Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 428 Virus T2

"Saat itu adalah tahun 1970 bulan oktober, basis penelitian kita telah resmi dipanggil sebagai institusi penelitian pertama."

Saat mencerita tentang masa lalu, tatapan Pak Ander pun tiba-tiba terahlihkan, seperti kembali ke kenangan pada masa itu.

Bastian mendengar dengan tenang, seperti murid yang sedang mendengar guru menjelaskan pelajaran sambil duduk dengan rapi.

"Di saat itu, kita sudah berada di institusi penelitian sekitar sembilan tahun."

"Selain Bobby, kita berempat prestasi. Kakekmu Dariuss menjadi kepala institusi penelitian dan aku menjadi wakil institusi penelitian."

"Sedangkan Hidayat dan Dustin menjadi kepala departemen."

"Bagaimana dengan Bobby?" Bastian bertanya.

"Sebelumnya Bobby pernah menjadi ketua dari pasukan brandal. Bobby memang terlahir miskin, ia kurang dalam bidang keilmuan. Biasanya saat kita sedang melakukan penelitian, ia juga akan datang membantu kita. Lalu karena ia pernah menjadi ketua dari pasukan brandal, kemampuannya tentu lebih hebat dari kita semua. Jadi dari kita berlima, hanya ia sendiri yang tidak bekerja dalam bidang keilmuan."

"Ia lah yang bertanggung jawab atas seluruh tugas keamanan dalam institusi penelitian kita. Ia adalah kepala departemen pertahanan. Meskipun terdengar tidak sebanding dengan kita, tetapi jika dilihat dari gaji dan kedudukannya, ia juga lumayan tinggi."

Berkata sampai sini, Pak Ander terdiam sejenak dan mengambil cangkir menyesap tehnya, lalu perlahan-lahan berkata.

"Dengan begitu kita menghabiskan waktu bersama di institusi penelitian selama sembilan tahun. Pada tahun 1970, institusi penelitian pun muncul beberapa masalah. Aku dan Kakekmu Dariuss sadar bahwa ada orang yang diam-diam membawa keluar beberapa barang dari institusi penelitian."

"Harus diketahui barang yang kita teliti itu penuh dengan virus dan vaksin. Ada beberapa barang penuh dengan zat yang sangat beracun. Bagi yang tidak profesional, tidak diperbolehkan untuk memegang barang seperti itu. Untuk masuk kedalam institusi penelitian juga tidak semudah itu, bahkan anggota institusi penelitian lain juga tidak boleh masuk ke dalam."

Bastian pun perlahan-lahan mengerutkan dahinya dan bertanya.

"Maksud Anda, di antara kalian berlima ada orang yang membawa keluar sampel virus dari institusi penelitian secara diam-diam?"

Bapak tua menganggukkan kepala dan berkata sambil menghela nafas.

"Kamu sangat pintar, seperti Kakekmu."

"Memang benar ada orang di antara kita berlima yang membawa keluar sampel virus secara diam-diam. Karena tidak ada yang boleh masuk kedalam institusi penelitian, selain kita berlima. Meskipun Bobby adalah kepala departemen pertahanan. Tetapi secara logika seharusnya, ia tidak diizinkan untuk masuk kedalam ruang penelitian."

"Tetapi ia bertanggung jawab atas tugas keamanan. Setiap pagi dan malam wajib masuk ke dalam ruang penelitian, untuk mengecek adakah alat penyadap dan beberapa perangkat pemantauan lain yang terpasang. Di saat itu masih ada banyak mata-mata yang bersembunyi di negara ini. Jika mata-matanya berhasil mencuri hasil penelitian dan menggunakannya sebagai senjata biokimia, maka itu adalah bencana bagi negara kita."

"Aku dan Kakekmu adalah kepala dan wakil dari institusi penelitian. Setiap hari harus memeriksa sampel virus dan vaksin yang berada di institusi penelitian. Jadi kita berdua adalah orang pertama yang menyadari masalah ini, kita berdua tidak saling mencurigai. Pertama karena percaya, kedua karena kita berdua seperti tidak bisa dipisahkan."

"Jika diantara kita berdua ada yang mencuri sampel virus keluar dari institusi penelitian, itu sama sekali tidak mungkin."

"Akhirnya kita pun curiga orang yang mencuri sampel virus itu berada diantara Bobby, Hidayat dan Dustin."

Mendengar ini, Bastian pun berkata.

"Apakah ada suatu kemungkinan, dimana Bobby sebagai kepala departemen pertahanan, ia bisa masuk ke dalam ruang penelitian, tapi orang yang mencuri sampel virus bukanlah ia, melainkan rekan kerjanya lain yang mencurinya, lalu ia berhasil mengeluarkan orang itu. Dengan begitu ia tidak akan dicurigai dan kalian hanya akan menyelidiki lima orang ini saja. Tapi kalian sama sekali tidak menemukan apapun."

Bapak tua sambil tertawa berkata.

"Saat itu Kakekmu juga berfikir seperti itu, memang ada kemungkinan seperti itu. Tetapi hal yang muncul setelah itu, membuktikan bahwa masalahnya bukanlah seperti itu."

"Awalnya saat itu aku dan Kakekmu juga ingin melaporkannya kepada atasan. Tetapi karena persahabatan, kita pun tidak melakukannya. Karena dengan mencuri sampel virus dari institusi penelitian akan dianggap sebagau mengkhianati negara sendiri. Tidak peduli alasan mengapa kamu mencuri sampel virus atau menjualnya kepada orang asing. Di jaman itu, tuntutan pidananya sama parah dengan pengkhianatan pada negara sendiri."

"Agar orang yang mencuri sampel virus ini mengakui kesalahannya dan juga agar mereka tidak ditembak mati, aku dan Dariuss pun mengumpulkan mereka bertiga untuk membicarakan masalah ini. Aku dan Kakekmu membujuknya dengan sabar agar mereka tidak dibutakan oleh keuntungan. Aku dan Kakekmu akan menganggap masalah ini tidak pernah terjadi, jika kalian menyerahkan sampel virusnya."

"Tetapi di saat itu tidak ada orang yang mengakuinya, bahkan Bobby mereka agak merasa kesal, karena aku dan Kakekmu tidak percaya pada mereka dan mencurigai sahabatnya sendiri. Kita juga merasa sangat tak berdaya. Pertama karena kita tidak dapat membuktikan bahwa orang yang melakukan ini berada di antara mereka bertiga. Kedua karena mereka tidak mengakuinya, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa."

"Masalah ini pun tidak bisa diselesaikan dengan cara mudah, marena kita tidak mungkin melapori mereka bertiga. Jika melaporinya, tidak peduli siapakah orang yang mencuri di antara mereka bertiga, dua dari mereka pasti juga akan terlibat. Kebijakan pemerintah jaman itu memang seperti itu, lebih baik salah membunuh daripada membiarkannya."

"Untung saja hanya kehilangan satu sampel virus. Itu adalah sampel virus neurotoksin yang akan sangat menimbulkan kerugian besar pada sistem saraf seluruh tubuh. Di seluruh dunia belum ada yang pernah menamakan racun ini. Racun ini diperoleh aku dan Kakekmu, dari jenazah pasien gelombang pertama pada wabah saat itu."

"Kita menamakannya sebagai T2. Mengenai vaksin dari virus tersebut dan obat penangkal racun, kita masih dalam fase pengembangan. Saat itu terdapat tiga sampel T2 dan yang dicuri adalah salah satu diantaranya."

Mendengar kata-kata terakhir yang Pak Ander katakan, Bastian pun tercengang.

Neurotoksin...

Sebelumnya Soraya telah memeriksa ciri-ciri kematian warga Desa Wang. Kalau begitu ini sesuai dengan ciri-ciri ketika sistem saraf diserang oleh virus.

Meskipun Soraya bilang ini hanyalah rumor. Tetapi jika dilihat dari sekarang, apakah kedua hal ini ada hubungannya...

Mungkinkah masalah pencurian T2 ini berhubungan dengan musnahnya Desa Wang?

"Lalu..." Bastian bertanya dengan suaranya yang gemetar.

Pak Ander mengambil nafas dalam, lalu memasang raut wajah yang sangat menyesal dan berkata.

"Ini adalah keputusan tersalah yang pernah dibuatku dan Kakekmu, yaitu tidak langsung melaporkan masalah ini kepada atasan."

"Karena persahabatan, kita memilih untuk menyembunyikan masalah ini, setelah itu kita tetap melakukan penelitian. Pada awal tahun 1970, Kakekmu berhasil mengembangkan obat penangkal racun dan vaksin T2. Kebetulan sehari sebelum vaksin berhasil dikembangkan, anak Hidayat terlahirkan, yaitu Aaron."

"Kita pun merasa sangat senang untuk Hidayat. Hari kedua juga lah hari dimana vaksin berhasil dikembangkan. Kita semua sangat merasa sangat senang. Setelah proyek ini berhasil, kita semua sudah boleh pulang untuk mengunjungi keluarga."

"Maka itu, setelah obat penangkal racun T2 telah berhasil dikembangkan. Malam itu kita berlima pun berencana untuk merayakannya."

"Dan di malam itu juga, kecelakaan terjadi."

Bastian bertanya dengan raut wajahnya yang terkejut, "Apa yang terjadi...pada malam itu?"

Bapak tua pun berkata dengan memasang wajah sedih.

"Sampel virus T2, obat penangkal racun, vaksin dan juga semua data yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan T2 telah dicuri orang."

"Malam itu jugalah hari kematian Hidayat."

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu