Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 357 Thomas, Bunuh Dia

“Siapa yang bertanggung jawab di sini?”

Setelah Thomas dan lainnya membereskan beberapa kurcaci, Bastian berjalan dari belakang, dan bertanya.

“Keparat, aku boss-nya!”

Pria besar bertato berteriak keras.

“Bocah, nyalimu cukup besar, beraninya membuat masalah di sini, benar-benar cari mati! Teman-teman, maju, congkel mata bocah ini!”

“Aaah!”

Pria besar bertato itu memerintahkan tujuh atau delapan bawahannya berlari menyerang ke arah Bastian sambil memegang parang.

Bagaimana mungkin orang-orang ini menjadi lawan Thomas.

Orang-orang ini sama sekali tidak bisa mendekati Bastian, dalam tujuh atau delapan langkah, mereka semua berhasil dikalahkan oleh Thomas.

Ekspresi pria besar bertato itu berubah, terlihat jelas Bastian sedang memimpin, dia langsung berjalan mengelilingi Bastian dengan parang di tangan.

Ratna ketakutan hingga tidak berani bergerak di tempat. Pria besar bertato ini terlihat sangat tangguh, bisakah Bastian menjadi lawannya?

Thomas dan lainnya terlihat seperti bawahan Bastian, mereka sangat hebat. Namun Bastian yang lemah lembut, hati Ratna seperti tenggelam ke dasar lembar, seolah takut Bastian mati di tangan pria ini.

Tapi dia terlalu meremehkan Bastian.

Melihat mata Bastian yang tidak berkedip, menghindari serangan parang pria besar bertato itu, lalu mencengkram kepalanya dan menghantamkan kepalanya ke lututnya, hingga membuat kepalanya berlumuran darah.

“Suruh bawahanmu berhenti, kalau tidak aku patahkan lehermu.”

Bastian mencekik leher pria itu dengan tangan kanannya seperti anak kecil, pria itu tidak bisa bergerak, seperti dicengkram oleh seekor elang. Dia tidak curiga, kalau dirinya tidak mengikuti perintah Bastian, detik berikutnya lehernya pasti akan patah.

“Hentikan! Semuanya hentikan!”

Pria besar bertato itu berteriak panik.

Semua orang yang ada di aula mahyong, berhenti dan melangkah mundur.

Sebenarnya tidak perlu perintah pria ini, Thomas dan lainnya hampir menghabisi seisi aula ini.

Orang-orang itu memandang Thomas dan lainnya dengan ketakutan, seolah sedang melihat dewa kematian.

“Dia sangat hebat, kenapa menyembunyikannya begitu dalam, siapa dia sebenarnya……”

Ratna berdiri di belakang memandang sosok Bastian yang tinggi, untuk sesaat dia penasaran sampai mencapai titik terobsesi.

“Kak ini, tidak tahu Anda datang ke sini sebenarnya untuk apa? Aku tidak mengenalmu, apa yang ingin kamu lakukan?”

Ekspresi pria besar bertato itu berubah sangat cepat bahkan lebih cepat dari membalikkan buku, melihat Bastian begitu berani. Dia segera memasang wajah tersenyum, disertai sedikit tangisan tanpa meneteskan air mata. Pada dasarnya dia tidak pernah melihat Bastian, kenapa Bastian datang mencari masalah?

“Kamu pemimpin Geng Cahaya, aku ingin bertemu dengan boss kalian.”ucap Bastian dengan dingin.

“Pemimpin? Bukan, aku benar bukan, aku tadi hanya bersikap sok hebat saja. Anda lihat tindakanku, mana mirip seperti pemimpin, aku hanya ketua geng kecil.”

Pria besar bertato itu menampar dirinya sendiri, berkata sambil menangis.

“Kenapa begitu repot……”Bastian mengerutkan kening, dan berkata: “Lalu siapa atasanmu, bawa aku pergi menemuinya.”

“Anda ingin bertemu Kak Basuki? ini……

“Apakah ada masalah?”tanya Bastian dengan dingin.

“Tidak, tentu saja tidak, silahkan ikut aku!”

Pria besar bertato itu diam-diam memarahi: Sialan hari ini aku sial sekali, kenapa bertemu pembunuh seperti ini, untungnya dia tidak datang mencariku.

Cari Kak Basuki? Hihi! Nanti Kak Basuki akan mencincang tubuh kalian menjadi serpihan kecil, setelah itu jangan salahkan aku!

Setelah keluar dari aula mahyong, pria besar bertato itu membawa Bastian dan lainnya naik mobil Van. Mobil Van itu berhenti di pintu pemandian di Kabupaten Juanda.

Pria besar bertato itu berkata sambil tersenyum:

“Tuan-tuan, Kak Basuki ada di dalam. Aku akan menelepon dia dulu.”

“Tidak perlu telepon, langsung bawa kami masuk.”

“Ugh, baiklah.”

Pria besar bertato itu tidak berani banyak berbicara, dia menganggukkan kepala dan langsung masuk ke dalam pemandian.

Pria besar bertato ini tahu jelas dengan kebiasaan Kak Basuki, dia langsung membawa Bastian ke lantai tiga, ke ruang pemandian umum yang besar.

“Apakah kamu ingin masuk?”

Di depan pintu pemandian, Bastian memandang Ratna dan bertanya kepadanya.

“Aku……”

Ratna sempat ragu sejenak, melihat Bastian tersenyum menghina, dia langsung berkata.

“Masuk ya masuk, aku tidak takut!”

Wajah Bastian tersenyum dingin, tanpa banyak bicara langsung mendorong pintu dan masuk.

Hanya ada satu orang di ruang pemandian umum. Seorang pria paruh baya, dengan tubuh kekar, dan tato harimau hitam di dadanya.

Dalam pemandian 100 m2 , ada udara panas mengepul, dan di samping pria itu, ada puluhan wanita cantik yang hanya mengenakan lingerie.

Wanita-wanita cantik ini memiliki rambut panjang, pinggang kecil, dan tubuh tinggi.

Melihat pemandangan ini, Bastian dan lainnya tidak masalah, tapi ekspresi Ratna berubah menjadi sedikit tidak alami.

Begitu masuk, Bastian tidak perlu banyak bicara, pria besar bertato itu langsung pergi ke samping pria botak dan membisikkan sesuatu di telinga pria itu.

Selesai mendengarnya, pria paruh baya itu melirik Bastian dengan penuh minat:

“Bagus, nyali kalian cukup besar, beraninya menghancurkan tempat organisasi Cahaya. Bahkan ingin bertemu dengan boss kami, aku tidak peduli dengan sikap kalian, katakanlah, dari organisasi mana?”

Orang ini mungkin Kak Basuki yang dikatakan pria besar bertato itu, saat ini postur Kak Basuki sangat sombong, yang mencari masalah dengannya sudah datang kemari, dia tidak tampak gelisah, malah tangannya yang ditaruh di pinggul wanita cantik terus meraba kesana kemari dengan santai, seolah Bastian di matanya bukanlah apa-apa.

Dia menganggap Bastian dari organisasi lain, yang datang untuk balas dendam.

Di Kabupaten Juanda, organisasi semacam ini biasa membalas dendam.

“Semuanya keluar!”

Bastian berjalan perlahan ke arah Kak Basuki dan berbisik, tujuh sampai delapan wanita cantik yang melayani Kak Basuki tertegun, lalu mereka semua tidak bisa menahannya dan tertawa keras.

Mereka memandang Bastian seolah mereka sedang memandang orang bodoh:

“Kamu pikir kalian masuk kemari, sudah bisa melukai Kak Basuki? Sudah bisa membuat kami takut? Bocah, kamu masih muda.”

Kak Basuki tersenyum dengan tenang memandang Bastian, menggelengkan kepala, tidak mengatakan apa-apa.

Saat ini, pria besar bertato ini merasa dirinya memainkan peran bawahan yang jahat, dia tertawa sebentar, lalu menunjuk Bastian.

“Persetan, kamu pikir kamu siapa? Beraninya berbicara seperti itu kepada Kak Basuki, hari ini kalian jangan berpikir bisa berjalan keluar dari sini, takutnya itu akan lebih sulit daripada naik ke surga.”

“Eih, Raymond, jangan berkata begitu, bagaimana kalau bocah itu kemari memberikan adik cantiknya kepadaku? Aku mungkin akan mempertimbangkan membiarkan mereka tetap hidup.”

Kak Basuki berkata dengan santai.

Thomas yang mendengarnya, tertawa keras, memandang Damon:

“Damon, sejak kapan kamu memiliki anak yang bernama Raymond? Tampaknya cukup jelek.

Tidak peduli dalam keadaan seperti apa, tampang Thomas pasti tersenyum bahagia, saat ini dia mulai menertawakan Damon.

Damon mengerutkan kening, menunjukkan tampang menjijikkan:

“Tuan Thomas, jangan bermain lelucon seperti ini, kalau aku mempunyai anak sejelek ini, begitu dilahirkan langsung dicekik mati.”

Pria besar bertato itu melihat kedua orang ini mempermalukannya di sini, untuk sesaat dia menggertakkan gigi, urat-urat di wajahnya terlihat jelas, tapi tidak berani maju berkelahi dengan mereka berdua.

Tadi di aula mahyong, dia sudah melihat kehebatan Thomas dan Damon. Jangankan dia seorang, sekalipun ada 100 orang, belum tentu menjadi tandingan mereka berdua.

“Benar kata Kak Basuki!”

Pria besar bertato itu mengendus dingin, tidak berdebat dengan Thomas dan Damon, melainkan memandang Bastian:

“Bocah! Telanjangi gadis cantik yang ada disampingmu lalu antar kemari layani Kak Basuki, mungkin Kak Basuki bisa mengampunimu!”

“Bajingan!”

Ratna pernah melihat pertarungan ini, meskipun sebelumnya dia tidak takut, tapi sekarang, dia harus mengakui, dirinya sedikit takut. Ekspresi marah dan malu muncul di wajahnya.

Bastian tidak mengatakan apa-apa, sudut mulutnya tersenyum menyeringai, bahkan tersenyum pada Pria besar bertato itu.

Senyum itu membuat Pria besar bertato itu membeku di tempat, entah kenapa merasa takut.

Dia merasa Bastian seperti orang gila, membunuh orang tidak membutuhkan alasan.

“Thomas, bunuh dia.”Bastian berkata sambil tersenyum.

Begitu dia mengatakan kata-kata ini, parang yang ada di tangan Thomas langsung melayang keluar. Kecepatannya sangat cepat, sebanding dengan kecepatan peluru.

Bagaimana bisa pria besar bertato itu merespon dengan cepat, dahinya langsung tertancap parang yang dilempar Thomas.

Dia membelalakkan matanya, dan langsung jatuh ke kolam pemandian.

Dalam sekejap, kolam pemandian berubah menjadi kolam darah.

Kak Basuki dan sekumpulan wanita penghiburnya, seolah mendapat kutukan, tidak berani bergerak di tempat.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu