Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 291 Pria Pemuja Susanti

“Hei Susanti, lama tidak berjumpa, apa kabar?”

Melihat Susanti melamun, seorang pria dari belakangnya terus menyapa. Susanti sedang sedikit merasa bimbang, namun tiba-tiba ia mendengar suara yang dirindukannya sejak lama.

“Kakak!”

Dia segera mengangkat pandangannya, melihat sosok pria yang terbentang beberapa langkah disana dengan rasa tak percaya, sosok Bastian yang sedang tersenyum padanya.

“Kak, kemana saja kamu selama ini, Patrick bilang kamu tidak di Kota Tajo, aku pikir kamu sudah meninggalkan kota ini!”

Susanti tidak mempedulikan bahwa dirinya sedang berada di lingkungan kantor, raut mukanya hanya fokus pada sosok pria yang jauh dari hadapannya itu, dan segera berlari menuju arah itu, ke arah Bastian.

Dia bahkan lupa kalau sekarang Bastian sudah memiliki pendamping.

Siska dan Sasha yang juga berdiri tepat di sampingnya ikut tercengang heran, sedangkan lelaki muda yang berada di belakang dirinya pun sedikit canggung melihat Susanti merangkul pria lain, tentu saja ada perasaan tak enak hati.

“Bagaimana mungkin aku meninggalkan Kota Tajo, memangnya perusahaanku sudah tidak membutuhkanku lagi ?” Bastian tertawa menyindir pasti, kemudian melanjutkan obrolannya dengan Susanti : “Aku menemani iparmu ke Kota Ciangi, sekalian menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan, maka dari itu jarang terlihat dalam beberapa waktu ini.”

“Kemarin baru saja aku kembali, dan ternyata masih banyak hal yang harus aku selesaikan, awalnya aku berencana untuk menyelesaikan pekerjaanku dulu dalam waktu dua hari ini barulah menemuimu, tapi ternyata kita bisa bertemu disni sekarang.”

Mendengar bahwa Bastian dan Yeni pergi ke Kota Ciangi bersama, Susanti seperti merasakan perasaan cemburu.

“Iyakah, ternyata begitu toh …… ” Dia menjawab tanpa semangat.

Bastian beberapa kali memperhatikan pria muda yang terus mengikuti Susanti, tersenyum menggoda :

“Susanti, kamu tidak berniat untuk memperkenalkannya padaku, dia itu ……”

“Salam, Direktur Bastian!” Belum sempat Susanti berniat untuk memperkenalkannya, pria itu dengan rasa hormat menyapa dan menyulurkan tangannya : “Perkenalkan, saya adalah karyawan baru di Perusahaan ini, nama saya Hengky Tang, dan saya … saya sebenarnya sedang berusaha mendekati Susanti, tapi Susanti tidak pernah memberikan kesempatan itu.”

Setelah mengucapkan itu semua, dia merasa sedikit gugup.

Susanti pun tampak salah tingkah, menundukkan kepalanya sehingga muka memerahnya tertutupi oleh sedikit rambut panjangnya.

Bastian yang mendengar pengakuan itu kemudian paham dan tersenyum pada Hengky Tang seraya menyulurkan jabatan tangannya :

“Salam kenal, Hengky. Sepertinya pria muda seperti mu sungguh memiliki semangat tinggi, tapi perihal menarik hati seorang wanita dibutuhkan ketulusan, terlebih lagi Susanti adalah wanita yang tergolong sempurna, jangan lupa bahwa dia adalah seorang pemimpin salah satu devisi lho. Kalau kamu ingin mendapatkannya, kamu harus kerja dengan serius dan menyamakan posisi kepemimpinannya, haha .”

Hengky Tang yang dinasehati justru sedikit merasa tertantang walau dengan rasa tertegun :

“Iya, aku tahu. Aku pasti akan serius bekerja. Sebenarnya saya sudah banyak mendengar nama Direktur Bastian, maka dari itu saya berusaha bergabung dengan Perusahaan Ninetop untuk bisa belajar lebih banyak dengan Direktur Bastian. Terlebih lagi, siapa yang menyangka bahwa Direktur Bastian saat ini sudah menjadi pebisnis handal termuda di Kota Tajo.”

Setelah beberapa pujian itu terlontar, Bastian menarik Susanti berbisik ringan :

“Susanti, menurutku dia boleh juga. Tampan dan sopan, cobalah beri dia kesempatan.”

Bastian selalu menganggap Susanti sebagai adiknya sendiri, oleh karena itu ia sangat peduli dengannya.

Wajah Susanti tiba-tiba memerah :

“Tapi aku lagi tidak ingin pacaran, aku hanya ingin …… bersama dengan orang yang aku cintai.”

Bastian tidak mengerti apa maksut Susanti, dengan santai dia terus memberinya masukan : “Perasaan itu bisa dipupuk perlahan, kalau kamu tidak memberinya kesempatan, bagaimana bisa kamu tahu dia cocok atau tidak untukmu?”

“Tapi ……” Suara Susanti semakin merendah, dia tahu siapa yang dia cintai, tapi bagaimanapun juga Bastian sudah memiliki pilihannya sendiri.

“Kak, aku dengar dari Patrick, kamu …… dan dia sudah menikah ya?” Susanti nyletuk.

Bastian tertegun, meninggikan sebagian alis nya :

“Dasar Patrick, bocor sekali omongannya.”

Bastian sedikit canggung dan hanya bisa menganggukkan kepala : “Iya, aku sudah menikah dengannya, ya pada saat kami pergi ke Kota Ciangi beberapa hari lalu.”

Mendengar kepastian dari Bastian, Susanti merasa sangat terpukul. Meskipun beberapa waktu silam dirinya sudah mengetahui Bastian dan Yeni adalah sepasang kekasih, tapi bagaimanapun juga saat itu mereka belum nikah, apalagi Yeni tidak bisa melahirkan.

Saat itu Susanti hanya bisa berusaha menghibur diri dan berharap suatu saat nanti mata hati Bastian akan terbuka untuk tidak memilih seorang wanita yang tidak bisa memberikan keturunan seperti Yeni. Namun, sungguh diluar dugaan, Bastian tetap pada pendiriannya. Dia tetap menikahi Yeni.

Sekarang, nasi sudah menjadi bubur, semua tidak akan mungkin terulang lagi.

“Susanti, kamu kenapa ?” Bastian bertanya penasaran.

“Hah? Aku … aku, tidak apa-apa.” Susanti segera menumpulkan lagi perhatiannya dan segera menggeleng : “Kalian menikah kenapa tidak memberitahuku, lalu kapan kalian akan mengadakan resepsinya? Aku harus menjadi dayang-dayang di acaramu nanti.”

Bastian tersenyum : “Sementara ini masih belum ada rencana untuk merayakan resepsi pernikahan, tapi kamu tenang saja, nanti aku pasi akan memintamu untuk menjadi dayang-dayan di acara resepsiku.”

Suara Susanti lirih, dengan rasa terpaksa ia menganggukkan kepalanya :

“Baiklah. Ohya, masukan kakak tadi, aku coba pikirkan kembali, karena bagaimanapun juga … umurku sudah tidak muda lagi, memang sudah seharusnya mencari pasangan.”

“Kak, ayo kita makan bersama, aku sudah lama tidak pergi ke rumah makan biasanya itu bersamamu.”

“Oh, itu ……” Bastian menjawab terpenggal-penggal : “Maaf Susanti, aku sudah janji dengan Pak Fernando, lain kali ya. Lagipula Hengky juga sudah menunggumu lamu, kamu bisa pergi makan bersamanya. Aku pergi dulu ya, aku tidak ingin Pak Fernando menunggu terlalu lama.”

Sebelum akhirnya berpamitan, Bastian sedikit memberinya masukan ulang :

Susanti diam membeku di tempat semula, hatinya seperti tersayat, dia merasa Bastian seperti dengan sengaja mendorong dirinya.

“Apa tidak ada sedikitpun perasaan darimu, dulu aku menjagamu sudah begitu ……”

Nada bicara terdengar meluapkan emosi, pandangan Susanti tetap pada bayangan Bastian yang semakin jalan menjauh.

Hengky yang melihat Fernando Li yang langsung menjemput Bastian, terpana diam di tempat melihat situasi tersebut. Pikirannya tampak kacau ……

“Hei Susanti, kita makan yuk.” Dia mengalihkan pandangannya menuju sosok Susanti, tersenyum : “Susanti, kasih aku kesempatan. Bahkan Direktur Bastian pun mendukung kita.”

Susanti tidak menjawabnya sepatah kata pun, dia hanya terus berjalan menuju rumah makan yang dimaksut.

Hengky yang dapat membaca situasi itu merasa bahagia. Sebelumnya, Susanti selalu saja menolaknya, namun kali ini, meskipun dia tidak menjawab menerima, setidaknya dia juga tidak menolah.

“Hehe, Kamu suka makan apa, aku tahu beberapa rumah makan lezat di sekitar sini……”

Siska dan Sasha pun tak dapat beranggapan banyak saat melihat Hengky terus mengejar Susanti.

“Aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Susanti, dulu saat ada kesempatan bagus dengan Direktur Bastian, dia tidak memanfaatkannya. Dan sekarang Hengky, ya meskipun perawakannya masih lumayan, tapi tetap saja tidak sebanding dengan Bastian.” Celetuk Siska menyayangkan.

“Itulah, Kita lihat saja nanti, sepertinya beberapa waktu kedepan Hengky akan mendapatkan Susanti. Keterlaluan, dulu Susanti begitu perhatian dengan Bastian, aku pun tidak percaya tidak ada apa-apa diantara mereka.”

Sasha pun merasa heran.

Mereka berdua sebagai sahabat dekat Susanti tentu saja mengharapkan Susanti bisa bersama dengan Bastian. Bagaimanapun juga Bastian adalan Direktur besar di Perusahaan Ninetop, andai saja Bastian dan Susanti bersama, mereka berdua pasti akan terkena imbas positifnya.

Tapi sekarang, Susanti bahkan tidak bisa mendapatkan waktu makan bersama dengan Bastian. Ditambah lagi, sepertinya Susanti sudah tidak terlalu menolak Hengky.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu