas menatap Bastian kaget.

Bastian berpikir sesaat dan berkata.

"Tentu tidak akang langsung masuk. Pengawasan rumah Juvenal begitu ketat, bahkan kita tidak berani untuk terlalu mendekatinya."

"Tapi menyelinap secara diam-diam boleh kan?"

Thomas menggaruk kepalanya dan bertanya, "Bagaimana caranya? Bahkan pengawal yang mereka miliki bisa dijadikan satu pasukan militer dan ada orang pun yang mengawasi pintu belakang. Kita tidak mungkin bisa memanjat dinding. Dimanapun ada orang."

Bastian terkekeh pelan.

"Kalau begitu, langsung masuk saja dengan terbuka."

......

Setengah jam kemudian, muncul sekelompok pengawal dari dalam rumah Juvenal, kira-kira ada tujuh delapan orang.

Beberapa orang ini sepertinya ganti giliran dan pulang untuk istirahat. Perjalanan pulang mereka penuh dengan suara tawa, sama sekali tidak merasa ada orang yang mengikuti mereka dari belakang.

"Istri yang dinikahi Pak Juvenal cantik juga, muda lagi, bahkan tubuhnya lebih indah dari model."

"Kalian bilang Pak Juvenal yang begitu tua, apakah masih kuat untuk bermain?"

Mereka sambil berbicara, lalu topik pembicaraan teralihkan ke wanita. Perbincangan antar lelaki pasti tidak jauh-jauh dari wanita.

Lagipula wanita yang mereka bicarakan adalah istri baru yang dinikahi Juvenal beberapa bulan yang lalu.

"Kamu tutup mulut lah, berani-beraninya bisa bercanda dengan wanita Pak Juvenal. Jika Pak Juvenal tahu, ia pasti akan memotong lidahmu."

"Yuk pergi cari tempat minum bersama."

Setelah itu, saat mereka melewati sebuah taman, tiba-tiba ada orang yang menyadari bahwa regu mereka kehilangan dua orang.

"Dimanakah mereka berdua?"

Mereka saling berpandang. Bukankah mereka berjalan bersama, mengapa tiba-tiba orangnya hilang?

"Mungkin mereka berdua pergi mencari wanita. Dua orang ini memang tidak nyaman jika tidak melampiaskannya setiap hari."

"Sudahlah. Mereka tidak ada, lebih baik kita pergi minum saja."

Setelah itu, sekelompok orang itu sama sekali tidak peduli kepada dua orang yang tiba-tiba menghilang, lalu terus berjalan ke depan.

Di dalam semak-semak taman, terdapat Bastian, Thomas dan dua orang yang berada di pelukan mereka. Dua orang itu kebetulan adalah dua orang yang menghilang.

Tapi dua orang itu saat ini telah dibuat pingsan oleh mereka.

Bastian menelusuri tubuh mereka sesaat dan menemukan dua kartu tanda masuk. Kartu tanda masuk ini adalah kartu untuk untuk memasuki rumah Juvenal. Terlihat jelas pengawasan rumahnya sangat ketat, bahkan pengawal ini membutuhkan kartu ini untuk keluar masuk.

"Ayo jalan. Kita masuk secara terbuka."

Bastian tersenyum, lalu keluar bersama Thomas dari semak-semak dan menuju ke rumah Juvenal.

"Berhenti! Apa yang sedang kalian lakukan?"

Mereka berdua baru saja tiba di depan gerbang, lalu dicegat oleh kedua pria berpostur tubuh besar.

Hal yang membuat Bastian tidak sangka adalah kedua pria ini diberikan pistol dan pinggang terlihat lebih kembung.

"Kita adalah orang baru, Kak. Ini adalah kartu tanda masuk kita."

Bastian dan Thomas sibuk menunjukkan dua kartu tanda masuk itu.

Kedua pria itu mendekat dan sama sekali tidak curiga, sepertinya mereka hanya mengakui kita berdua dengan kartu tanda masuk ini.

"Kepala Pelayan Wu yang menyuruh kalian datang kan?" tanya seorang pria berpostur tubuh besar,

Bastian terus mengangguk.

"Benar. Benar, hari ini adalah hari pertama kita untuk patroli disini."

Pria berpostur tubuh besar itu mengembalikan kartunya dan mengangguk berkata.

"Jaga sikap kalian. Seharusnya Kepala Pelayan Wu sudah memberitahu kalian. Jangan berisik di dalam rumah, apalagi pada malam hari."

"Kerjalah dengan baik."

Setelah itu, pria berpostur tubuh besar itu menepuk pelan bahu Bastian.

"Baik. Terima kasih, Kak. Kalau....begitu, kita masuk dulu ya."

Bastian pun tersenyum seperti seorang kacung, lalu menarik Thomas masuk ke dalam.

"Kamu mirip sekali saat berlagak seperti kacung." ujar Thomas.

"Pergi kamu!"

Bastian melototinya sekilas, lalu berkeliling di dalam rumah secara leluasa.

Setelah masuk, ia baru menyadari bahwa di dalam sini tidak hanya terdapat satu rumah. Disini seperti distrik perumahan kecil, semuanya merupakan distrik perumahan milik Juvenal pribadi.

"Mewah juga. Lain kali aku juga harus tinggal disini!" celoteh Thomas.

Dua orang berkeliling di dalam sangat lama. Mereka juga bertemu dengan banyak orang, tapi orang-orang ini tidak peduli kepada mereka, lagipula orang yang bisa masuk berarti memiliki kartu tanda masuk. Ada kartu tanda masuk berarti orang sendiri.

"Mengapa kita terus diusir setiap kali Tuan Muda Besar pulang? Kita kan sedang melindungi keamanannya."

"Sudah. Jangan banyak mengeluh. Satu distrik ini sangat aman. Lagipula Pak Juvenal berada di rumah bagian terdalam. Kalau ada pembunuh yang datang, orang-orang di gerbang sana pasti akan memberikan sinyal dan memberitahu kita."

"Pak Juvenal baru saja pergi, sepertinya ada sesuatu yang harus diurus. Sekarang hanya sisa Tuan Muda Besar dan Istri Pak Juvenal yang baru di dalam rumah."

Saat ini, sekelompok pengawal berpakaian hitam dengan aura garang kebetulan melewati Bastian mereka.

Satu regu ini saja sudah memiliki anggota sebanyak dua puluh orang. Tapi mereka juga langsung mengabaikan saat melihat Bastian dan Thomas.

Tunggu sekelompok orang itu sudah menjauh, Bastian dan Thomas baru bergerak menuju ke rumah bagian terdalam.

Mereka berjalan dengan cepat menuju sana. Bastian tidak tahan untuk merasa kagum. Orang kaya yang bekerja dalam bidang kekuasaan gelap memang sangat berbeda. Demi menjaga nyawa, rela menghabiskan banyak uang. Jumlah pengawal distrik perumahan ini bahkan sudah melebihi dari biasanya, bahkan hampir sejumlah dengan pasukan militer kecil.

Tadi mendengar percakapan mereka, sepertinya Juvenal sedang keluar. Rumahnya hanya tersisa Jansen dan istri baru Juvenal.

Akhirnya, Bastian dan Thomas tiba di depan rumah termewah yang paling terdalam di distrik perumahan ini.

Rumah ini adalah rumah bertingkat dua dengan gaya eropa. Di depan rumah ini terdapat sebuah kolam renang yang cukup besar. Air di dalam kolam itu sangat jernih dan tenang.

Angin sejuk menerpa pelan, lalu permukaan air langsung berkerut. Bastian dan Thomas pun langsung menghilang dari tempat di saat yang sama, lalu langsung memasuki rumah besar itu.

Regu dengan dua puluh orang tadi sepertinya merupakan seluruh kekuatan pengawal dari rumah ini, tapi mereka semua diusir oleh Jansen. Di dalam rumah ini, selain dua tiga orang pembantu, tidak ada siapapun lagi.

Bastian dan Thomas dengan mudah panjat ke balkon lantai dua, lalu diam-diam bersembunyi di depan jendela bergaya perancis sambil mengintip ke dalam.

Di dalam kamar, terdapat dua orang yang tidak memakai apapun terbaring diatas ranjang bundar. Salah satunya adalah Tuan Muda Besar alias Jansen. Sedangkan yang lain adalah seorang wanita muda dengan kulit putih. Untuk sementara, Bastian tidak tahu siapakah orang itu.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu