Habis Cerai Nikah Lagi - Bab 402 Kekuasaan Penuh

Di atas kapal.

Dari dalam gudang tempat penyimpanan, tiba-tiba muncul keributan.

Seluruh kapal bergetar hebat, seperti ada ribuan kuda yang berlari di atas kapal.

"Suruh mereka berkumpul di aula perjamuan, orang-orang itu, aku akan membunuh mereka semua dan melempar mayat mereka ke laut!"

"Kirim beberapa orang ke kamar Terry, kalau orang-orang dari dalam kamar itu berani keluar, entah siapapun itu, tembak dia!"

Juvenal Wu memberikan perintah pada semua pengawalnya. Dari ruangan istrirahat, dia langsung pergi ke aula perjamuan, dan menyuruh anak buahnya untuk memanggil semua orang yang bersembunyi di kapal.

"Apa kapal kita sudah sampai di laut lepas?"

Dia mencengkram kerah baju Benjamin dan bertanya.

"Iya, kita sudah sampai!"

Benjamin menjawab dengan gemetar.

Juvenal Wu melepaskan cengkramannya dan menyeringai:

"Aku penasaran dengan kekuatan dan kehebatan apa yang dimiliki putra-putraku, sampai mereka berani mengkhianati ayah mereka sendiri."

Dia berdiri di atas panggung yang berada di aula perjamuan, dengan pengawal di sisi kiri dan kanannya, dia juga dikelilingi oleh orang-orang yang hebat.

Saat ini, orang-orang suruhannya yang bersemnbunyi datang dari segala arah.

Juvenal Wu terlihat seperti seorang raja yang mengatur semuanya, seorang jenderal yang mengendalikan situasi, dia memimpin semua rencana agar berjalan dengan baik.

Semuanya berjalan lancar, selain Kapten Benjamin dan Perwira Pertama Terry, semua anak buah kapal diganti oleh Jansen Wu.

Tapi beberapa orang suruhan Jansen Wu yang tersisa sudah dikalahkan, dan mereka ditarik ke aula perjamuan oleh orang-orang suruhan Juvenal Wu.

Ada yang wajahnya memar dan hidungnya bengkak, ada juga yang kaki atau tangannya patah. Sepertinya tadi mereka melakukan perlawanan, dan tak lama kemudian beberapa mayat juga dibawa masuk.

Saat Benjamin dan Terry melihat orang-orang yang diseret, mereka ikut merasa ketakutan, Benjamin dan Terry hanya bisa berdiri di samping dan tidak berani mengeluarkan suara.

Mereka semuanya adalah orang-orang suruhan Jansen Wu, sekarang mereka sudah dihabisi, berarti selanjutnya Jansen Wu juga akan dikalahkan.

"Bos, kami sudah mengumpulkan semua orang. Sekarang ada satu tim yang sedang memblokir kamar Terry, kami juga sudah menempatkan beberapa orang di sekitar jendela, orang dari dalam pasti tidak akan bisa keluar, kalau ada yang keluar kami pasti bakan membunuhnya."

Mendengar laporan itu, Juvenal Wu mengangguk puas, tapi dia menghela nafas lagi:

"Terlalu mengecewakan, aku pikir anak-anak muda itu akan membuat kekacauan yang lebih besar."

"Bahkan rencana mereka sudah berakhir sebelum dimulai. Dengan kemampuan mereka yang seperti itu, mereka masih berani memberontak, entah apa lagi yang harus aku katakan."

Dari nada berbicara Juvenal Wu, dia terdengar agak kecewa.

Dia menatap barisan orang-orang yang berlulut, dan tatapan matanya berubah dingin.

Ada sekitar enam puluh orang sedang berlutut, dan puluhan mayat tergeletak di sekitar mereka.

Mereka sekarang dikepung oleh orang-orang Juvenal Wu, orang-orang suruhannya juga menodongkan pistol ke arah mereka, tidak ada yang berani bergerak, mereka takut dibunuh.

Mereka semua adalah orang-orang ahli yang dipilih oleh Jansen Wu dan Aldo Wu, dan mereka tahu jelas hal yang harus dilakukan.

Tapi tak disangka, sebelum mereka bergerak, ratusan orang tiba-tiba muncul di kapal, dan tidak perlu waktu yang lama bagi mereka untuk dikalahkan.

"Kalian, orang suruhan siapa, cepat katakan."

Juvenal Wu meminta Benjamin untuk membawa kursi.

Saat dia duduk, Juvenal Wu terlihat seperti seorang kaisar yang duduk di singgasana, seakan dia yang mengendalikan hidup dan mati semua orang di sana.

Melihat tidak ada yang menjawab, Juvenal Wu mengulurkan tangan kanannya, dan pengawal itu langsung mengerti dan menyerahkan sebuah pistol padanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Juvenal Wu mengangkat tangannya dan menembak orang yang sedang berlutut.

‘Bang!’ terdengar suara tembakkan keras, dan seseorang jatuh di tempat.

Orang-orang lainnya gemetar karena terkejut, ada yang menangis, ada juga yang berteriak.

“Aku tidak akan bertanya untuk kedua kalinya.” Juvenal Wu mengangkat senjatanya lagi.

"Aku suruhan Tuan Muda Pertama!"

"Aku suruhan Tuan Muda Ketiga!"

"Aku suruhan Tuan Muda Ketujuh!"

...

Juvenal Wu tidak bertanya lagi, dan semua orang di sana mulai mengatakan siapa yang menyewa mereka.

Saat para pengawal mendengar ucapan mereka, ekspresi wajah mereka perlahan-lahan berubah.

Mereka tidak menyangka, beberapa orang ini merupakan orang-orang suruhan Tuan Muda Pertama mereka, Jansen Wu, dan tuan muda mereka yang lain.

Dengan kata lain, ketujuh putra Juvenal Wu, termasuk Jansen Wu, mengkhianati ayah mereka sendiri. Mereka semua berencana untuk membunuh Juvenal Wu di atas kapal ini.

Benar-benar menyedihkan, mereka ingin membunuh ayah mereka sendiri!

Juvenal Wu menatap mereka dengan tatapan kosong dan melanjutkan pertanyaannya:

"Untuk apa kalian naik ke kapal ini? Apa yang akan kalian lakukan?"

Seseorang menjawab dengan suara bergetar:

"Para Tuan Muda, menyuruh kami... menyuruh kami untuk membunuh orang-orang suruhan Tuan Juvenal Wu, lalu... lalu..."

"Apa lagi?"

"Membunuhmu..."

Dari kalimat itu, sudah jelas kalau orang-orang suruhan Jansen Wu akan melakukan percobaan pembunuhan pada Juvenal Wu.

Lalu di aula perjamuan itu timbul keributan.

Bahkan dua pengawal yang berada di samping Juvenal Wu tidak menyangka kalau putra-putra Juvenal Wu akan mengkhianati ayah mereka sendiri.

Setelah mendengar ucapan mereka, Juvenal Wu perlahan berdiri dari kursinya dan berpikir.

Agak lama kemudian, dia berkata pelan:

"Putra-putraku dari dulu tidak pernah akur, dan sekarang mereka bisa bekerja sama untuk melawanku."

"Mereka tidak mungkin tiba-tiba bersatu untuk melawan ayah mereka, pasti ada seseorang yang menyatukan mereka untuk melawanku."

"Tapi siapa?"

"Kamu, cepat katakan!"

Juvenal Wu tiba-tiba menunjuk seseorang.

Orang itu langsung terkejut, dan dia langsung menempelkan kedua tangannya ketakutan.

Juvenal Wu bertanya padanya, dan dia tidak berani untuk tidak menjawab:

"Aku tidak tahu nama orang itu, tapi para tuan muda memanggilnya Bastian."

"Bastian?"

Juvenal Wu mengernyit, dia terlihat agak kebingungan.

Juvenal Wu mengenal Kota Depok dan dunia bawah tanahnya dengan baik. Tapi dia belum pernah mendengar orang hebat yang bernama Bastian.

“Bastian ini, berasal dari mana dia?” Dia bertanya.

"Aku tidak tahu, jangankan kami, mungkin para tuan muda juga tidak tahu dari mana Bastian berasal. Aku hanya tahu kalau dia sangat hebat, pekerja yang keras, dan sangat pintar. Bahkan para tuan muda yang awalnya tidak akur, bisa bersatu dan akhirnya mengikuti Bastian. "

Mendengar ini, Juvenal Wu tidak bisa menahan rasa terkejutnya.

"Apa benar-benar mengalahkan semua putraku?"

Tanya Juvenal Wu pada dirinya sendiri, dia lalu menggelengkan kepalanya:

"Tidak ada mengherankan kalau dia bisa mengalahkan putra keempat, kelima, keenam, dan ketujuhku, tapi sangat aneh kalau dia bisa membuat putra kedua dan ketigaku menyerah. Kedua orang ini, bahkan tidak akan menundukkan kepala mereka pada kakak mereka, tapi Bastian ini bisa menaklukkan mereka."

"Sepertinya Bastian ini bukan orang yang lemah."

Semua orang yang berlutut tidak menjawab.

Juvenal Wu lalu berkata pada pengawalnya:

"Christianto, bawa beberapa orang ikut denganmu, dan bawa semua orang yang ada di kamar Terry."

Mendengar perintah itu, pengawal dari luar negeri itu lalu bertanya:

"Bos, bagaimana kalau.. ada orang yang melawan?"

Bagaimanapun juga di dalam ada ada putra-putra Juvenal Wu, jelas mereka merasa ragu untuk menggunakan kekerasan.

"Tidak peduli siapapun itu, kalau ada yang melawan, dibunuh dia di tempat."

Juvenal Wu melambaikan tangannya dan berkata dengan tenang.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu