Mendadak Kaya Raya - Bab 93 Yang Dialami Vero

“Hehe, trik untuk menutup mata orang agar tidak melihat kebenaran, hanya bisa menipu orang biasa seperti kalian ini, tidak akan butuh waktu lama, penyakit cucumu akan kambuh, jangan salahkan aku tidak memperingatkanmu.”

“Karena kalian begitu tidak suka dengan kami berdua, kalau begitu keluarga Ceng kalian selesaikan sendiri saja.”

Sambil bicara pemuka agama tua melambaikan satu tangannya, langsung meletakkan tongkat sabuk dewa di lengannya, menerobos kerumunan orang berjalan keluar pintu, muridnya yang memiliki mata phoenix mengikuti dari belakang, selama rentang waktu itu tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya saja ketikan melewati Desta, memberikan dia sebuah pandangan yang memiliki arti mendalam.

Ancaman seperti ini Desta sama sekali tidak menganggapnya penting, para pendeta penipu yang berkelana ini hanya bisa beberapa trik itu saja.

Setelah kedua pendeta itu pergi, Kepala Keluarga Ceng menarik nafas dalam-dalam, lalu memberi hormat ke Desta, “Terima kasih banyak atas bantuanmu kali ini, mataku yang sudah tertutup, sudah salah menuduhmu dan orang tua yang sudah menyembuhkan penyakit cucuku itu.”

“Pluto, kamu pergi siapkan cek sebesar satu miliar untuk anak muda ini, sebagai tanda terima kasih dari keluarga Ceng.”

Pluto baru saja melangkah……

“Tidak perlu.” Desta segera mengulurkan tangan menghentikannya.

“Aku harus menyatakan sesuatu, aku kemari untuk memastikan situasi, dan bantu menyembuhkan dia, hanya demi nama baikku dan tuan Edward, bukan demi keluarga Ceng kalian, lebih bukan demi imbalan dari kalian.”

“Desta, kamu tidak perlu bicara sombong, aku sudah memahami situasimu, kamu seorang pemuda miskin yang pelit dan egois, bagi kamu satu miliar adalah jumlah yang besar sekali, kamu yakin tidak mau?” Kedua lengan Miki dilipat di depan dada, menatap Desta dengan dingin.

“Tidak mau, pertama tidak katakan aku kekurangan uang atau tidak, aku memiliki prinsip dalam mengobati dan menyelamatkan orang, jika aku yang berinisiatif untuk turun tangan, maka tidak akan menerima imbalan sepeser pun, jika orang lain yang memohonku, maka harus mengeluarkan kekayaan keluarga sebesar dua puluh persen.” Desta menatap Miki, wajah penuh senyuman, “Apakah nona Ceng bersedia mengeluarkan kekayaan keluarga sebesar dua puluh persen sebagai imbalan?”

Kata-kata ini membuat Miki langsung melompat.

“Apa kamu sedang bercanda?” Bukan hanya Miki, ekspresi wajah anggota keluarga Ceng lainnya juga berubah, bocah ini sungguh tidak tahu apa-apa maka tidak merasa takut, betapa besarnya bisnis keluarga Ceng mereka, menyuruh mereka mengeluarkan dua puluh persen kekayaan keluarga sebagai imbalan? Takutnya ini sudah cukup membeli nyawa beberapa puluh orang.

Melihat raut wajah semua orang, Desta tidak peduli dan tersenyum, “Pamit, aku masih harus sibuk hal lain.”

“Bocah ini, sungguh terlalu sombong, apakah sungguh menganggap diri sendiri sebagai dokter terkenal yang langka?” Pluto Ceng marah sekali.

“Miki, kamu tetap jaga hubungan dengannya, kedepannya situasi adikmu akan seperti apa masih belum jelas, jika penyakitnya kambuh lagi itu berarti pemuda itu adalah penipu, tiba saat itu harus membawa dia ke sini lagi.” Kepala Keluarga Ceng merenung sejenak, lalu memberi perintah.

“Baik, kakek.” Miki mengangguk.

Meninggalkan keluarga Ceng, Desta merasa lega, sebagai pecinta pengobatan, dan pewaris yang sudah berusaha keras demi hal ini, Desta melindungi martabat dokter pengobatan, pasti tidak akan membiarkan orang lain menfitnah dan menjelekkannya.

Jika tidak, dengan sikap keluarga Ceng dan sikap Miki, dia pasti tidak akan peduli terhadap hal ini, adik Miki juga bukan adiknya sendiri, ada hubungan apa hidup dan matinya dengan dia?

Setelah kembali ke sekolah, Desta segera menelepon Vero, di dalam telepon Vero bicara terbata-bata, tanya apa yang dia lakukan juga jawab dengan tidak jelas.

“Vero, hari ini kamu aneh sekali, apakah kamu berada di sekolah?” Beberapa hari ini sejak Vero menjadi penanggung jawab proyek, dia sudah lama tidak berada di sekolah, terkadang jika bisnis terlalu sibuk dia hanya bisa minta cuti, karena itu studinya juga tertunda lama.

“Aku ada di sekolahan.”

Di seberang telepon, Vero terdiam lama baru perlahan mengatakannya.

“Aku tunggu kamu di kantin, harus datang ya.” Desta tidak menunggu Vero jawab, langsung mematikan telepon, seorang diri pergi ke kantin sekolah, duduk di tempat yang menonjol.

Desta membuat sebuah keputusan, yaitu membujuk Vero menyerah terhadap posisi penanggung jawab proyek, pada waktu itu Desta membiarkan dia menerima posisi ini alasannya karena Vina Chen, Desta bahkan tidak bertanya pada Vero apakah sungguh menyukai posisi ini, juga tidak pernah peduli apakah dia benar-benar bahagia, mengabdikan dirinya untuk pekerjaan ini.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, sosok Vero baru muncul di depan pintu kantin, dia mengenakan sweater tertopi, memakai masker, melihat Desta langsung berjalan ke arah Desta, lalu duduk di depannya.

“Kamu kenapa?” Desta merasa agak lucu dan bertanya.

Membungkus diri sendiri sampai begitu erat, sangat takut orang lain mengenalinya, sesuai logika, saat ini Vero di sekolah juga bukan orang terkenal, tidak perlu sampai harus berbuat begini.

“Aku…..” Vero terbata-bata, kata-kata sudah di mulut tapi tidak tahu harus bagaimana mengucapkannya.

Pada saat ini Desta mengulurkan tangan melepaskan maskernya, Vero terkejut bergegas mengulurkan tangan menghalanginya, namun pada saat masker dilepaskan, semuanya terlihat oleh Desta, beberapa noda darah, masih ada luka memar, tiba-tiba terlihat di wajah yang putih halus itu, seperti dinding putih bersih yang telah dicoret-coret oleh orang lain dengan kuas.

“Siapa yang melakukannya?”

Dalam sekejap wajah Desta jadi suram, sangat suram sekali seolah-olah bisa meneteskan air.

“Aku, terjatuh sendiri.” Mata Vero berbinar-binar.

“Jatuh sendiri? Kamu mau bohongi siapa? Jatuh bisa sampai seperti ini? Siapa yang memukulmu? Cepat beritahu aku!” Ekspresi wajah Desta serius sekali, bertanya tanpa ada keraguan.

"Ini.......sebenarnya tidak apa-apa, ketika melakukan proyek, aku melakukan kunjungan ke lapangan, ada beberapa orang yang tidak puas, langsung...."

"Langsung memukul orang?" Muncul api amarah di wajah Desta.

"Mereka juga hanya impulsif sesaat, setelah masalah dijelaskan juga tidak apa-apa lagi." Vero menggeleng, "Aku sudah pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, kata dokter tidak ada masalah, istirahat saja, semua luka ini sudah bisa pulih kembali."

"Kak Desta, apakah kamu merasa aku berubah jadi jelek?" Vero agak khawatir melihat Desta.

"Apa yang kamu katakan? Kelak berhenti jadi penanggung jawab proyek saja, kak Desta memiliki kemampuan untuk menghidupimu." Ada sebagian orang memberi dia sebuah buah Jujube, dia masih menginginkan dua atau tiga buah lagi, selamanya tidak akan puas, Vero sangat memperhatikan pasien, meminimalkan harga obat serendah mungkin, namun masih dipukul oleh orang, memikirkannya Desta langsung marah sekali, ingin rasanya memulihkan kembali harga obat-obatan, untuk apa makan obat lagi, pergi mati saja.

Orang semuanya egois, Desta juga tak terkecuali, asalkan masalah yang melibatkan Vero, dia tidak akan mengalah selangkah pun.

"Tidak bisa, masih ada sebuah proyek terakhir yang belum dikerjakan, tunggu selesai kerjakan baru berhenti, boleh tidak?" Vero memegang tangan Desta, sedikit memohon mengatakannya.

Desta menghela nafas, dia sungguh tidak tahu harus bagaimana menolak permintaan Vero.

"Baiklah, aku sudah tahu, proyek terakhir aku akan menemanimu untuk kerjakan bersama, aku mau lihat siapa yang berani mempersulitmu, aku pasti tidak akan mengampuninya." Desta mengepalkan tangan, untuk sementara waktu menekan amarah dalam hati.

Vero tersenyum manis, dalam hati merasa hangat, "Ayo jalan, aku traktir, traktir kamu makan, aku tahu sebuah restoran yang sangat baik."

Sambil bicara Vero menarik Desta keluar, dua orang pergi bersama meninggalkan sekolah, di seberang sekolah Street Food ada sebuah restoran yang sangat ramai, meskipun restoran orang biasa, lingkungan di dalam malah luar biasa bagus, ketika masuk sedang ada musik yang diputar, pada dasarnya orang yang konsumsi di sini semua adalah mahasiswa.

Dua orang baru saja duduk, sebuah suara malah membuat tubuh Vero bergetar, telapak dan punggung tangan juga penuh keringat.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu